Sifat Fisik Mekanik Coating Film Berbasis Pati Sagu (Metroxylon sp.) Ikat Silang Asam Sitrat
View/ Open
Date
2017Author
Larasati, Dyah Ayu
Yuliasih, Indah
Sunarti, Titi Candra
Metadata
Show full item recordAbstract
Coating film merupakan lapisan tipis yang membungkus suatu bahan
pangan yang berfungsi untuk memperbaiki kualitas suatu produk, memperpanjang
masa simpan, dan menghambat perpindahan uap air. Polisakarida yang penting
dalam pembuatan coating film adalah pati. Selain biayanya murah dan aman
dikonsumsi (edible), pati memiliki sifat permeabilitas oksigen dan uap air yang
rendah. Pati sagu termasuk dalam golongan pati dengan kandungan amilosa tinggi
(28,84% amilosa dan 71,16% amilopektin), yang merupakan salah satu syarat
sebagai bahan baku dalam pembuatan coating film. Namun, kelemahan pati sagu
alami bersifat hidrofilik sehingga coating film yang dihasilkan memiliki sifat
mekanik yang kurang baik. Modifikasi pati merupakan upaya mengatasi
kelemahan sifat pati alami, salah satu metode yang digunakan yaitu ikat silang
(crosslinking). Asam sitrat dipilih sebagai agen ikat silang karena memiliki gugus
karboksil yang dapat berikatan dengan gugus aktif pati yaitu gugus hidroksil (OH)
sehingga membentuk struktur multi-karboksil. Supaya menghasilkan coating film
dengan struktur yang kompak, diperlukan tambahan bahan pengisi (filler) yang
berasal dari polisakarida, yaitu CMC (carboxymethyl cellulose) dan kitosan.
Selain itu, gliserol sebagai bahan pemlastis ditambahkan untuk memperbaiki sifat
coating film pati yang rapuh. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang formula
pembuatan coating film berbasis pati sagu ikat silang untuk memperbaiki sifat
fisik mekaniknya.
Tahapan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat, yaitu (1) persiapan
bahan baku, (2) pembuatan modifikasi pati sagu ikat silang asam sitrat, (3)
formulasi pembuatan coating film, dan (4) karakterisasi sifat fisik mekanik selama
penyimpanan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu yaitu
Rancangan Percobaan Faktorial Tersarang dalam Desain Blok Acak dengan dua
kali ulangan dan blok minggu pengamatan. Terdapat tiga faktor perlakuan yaitu
pertama, jenis bahan pengisi (C) dengan dua taraf: CMC (C1) dan kitosan (C2).
Faktor kedua adalah konsentrasi bahan pengisi (K), terdapat tiga taraf yaitu 5%
(K1), 7,5% (K2), dan 10% (K3) untuk bahan pengisi CMC berdasarkan bobot pati.
Pada bahan pengisi kitosan, terdapat juga tiga taraf yaitu 50% (K1), 75% (K2),
dan 100% (K3) berdasarkan bobot pati. Faktor ketiga adalah suhu penyimpanan,
dengan tiga taraf yaitu 4, 27, dan 40 oC. Parameter mutu yang diamati selama
penyimpanan coating film adalah kuat tarik, elongasi, kelarutan dalam air 24 jam,
dan laju transmisi uap air (WVTR), serta pemantauan morfologi permukaan
spesimen film dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Pengamatan
dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan.
Tahapan formulasi pembuatan coating film menghasilkan komposisi
perlakuan yang menunjukkan kemampuan pembentukan film dan kelarutan dalam
air yang baik, yaitu pati sitrat 2,5% (b/b pelarut), konsentrasi bahan pengisi CMC
5; 7,5; dan 10% (b/b pati sitrat), kitosan 50, 75, dan 100% (b/b pati sitrat).
Konsentrasi bahan pemlastis yang ditambahkan dalam pembuatan coating film
sebanyak 80% (b/b pati sitrat). Karakteristik coating film yang menggunakan
v
bahan pengisi CMC adalah sebagai berikut: nilai rata-rata kuat tarik, elongasi,
kelarutan dalam air 24 jam, dan WVTR sebesar 0,67 MPa; 29,80%; 65,09%; dan
1,92 g/jam.mm2. Coating film yang menggunakan bahan pengisi kitosan memiliki
karakteristik dengan nilai parameter tersebut di atas berturut-turut sebesar 0,92
MPa; 28,25%; 33,20%; dan 2,08 g/jam.mm2.
Nilai kuat tarik coating film mengalami peningkatan selama penyimpanan.
Peningkatan paling tinggi terdapat pada sampel yang disimpan pada suhu tinggi
(40 oC). Berbeda dengan kuat tarik, nilai elongasi mengalami peningkatan hingga
minggu ke-6, kemudian mengalami penurunan. Nilai rata-rata elongasi coating
film yang dihasilkan sebesar 32,18% (C1K1); 36,24% (C1K2); 34,04% (C1K3);
33,90% (C2K1); 33,11% (C2K2); dan 34,89% (C2K3). Nilai kelarutan film dalam
air mengalami peningkatan selama penyimpanan. Nilai tertinggi terdapat pada
sampel dengan suhu penyimpanan 40 oC yaitu sebesar 41,38% dan nilai terendah
pada suhu penyimpanan 4 oC yaitu sebesar 35,02%. Selama penyimpanan, nilai
laju transmisi uap air (WVTR) secara umum mengalami peningkatan. Analisis
ragam menunjukkan bahwa perbedaan suhu penyimpanan memiliki pengaruh
yang nyata terhadap nilai WVTR. Nilai rata-rata WVTR sampel pada suhu
penyimpanan 4, 27, dan 40 oC berturut-turut sebesar 1,94; 2,16; dan 2,36
g/jam.mm2.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2271]