Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Yohanes Aris
dc.contributor.advisorBudijanto, Slamet
dc.contributor.advisorMaharijaya, Awang
dc.contributor.authorHarahap, Sri Efriyanti
dc.date.accessioned2018-04-18T05:14:15Z
dc.date.available2018-04-18T05:14:15Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91365
dc.description.abstractKentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan dan memiliki potensi untuk diversifikasi pangan. Produksi kentang Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan jumlah produksi sebesar 1 347 815 ton dari jumlah produksi sayuran nasional. Pengolahan kentang untuk menambah variasi dalam cara konsumsi semakin berkembang. Berbagai bentuk olahan kentang telah banyak dikenal seperti keripik kentang, kentang goreng, mashed potato, dan lainlain. Salah satu bentuk olahan kentang yang paling populer adalah keripik kentang. Industri besar keripik kentang hingga saat ini masih menggunakan varietas Atlantik sebagai bahan baku industrinya dan masih diimpor dari Australia, Kanada, dan Skotlandia. Produktivitas varietas Atlantik terus menurun karena terjadinya penurunan pertumbuhan akibat serangan hama dan penyakit pada kentang, oleh sebab itu untuk memenuhi ketersediaan kentang maka dipilih varietas kentang yang memiliki potensi produktivitas yang tinggi. Beberapa varietas kentang yang memiliki produktivitas yang tinggi ini memiliki sifat fisikokimia kentang berbeda antara satu genotipe dengan genotipe yang lain, sehingga perlu dilakukan pengarakterisasian yang akan berdampak pada produk akhir seperti tepung kentang, pati kentang, keripik kentang, dan kentang goreng yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menjadi sumber informasi pemilihan genotipe kentang yang memiliki sifat fisikokimia yang setara atau lebih baik dibanding Atlantik serta dapat menjadi rekomendasi aplikasi sebagai bahan baku industri. Tujuan khusus yaitu menganalisis sifat fisikokimia tepung kentang dari beberapa genotipe sebagai umpan balik bagi pemulia (breeder) dalam mendapatkan genotipe yang sesuai dengan tujuan pengolahannya. Karakterisasi fisikokimia dilakukan dengan cara menganalisis secara kimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, amilosa, amilopektin, gula pereduksi) dan fisik (kerenyahan, kekerasan, warna tepung, dan karakteristik pasta pati dari tepung). Pada penelitian ini ada 9 genotipe yang dianalisis karakter fisikokimianya, yaitu genotipe Atlantik, 07-C4-25, 09E-28-8, Gatsay, La Strada, PKHT 2, PKHT 4, PKHT 9, dan PKHT 10 yang dikembangkan oleh tim peneliti kentang dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dengan umur panen yang seragam, yaitu 100 hari setelah tanam. Dari hasil karakterisasi diperoleh bahwa setiap gonotipe kentang memiliki sifat fisikokimia tepung yang berbeda. Kadar air tertinggi dimiliki genotipe PKHT 9 yaitu 9.24 ± 0.25 (%bb), kadar abu tertinggi 2.57 ± 0.15 (%bk) yaitu terdapat pada PKHT 2, kadar protein tertinggi 8.44 ± 0.39 (%bk) yang terdapat pada Atlantik, dan nilai kadar lemak memiliki nilai yang tidak berbeda nyata antara satu genotipe dengan genotipe yang lainnya, serta nilai karbohidrat tertinggi terdapat pada genotipe Gatsay, yaitu 85.32 ± 0.37 (%bk). Genotipe PKHT 2 memiliki rasio amilosa tertinggi yaitu 10.50 (%bk), sedangkan yang terendah dihasilkan oleh genotipe 07-C4-25 yaitu 7.98 (%bk). Genotipe 07-C4-25 memiliki rasio amilopektin tertinggi yaitu 92.02 (%bk) dan yang terendah adalah genotipe PKHT 2 yaitu 89.50 (%bk). Pada pengujian pasting propertie, genotipe 09E-28-8 memiliki waktu gelatinisasi tertinggi yaitu 41 menit dan suhu gelatinisasi yang tertinggi pula yaitu 91.5 ºC. Untuk viskositas balik yang tertinggi terdapat pada genotipe PKHT 9, yaitu 100 BU, sedangkan yang terendah terdapat pada genotipe PKHT 2, yaitu 20 BU. Analisis gula pereduksi menunjukkan bahwa genotipe La Strada memiliki nilai gula pereduksi yang tertinggi, yaitu 6.2 ± 0.01(mg/g) dan yang terendah adalah genotipe PKHT 10, yaitu 1.6 ± 0.01 (mg/g). Pengujian warna tepung kentang memiliki nilai yang berbeda nyata, nilai tertinggi terdapat pada genotipe PKHT 9 dan yang terendah pada genotipe 09E-28-8. Pada analisis kekerasan, nilai tertinggi terdapat pada genotipe pada La Strada, yaitu sebesar 484.11 gf dan untuk kerenyahan sebesar 369.04 gf yang diperoleh genotipe Gatsay. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa setiap genotipe kentang memiliki sifat fisikokimia tepung yang berbeda. Tterdapat dua genotipe yang lebih unggul dibanding genotipe Atlantik, yaitu PKHT 2 dan PKHT 10 berdasarkan karakter fisikokimianya seperti kandungan rasio amilosa dan amilopektin, karakteristik pasta tepung, dan kandungan gula pereduksi. Dari hasil analisis fisikokimia yang telah dilakukan, terdapat genotipe kentang yang dapat direkomendasikan untuk pembuatan tepung kentang, pati kentang, kentang goreng, keripik kentang dan mashed potato.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPost Harvest Technologyid
dc.subject.ddcPotato flourid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleKarakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung dan Keripik Beberapa Genotipe Kentang (Solanum tuberosum L.) serta Peluang Aplikasi Bahan Baku Industriid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordfisikokimiaid
dc.subject.keywordgenotipeid
dc.subject.keywordkarakterisasiid
dc.subject.keywordkentangid
dc.subject.keywordtepungid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record