dc.description.abstract | Hasil evaluasi kinetika degradasi bahan pakan in vitro dipengaruhi oleh
karakteristik bahan pakan yang digunakan dalam inkubasi yang meliputi fraksi
pakan mudah larut (fraksi a), seperti pati, protein, lemak, dan mineral yang larut;
fraksi pakan potensial terdegradasi (fraksi b) yang terdiri atas komponen serat
dengan tingkat degradasi lambat dan merupakan bagian dari dinding sel seperti
selulosa, hemiselulosa dan lignin; dan laju degradasi fraksi b (c). Pemanfaatan
hijauan seperti rumput gajah dan limbah industri pertanian berupa ampas tahu, kulit
singkong, konsentrat dan bungkil kedelai sebagai bahan pakan diharapkan
memberikan pengaruh positif dalam menunjang produktivitas ternak. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pemanfaatan limbah sebagai sumber pakan memiliki
keterbatasan mengenai kualitas nutrien yang cukup beragam. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji kinetika degradasi beberapa bahan pakan ruminansia
secara in vitro.
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan perlakuan 5 bahan pakan (bungkil kedelai, rumput gajah,
konsentrat, ampas tahu dan kulit singkong) dengan 3 ulangan.
Hasil degradasi bahan kering menunjukkan adanya pengaruh nyata (p<0.05)
bahan pakan bungkil kedelai pada fraksi a, nilai c dan Degradabilitas Efektif (DE).
Bungkil kedelai memiliki fraksi mudah larut (a) lebih tinggi sebesar 31.62%, laju
degradasi fraksi b (c) lebih tinggi sebesar 18.22%/jam dan Degradabilitas Efektif
(DE) lebih tinggi sebesar 59.23% dibandingkan 4 bahan pakan lainnya. Hasil
fermentasi bahan kering pakan di rumen dan kecernaan nutrien menunjukkan
bungkil kedelai menghasilkan konsentrasi amonia (NH3) dan Volatille Fatty Acid
(VFA) yang lebih tinggi, serta memiliki nilai kecernaan tertinggi pada degradasi
protein kasar (DPK), kecernaan bahan kering (KcBK) dan Kecernaan protein kasar
(KcPK). Protein bahan pakan ampas tahu didegradasi lebih lambat sehingga
memiliki nilai By-pass protein kasar (BPK) lebih tinggi dari 4 bahan pakan lainnya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bungkil kedelai dengan kandungan protein
tinggi, laju degradasi fraki b (c) lebih tinggi dan didegradasi lebih efektif sehingga
menghasilkan konsentrasi amonia (NH3 ) dan Volatille Fatty Acid (VFA) yang lebih
tinggi, serta memiliki nilai kecernaan tertinggi pada degradasi protein kasar (DPK),
kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan protein kasar (KcPK). Ampas tahu
berpotensi menjadi sumber by-pass protein karena didegradasi lebih lambat oleh
mikrobia rumen. | id |