Show simple item record

dc.contributor.advisorKusnandar, Feri
dc.contributor.advisorSyamsir, Elvira
dc.contributor.authorPakpahan, Novriaman
dc.date.accessioned2018-04-18T05:14:27Z
dc.date.available2018-04-18T05:14:27Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91366
dc.description.abstractKerupuk goreng yang renyah dihasilkan dari kerupuk mentah yang memiliki kadar air yang sesuai. Kadar air yang tinggi menghasilkan kerupuk goreng yang keras dan daya mengembangnya rendah, sedangkan kadar air yang terlalu rendah menghasilkan kerupuk goreng dengan permukaan retak, penurunan daya mengembang dan tekstur yang keras. Kadar air kerupuk mentah dapat meningkat selama periode penyimpanan. Peningkatan kadar air ini disebabkan oleh penyerapan uap air dari lingkungan akibat tidak seimbangnya antara jumlah air di dalam bahan pangan dengan di lingkungan. Keadaan tersebut terjadi karena perilaku isotermis sorpsi air bahan pangan. Perilaku isotermis sorpsi air dari bahan pangan memiliki kaitan dengan interaksi molekul air dengan matriks bahan pangan. Hal tersebut telah diketahui mempengaruhi sifat fisik beberapa bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku ISA dari kerupuk mentah pada beberapa kondisi suhu penyimpanan, dan mengkaji perubahan sifat fisiknya, baik sebelum dan setelah kerupuk digoreng. Penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh sifat fisik kerupuk mentah terhadap daya mengembang kerupuk, dan memberikan informasi karakteristik kerupuk mentah dan kondisi penyimpanannya yang baik agar menghasilkan kerupuk goreng yang memiliki daya mengembang dan nilai kerenyahan yang tinggi. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu penentuan kapasitas air terikat, dan pengamatan perubahan fisik kerupuk. Penentuan air terikat didapat dari kurva isotermis sorpsi air sampel yang disimpan suhu 20, 30 dan 40 oC. Sampel yang disimpan pada suhu yang berbeda tersebut diamati perubahan fisiknya baik sebelum digoreng ataupun setelah digoreng. Karakteristik kerupuk goreng yang memiliki pengembangan dan kerenyahan yang tinggi diamati untuk menentukan kondisi penyimpanan kerupuk mentah tapioka yang baik. Model yang paling mendekati perilaku ISA kerupuk mentah adalah Guggenheim, Anderson, and de Boer (GAB). Air terikat primer (ATP) pada suhu 20, 30 dan 40 oC masing-masing adalah 0.043; 0.040 dan 0.037 g H2O/g padatan. Air terikat sekunder (ATS) pada masing-masing suhu yaitu 0.096; 0.102 dan 0.113 g H2O/g padatan. Densitas kerupuk mentah dan tekstur kerupuk mentah berubah secara cepat di atas daerah air terikat sekunder (ATS). Penurunan tajam daya mengembang kerupuk terjadi pada daerah air terikat tersier (ATT). Rentang aw kerupuk mentah yang disimpan pada suhu 20, 30 dan 40 oC yang memiliki daya mengembang yang tinggi yaitu 0.33-0.57; 0.42-0.57 dan 0.40-0.62. Daya mengembang maksimum pada masing-masing suhu terjadi pada aw 0.44; 0.47; dan 0.52. Kerupuk mentah yang memberikan nilai kerenyahan yang baik pada masing-masing suhu penyimpanan memiliki rentang aw yang berbeda yaitu 0.33-0.57; 0.32-0.62 dan 0.40-0.62 sementara kerenyahan maksimumnya masing-masing terjadi pada aw 0.44; 0.44 dan 0.54.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFood Scienceid
dc.subject.ddcCrackerid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titlePerilaku Isotermis Sorpsi Air dan Perubahan Fisik Kerupuk Tapioka selama Penyimpanan.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAir terikatid
dc.subject.keywordisotermis sorpsi airid
dc.subject.keywordkerupuk tapiokaid
dc.subject.keywordtekstur.id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record