Analisis Nilai Ekonomi Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar (Studi Kasus: Lapangan Karebosi).
Abstract
Pesatnya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia khususnya di Kota
Makassar memberikan dampak yang tidak sedikit bagi lingkungan. Banyaknya
pembangunan mall dan gedung perkantoran yang mengambil lahan kota untuk
mendukung fasilitas perkotaan demi kemajuan ekonomi merupakan salah satu
penyebab ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) semakin terbatas. Pemerintah
Indonesia melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
mewajibkan setiap kota memiliki luas RTH 30 persen dari luas wilayah dengan
rincian 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat. Kota Makassar
merupakan satu kota di Indonesia yang menerapkan pembangungan RTH. Namun,
luasan RTH di Kota Makassar hanya sebesar 1 325 ha, jika dibandingkan dengan
luas Kota Makassar sebesar 17 577 ha, persentase RTH hanya sebesar 7,58
persen. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi masyarakat mengenai
keberadaan RTH Lapangan Karebosi, mengestimasi nilai ekonomi keberadaan
RTH, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi willingnes to pay (WTP)
masyarakat dan menganalisis strategi pengelolaan RTH di Kota Makassar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi dan kepedulian masyarakat terhadap
RTH cukup baik. Hasil rata-rata WTP dengan menggunakan contingent valuation
method (CVM) sebanyak 68 responden dari 100 total responden bersedia
berpartisipasi sebesar Rp2 746/KK/tahun dengan total WTP RTH diestimasi
sebesar Rp490 072 455/KK/tahun. Faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan
WTP di analisis menggunakan analisis regresi logistik. Hasil regresi logistik
menunjukkan bahwa pada taraf nyata lima persen, faktor-faktor yang
memengaruhi WTP adalah lama tinggal, pendidikan, dan jumlah tanggungan,
SWOT dan QSPM digunakan untuk menganalisis strategi pengelolaan RTH di
Kota Makassar, alternatif strategi yang disarankan pada penelitian ini adalah
peningkatan program penyuluhan kepedulian lingkungan, peningkatan sarana dan
prasarana untuk mencegah kerusakan, dan mengembangkan ikon pariwisata.