Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin, Ukuran, Perilaku Kemunculan serta Ancaman Keberadaannya di Perairan Indonesia.
View/ Open
Date
2017Author
Himawan, Mahardika Rizqi
Madduppa, Hawis
Soedharma, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis kelamin dan
ukuran dari hiu paus yang muncul atau terdampar serta perilaku permukaannya di
Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Jawa Timur dan Gorontalo
Indonesia. Analisa ancaman keberadaan hiu paus juga dilakukan dengan
identifikasi keberadaan luka tubuh. Sebanyak 78 individu hiu paus teridentifikasi
dengan metode foto antara bulan Agustus 2015 dan April 2016, dengan 29 jantan
(93.33%) dan 2 betina (6.37%) di Kalimantan Timur, 24 jantan (85.71%) dan 4
betina (14.29%) di Jawa Timur, 1 jantan (100%) di Sulawesi Tengah, 17 jantan
(100%) di Gorontalo dan 2 jenis kelamin yang tidak diketahui di Sumatera Barat.
Hasil estimasi panjang total dengan membandingkan badan penyelam sebagai
referensi panjang menunjukkan bahwa hiu paus di lokasi studi didominasi individu
juvenil. Panjang total hiu paus teridentifikasi adalah antara 2.5-8.5 meter. Dominasi
populasi remaja tercatat (98.7%) (n=78), menunjukkan bahwa lokasi penelitian
merupakan habitat penting bagi hiu paus juvenil.
Hiu paus muncul di Perairan Talisayan akibat keberadaan ikan hasil
tangkapan bagan sebagai perilaku makan. Hasil tangkapan bagan terutama teri
(58%) yang mencapai 44980 kg selama waktu pemantauan mempengaruhi 77 kali
kemunculan dari 30 individu hiu paus teridentifikasi. Karakteristik kemunculan
tersebut juga terjadi di Teluk Cenderawasih. Pada Perairan Probolinggo,
kelimpahan zooplankton terutama copepoda yang berkisar antara 1952-11762
individu/m3 pada satu harinya selama pemantauan mempengaruhi 52 kali
kemunculan dari 28 individu teridentifikasi. Aktivitas pemberian makan melalui
wisata di perairan Botubarani mempengarui 110 kali kemunculan dari 17 individu
teridentifikasi. Pemberian makan berupa kulit dan kepala udang dengan rata-rata
98.68 kg/hari membuat hiu paus terus muncul ke permukaan. Keberadaan hiu paus
terdampar di Perairan Pesisir utara dan terjerat jaring nelayan di Banggai kepulauan
diduga berkaitan dengan potensi perikanan pelagis besar seperti Thunnus sp. Hiu
paus diduga ikut memakan apa yang dimakan oleh gerombolan ikan-ikan tersebut,
seperti zooplankton atau ikan dengan ukuran yang lebih kecil.
Persentase bekas luka pada tubuh hiu paus adalah 86.67% (n=30) di
Kalimantan Timur, 7.14% (n=28) di Probolinggo dan 58.82% (n=17) di Gorontalo,
disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan dan kegiatan pariwisata oleh manusia.
Hiu paus terdampar di Sumatera Barat dengan tidak diketahui penyebab pasti dan
terjerat jaring nelayan di Banggai Kepulauan menjadi ancaman penurunan populasi.
Ancaman tersebut merupakan tantangan dalam melindungi spesies yang dilindungi
di Indonesia.
Collections
- MT - Fisheries [2940]