dc.description.abstract | Manipulasi nutrisi untuk meningkatkan performa reproduksi telah banyak
dilaporkan, seperti penambahan asam lemak tidak jenuh dalam ransum induk.
Suplementasi asam lemak tidak jenuh berupa omega-6 pada Domba Garut calon
induk mampu memberikan pengaruh positif terhadap tingkat ovulasi, ketahanan
embrio, lambing rate, jumlah kelahiran anak kembar dan jumlah kelahiran anak
jantan (Khotijah et al. 2014a; 2014b), akan tetapi belum disertai dengan daya tahan
tubuh anak yang baik. Kombinasi asam lemak tidak jenuh omega-3 dan omega-6
diharapkan mampu meningkatkan performa reproduksi induk dan ketahanan tubuh
anak domba. Wathes et al. (2007) juga menyatakan suplementasi omega-3 dapat
memperbaiki perilaku ternak yang baru lahir juga memperbaiki komposisi susu.
Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh imbangan omega-3 dan omega-6
yang berbeda dalam ransum induk domba lokal terhadap performa reproduksi induk
dan ketahanan tubuh anak domba. Ternak yang digunakan domba betina lokal dengan
umur 5-6 bulan dan bobot badan awal 19.07±1.52 kg sebanyak 25 ekor. Rancangan
percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang diberikan
yaitu R0 = tanpa penambahan omega-3 dan omega-6, R1 = imbangan omega-
3:omega-6 1:8.6, R2 = imbangan omega-3:omega-6 1:6.1, R3 = imbangan omega-
3:omega-6 1:3.1, R4 = imbangan omega-3:omega-6 1:2.0. Peubah yang diamati
adalah konsumsi ransum periode pra-kawin dan kebuntingan, efisiensi ransum,
pertambahan bobot badan harian, kadar glukosa dan kolesterol selama kebuntingan,
kadar progesteron fase akhir kebuntingan dan performa reproduksi.
Imbangan omega-3 dan omega-6 yang berbeda berpengaruh (P<0.05) performa
produksi pra-kawin induk. Pertambahan bobot badan harian paling besar pada
perlakuan R4 (1:2) dengan efisiensi ransum sebesar 11.95%. Konsumsi ransum pada
akhir kebuntingan lebih banyak dibandingkan fase awal dan tengah kebuntingan.
Kadar glukosa pada fase tengah kebuntingan dipengaruhi oleh imbangan omega-3
dan omega-6 yang berbeda (P<0.05). Imbangan omega-3 dan omega-6 1:8 memiliki
kadar glukosa paling tinggi pada fase tengah kebuntingan. Kadar kolesterol pada
akhir kebuntingan dipengaruhi perlakuan (P<0.05) dengan kadar yang paling tinggi
pada perlakuan R4 (1:2). Perlakuan imbangan omega-3 dan omega-6 yang berbeda
mempengaruhi performa reproduksi induk. Respon estrus, persentase kebuntingan,
jumlah embrio dan jumlah anak paling tinggi diperoleh pada perlakuan R4 (1:2).
Penambahan asam lemak tidak jenuh omega-3 dan omega-6 meningkatkan bobot
lahir tunggal dan kembar. Imbangan omega-3 dan omega-6 1:2 menghasilkan anak
tunggal dengan bobot lahir paling tinggi. | id |