Show simple item record

dc.contributor.advisorNurhayati, Tati
dc.contributor.advisorPurwaningsih, Sri
dc.contributor.authorNurhikma
dc.date.accessioned2017-08-09T04:09:03Z
dc.date.available2017-08-09T04:09:03Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87787
dc.description.abstractCacing laut (Siphonosoma australe-australe) disebut juga dengan cacing kacang (Peanut worm) atau dikenal dengan “Sipou” oleh masyarakat Sulawesi Tenggara. Cacing laut hidup pada daerah berpasir dan memiliki panjang berkisar antara 12-25 cm. Masyarakat Toronipa umumnya mengkonsumsi cacing laut sebagai obat tradisional karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit misalnya diare, penyembuh luka dalam, dan mengatur fungsi lambung dan limpa. Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi cacing laut, menentukan aktivitas antioksidan, inhibitor α-glukosidase, antiinflamasi, antibakteri pada ekstrak cacing laut dan komponen bioaktif ekstrak metanol, etil asetat, dan hasil frezedrying cacing laut. Penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pertama karakterisasi yang meliputi identifikasi bahan baku, analisis komposisi kimia, asam amino, asam lemak, mineral dan logam menggunakan analisis deskriptif. Tahap kedua yaitu ekstraksi daging cacing laut menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan hasil frezedrying. Tahap ketiga yaitu penentuan aktivitas antioksidan, α-glukosidase, antiinflamasi, dan antibakteri cacing laut menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Duncan. Tahap keempat yaitu penentuan golongan senyawa aktif cacing laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen daging cacing laut sebesar 67.25% dan jeroan sebesar 32.39%. Daging cacing laut segar memiliki protein 10.11%, abu 3.03%, lemak 0.54%, dan pada cacing laut hasil frezedrying memiliki protein 56.35%, abu 15.08%, lemak 9.82%. Kandungan asam amino tertinggi terdapat pada asam glutamat sebesar 6.53% pada cacing laut segar dan 8.53% pada cacing laut hasil frezedrying. Kandungan asam lemak tertinggi cacing laut segar adalah asam arakidonat 2.80% sedangkan cacing laut hasil frezedrying adalah asam palmitat 2.64%. Kandungan mineral tertinggi terdapat pada natrium sebesar 43 700 mg/kg pada cacing laut segar dan 127 334 mg/kg pada cacing laut hasil frezedrying. Kandungan logam berat cacing laut menunjukkan kadar timbal dan kadmium masih di bawah ambang batas yang diperbolehkan dikonsumsi manusia. Rendemen ekstrak cacing laut dengan pelarut metanol 1.44%±0.12, etil asetat 1.19%±0.19, dan hasil freezedry 14.3%. Hasil penapisan aktivitas antioksidan cacing laut menunjukkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat dan cacing laut hasil frezedrying memiliki aktivitas tetapi tidak berpotensi sebagai antioksidan. Hasil penapisan aktivitas α- glukosidase terbaik dengan nilai IC50 sebesar 47.61 mg/mL dari cacing laut hasil frezedrying. Penapisan aktivitas antiinflamasi terbaik dengan nilai IC50 sebesar 3.08 μg/mL didapat dari ekstrak etil asetat. Hasil penapisan antibakteri ekstrak metanol, etil asetat, dan cacing laut hasil frezedrying tidak memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Komponen bioaktif ekstrak metanol, etil asetat dan cacing laut hasil frezedrying mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan steroid.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcMarine Productsid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleKarakterisasi dan Penapisan Senyawa Bioaktif Cacing Laut (Siphonosoma australe-australe) dari Perairan Sulawesi Tenggaraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordantibakteriid
dc.subject.keywordantiinflamasiid
dc.subject.keywordantioksidanid
dc.subject.keywordinhibisi -glukosidaseid
dc.subject.keywordSiphonosoma australe-australeid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record