Show simple item record

dc.contributor.advisorDespal
dc.contributor.advisorPermana, Idat Galih
dc.contributor.authorHasanah, Uswatun
dc.date.accessioned2018-01-08T06:59:29Z
dc.date.available2018-01-08T06:59:29Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88766
dc.description.abstractUsaha persusuan nasional Indonesia masih terbentur dengan permasalahan peningkatan produksi susu dan kualitasnya. Hingga saat ini, Indonesia hanya mampu memenuhi 20% dari kebutuhan susu nasional. Upaya peningkatan produksi susu sapi perah sering kali dihadapkan dengan permasalahan pakan terutama dari sisi pemenuhan kebutuhan nutrien ternak. Rendahnya kualitas, kuantitas dan ketersediaan pakan khususnya hijauan saat musim kemarau merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan ternak sapi perah, khususnya pada peternakan rakyat. Pengaplikasian silase ransum komplit sebagai hijauan sumber serat untuk ternak perah sudah banyak dilakukan, namun belum diterapkan dengan baik pada peternakan rakyat sapi perah daerah KPSBU Lembang. Hal ini dikarenakan silase ransum komplit masih belum popular sebagai pakan yang dapat menggantikan hijauan dan ransum konvensional yang biasa diberikan pada peternakan rakyat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengintroduksikan silase ransum komplit pada peternakan rakyat, membandingkan pemberian silase ransum komplit dengan ransum konvensional yang biasa digunakan di peternakan rakyat dan menentukan taraf optimal penggunaan silase ransum komplit. Penelitian dilakukan secara in vivo dan in vitro dengan melakukan pengamatan pada ternak sapi perah terhadap tiga perlakuan ransum uji (R0: ransum basal peternak, R1: ransum dengan penambahan silase 20% dan R2: ransum dengan penambahan silase 40%). Ternak yang digunakan adalah ternak sapi perah jenis Friesian Holstein (FH) sebanyak 12 ekor yang dikelompokkan berdasarkan tiga kelompok produksi susu. Parameter yang diamati selama pemeliharaan secara in vivo adalah komposisi proksimat silase ransum komplit dan bahan penyusun ransum penelitian, konsumsi, manure score, produksi susu, pertambahan bobot badan, body condition score, efisiensi teknis dan ekonomis. Penelitian secara in vitro hanya dilakukan untuk mengukur konsentrasi volatile fatty acid (VFA), amonia, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada masing-masing ransum uji yang digunakan saat in vivo pada tiga kelompok cairan rumen dari tiga sapi yang berbeda. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA), sedangkan untuk data produksi susu dan kualitas susu dianalisis menggunakan analysis of covariance (ANCOVA), jika terdapat perbedaan nyata akan dilakukan uji lanjut Duncan dan uji lanjut Polinomial Ortogonal pada parameter selisih produksi susu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum R2, yaitu ransum dengan penambahan 40% silase memiliki kualitas yang baik pada fermentabilitas dan utilitas ransum di dalam rumen. Nilai fermentabilitas seperti VFA dan NH3 pada ransum R2 sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan ransum R0 dan R1, dengan nilai VFA berturut-turut R0, R1, dan R2 adalah 115.71 mM, 127.31 mM, dan 143.13 mM, serta nilai NH3 R0, R1, dan R2 adalah 8.99 mM, 10.47 mM dan 11.06 mM. Fermentabilitas dan utilitas ransum yang tinggi pada ransum R2 berpengaruh pada nilai manure score, selisih produksi susu dan pertambahan bobot v badan harian (PBBH). Ransum R2 memiliki nilai manure score yang signifikan lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan ransum R0 dan R1, yaitu 2.88, sedangkan nilai manure score ransum R0 dan R1 adalah 2.42 dan 2.60. Selisih produksi susu setelah diberi ransum uji dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada ransum R2 juga signifikan lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan ransum R0 dan R1. Nilai selisih produksi susu berturut-turut pada ketiga ransum uji R0, R1, dan R2 adalah 0.18, 0.37, dan 1.91 liter ekor-1 hari-1 dan nilai PBBH pada ransum R0, R1, dan R2 adalah 0.50, 0.09 dan 0.82 kg ekor-1 hari-1. Parameter kecernaan pakan, yaitu kecernaan bahan kering maupun bahan organik, konsumsi bahan kering ransum (hijauan dan konsentrat), kualitas komponen susu dan performa ternak (BCS) serta nilai efisiensi teknis dan ekonomis ransum memberikan pengaruh yang sama pada ketiga ransum uji, namun data BCS menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pada ransum dengan penambahan silase, sehingga diharapkan dengan penambahan silase di dalam ransum mampu meningkatkan persistensi masa laktasi dan mengurangi terjadinya penurunan produksi susu yang drastis. Simpulan dari penelitian ini adalah ransum dengan penambahan 40% silase ransum komplit berbasis jabon dapat dijadikan sebagai pakan sumber serat pengganti hijauan yang berkualitas tinggi dengan nutrisi yang seimbang untuk ternak sapi perah pada peternakan rakyat. Penambahan 40% silase ransum komplit pada ransum juga dapat meningkatkan produktivitas ternak, terutama pada performa ternak, produksi susu, dan perbaikan kesehatan ternak serta nilai efisiensi teknis dan ekonomis ransum.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Feedingid
dc.subject.ddcMilk Consumptionid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleEvaluasi Penerapan Silase Ransum Komplit pada Produktivitas Susu Sapi Perah di Peternakan Rakyat KPSBU Lembangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordefisiensi pakanid
dc.subject.keywordkecernaanid
dc.subject.keywordproduksi susuid
dc.subject.keywordransum konvensionalid
dc.subject.keywordsilase ransum komplitid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record