dc.description.abstract | Insek merupakan salah satu sumber peptida antimikroba (AMP) yang dapat
menghambat perkembangan mikroba dan memiliki kadar protein kasar tinggi yang
tersusun dari berbagai macam asam amino. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh penggunaan protein dari berbagai jenis insek yang berbeda yang diberi pada
hewan model tikus (Rattus norvegicus) terhadap status kekebalan tubuh. Hewan model
yang digunakan 12 ekor dengan rataan bobot badan awal yaitu 191.83 ± 17.02 g.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan. Perlakuan sumber protein antara lain purefied diet sebagai kontrol (PKT),
perlakuan diet mengandung tepung pupa ulat sutera (PPU), perlakuan diet mengandung
tepung jangkrik rendah kitin (PJK), dan perlakuan diet mengandung tepung maggot
(PMG). Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering (BK), konsumsi protein
kasar (PK), profil leukosit serta aktivitas fagositosis, kapasitas fagositosis, clearance
test terhadap bakteri patogen. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan diet kontrol tidak
berbeda nyata dengan perlakuan diet berbagai sumber protein asal insek terhadap
konsumsi BK, konsumsi PK, leukosit total, neutrofil, eosinofil, basofil dan limfosit.
Jumlah monosit PJK dan PMG nyata lebih tinggi dibandingkan dengan PKT dan PPU. Hasil
tes darah hewan yang diberi perlakuan insek terhadap aktivitas fagositosis, kapasitas
fagositosis yang ditentang dengan dengan bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan
nyata lebih tinggi dibandingkan PKT. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan diet
protein asal insek memiliki potensi sebagai immunodulator dalam tubuh hewan model
(Rattus norvegicus). | id |