dc.description.abstract | Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang secara nilai
ekonomi terjangkau oleh masyarakat di Indonesia dibandingkan daging asal
ternak lainnya. Saat ini kontribusi produksi daging unggas masih didominasi oleh
ayam ras dengan tetua (grand parent stock) nya masih mengandalkan pihak asing.
Unggas lokal Indonesia secara teori mampu bersaing sebagai sumber penghasil
pangan andalan. Entok (Cairina moschata) merupakan salah satu unggas air lokal
yang memiliki karakteristik sebagai penghasil daging yang baik. Akan tetapi,
pengembangan entok sebagai unggas air unggulan Indonesia masih memiliki
beberapa kendala, diantaranya peningkatan populasi dan produksi telur yang
rendah, belum adanya data kebutuhan pakan dan metode pemberian pakan yang
tepat, serta sistem pemeliharaan yang ekstensif. Untuk mengatasi kendala tersebut
maka perlu adanya perbaikan, salah satunya dari aspek manajemen pemeliharaan.
Manajemen pemeliharaan yang telah diterapkan di beberapa unggas pembibit
betina adalah dengan melakukan pengaturan pemberian pakan di periode
pertumbuhan. Pengaturan pemberian pakan lewat metode pembatasan pakan
memberikan dampak yang baik diantaranya penyeragaman bobot badan dewasa
kelamin, menunda masak kelamin, menurunkan perlemakan sebelum periode
bertelur, meningkatkan bobot telur dengan jalan menunda dewasa kelamin,
menurunkan konversi pakan pada periode pertumbuhan, meningkatkan kualitas
telur tetas, dan meningkatkan kesehatan. Penelitian pembatasan pakan (restricted
feeding) pada entok betina perlu dilakukan karena entok adalah tipe unggas
dengan pertumbuhan cepat, maka perlu adanya pengendalian pertumbuhan pada
entok muda (periode pertumbuhan umur 8-22 minggu). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengkaji pengaruh pembatasan pemberian pakan terhadap
penampilan entok periode pertumbuhan, perkembangan organ reproduksi, profil
lemak darah, karakteristik pubertas, dan produksi telur.
Pemeliharaan ternak entok dilakukan di Laboratorium Kandang Blok B, dan
Laboratorium Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis lemak darah
dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB
(PSSP LPPM-IPB). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai
September 2015. Entok betina sebanyak 32 ekor digunakan pada penelitian ini.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan tiga taraf perlakuan pembatasan pakan. Perlakuan pembatasan pakan
terdiri atas pemberian pakan secara ad libitum sebagai kontrol (P1); pembatasan
pakan 70% dari pemberian ad libitim (P2); dan pembatasan pakan 40% dari
pemberian ad libitim (P3). Pakan yang digunakan mengandung protein kasar (PK)
sebesar 22% (untuk umur entok 0-3 minggu), PK 18% (umur 4-7 minggu), PK
14% (umur 8-22 minggu), dan PK 16% (umur > 22 minggu). Peubah yang
diamati yaitu performa periode pertumbuhan (konsumsi pakan dan bobot badan),
perkembangan organ reproduksi, kadar kolesterol dan trigliserida darah,
karakterisrik pubertas (umur dan bobot badan masak kelamin, bobot telur
pertama), dan produksi telur satu siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan umur 22 minggu entok
P2 dan P3 lebih rendah dari pada P1. Pembatasan pakan dapat menunda
perkembangan folikel ovari dan umur masak kelamin. Bobot ovarium entok
betina perlakuan P1 lebih tinggi dari bobot ovarium pada dua perlakuan lainnya
pada umur yang sama yaitu 22 minggu. Bobot ovarium entok P2 dan P3 secara
berurutan 17.85 % dan 9.19 % dari bobot ovari P1. Kadar kolesterol darah entok
P2 dan P3 lebih rendah dari entok P1, sedangkan kadar trigliserida darah tidak
berbeda nyata pada setiap perlakuan. Umur masak kelamin entok P2 lebih lambat
10 hari dibandingkan entok P1. Begitu pula dengan entok P3 mencapai masak
kelamin lebih lambat 26 hari dibandingkan dengan entok P1 dan 16 hari
dibandingkan dengan entok P2. Bobot telur dan produksi telur satu siklus pada
setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Berdasarkan penelitian ini, dengan adanya
program pembatasan pemberian pakan, dapat menghemat biaya pakan pada
periode pertumbuhan sebesar 28.15 % untuk P2 dan 57.98% untuk P3.
Berdasarkan hasil penelitian maka pembatasan pakan 70% telah mampu menunda
masak kelamin entok dengan produksi telur yang sama dengan kelompok entok
ad libitum. | id |