Show simple item record

dc.contributor.advisorJakaria
dc.contributor.advisorRukmiasih
dc.contributor.advisorBudiman, Cahyo
dc.contributor.authorAyuningtyas, Gilang
dc.date.accessioned2017-08-09T03:06:34Z
dc.date.available2017-08-09T03:06:34Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87770
dc.description.abstractDaging unggas merupakan sumber protein hewani yang secara nilai ekonomi terjangkau oleh masyarakat di Indonesia dibandingkan daging asal ternak lainnya. Saat ini kontribusi produksi daging unggas masih didominasi oleh ayam ras dengan tetua (grand parent stock) nya masih mengandalkan pihak asing. Unggas lokal Indonesia secara teori mampu bersaing sebagai sumber penghasil pangan andalan. Entok (Cairina moschata) merupakan salah satu unggas air lokal yang memiliki karakteristik sebagai penghasil daging yang baik. Akan tetapi, pengembangan entok sebagai unggas air unggulan Indonesia masih memiliki beberapa kendala, diantaranya peningkatan populasi dan produksi telur yang rendah, belum adanya data kebutuhan pakan dan metode pemberian pakan yang tepat, serta sistem pemeliharaan yang ekstensif. Untuk mengatasi kendala tersebut maka perlu adanya perbaikan, salah satunya dari aspek manajemen pemeliharaan. Manajemen pemeliharaan yang telah diterapkan di beberapa unggas pembibit betina adalah dengan melakukan pengaturan pemberian pakan di periode pertumbuhan. Pengaturan pemberian pakan lewat metode pembatasan pakan memberikan dampak yang baik diantaranya penyeragaman bobot badan dewasa kelamin, menunda masak kelamin, menurunkan perlemakan sebelum periode bertelur, meningkatkan bobot telur dengan jalan menunda dewasa kelamin, menurunkan konversi pakan pada periode pertumbuhan, meningkatkan kualitas telur tetas, dan meningkatkan kesehatan. Penelitian pembatasan pakan (restricted feeding) pada entok betina perlu dilakukan karena entok adalah tipe unggas dengan pertumbuhan cepat, maka perlu adanya pengendalian pertumbuhan pada entok muda (periode pertumbuhan umur 8-22 minggu). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pembatasan pemberian pakan terhadap penampilan entok periode pertumbuhan, perkembangan organ reproduksi, profil lemak darah, karakteristik pubertas, dan produksi telur. Pemeliharaan ternak entok dilakukan di Laboratorium Kandang Blok B, dan Laboratorium Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis lemak darah dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB (PSSP LPPM-IPB). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai September 2015. Entok betina sebanyak 32 ekor digunakan pada penelitian ini. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga taraf perlakuan pembatasan pakan. Perlakuan pembatasan pakan terdiri atas pemberian pakan secara ad libitum sebagai kontrol (P1); pembatasan pakan 70% dari pemberian ad libitim (P2); dan pembatasan pakan 40% dari pemberian ad libitim (P3). Pakan yang digunakan mengandung protein kasar (PK) sebesar 22% (untuk umur entok 0-3 minggu), PK 18% (umur 4-7 minggu), PK 14% (umur 8-22 minggu), dan PK 16% (umur > 22 minggu). Peubah yang diamati yaitu performa periode pertumbuhan (konsumsi pakan dan bobot badan), perkembangan organ reproduksi, kadar kolesterol dan trigliserida darah, karakterisrik pubertas (umur dan bobot badan masak kelamin, bobot telur pertama), dan produksi telur satu siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan umur 22 minggu entok P2 dan P3 lebih rendah dari pada P1. Pembatasan pakan dapat menunda perkembangan folikel ovari dan umur masak kelamin. Bobot ovarium entok betina perlakuan P1 lebih tinggi dari bobot ovarium pada dua perlakuan lainnya pada umur yang sama yaitu 22 minggu. Bobot ovarium entok P2 dan P3 secara berurutan 17.85 % dan 9.19 % dari bobot ovari P1. Kadar kolesterol darah entok P2 dan P3 lebih rendah dari entok P1, sedangkan kadar trigliserida darah tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Umur masak kelamin entok P2 lebih lambat 10 hari dibandingkan entok P1. Begitu pula dengan entok P3 mencapai masak kelamin lebih lambat 26 hari dibandingkan dengan entok P1 dan 16 hari dibandingkan dengan entok P2. Bobot telur dan produksi telur satu siklus pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Berdasarkan penelitian ini, dengan adanya program pembatasan pemberian pakan, dapat menghemat biaya pakan pada periode pertumbuhan sebesar 28.15 % untuk P2 dan 57.98% untuk P3. Berdasarkan hasil penelitian maka pembatasan pakan 70% telah mampu menunda masak kelamin entok dengan produksi telur yang sama dengan kelompok entok ad libitum.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal productionid
dc.subject.ddcDuckid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleProduktivitas Entok Betina dengan Pemberian Pakan Terbatas Selama Periode Pertumbuhanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordentokid
dc.subject.keywordkarakteristik pubertasid
dc.subject.keywordpembatasan pakanid
dc.subject.keywordperformaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record