Pengendalian Infeksi Aeromonas Hydrophila Pada Ikan Lele Dengan Mikrokapsul Probiotik Pada Dosis Dan Frekuensi Berbeda
View/ Open
Date
2017Author
Setiyaningsih, Lilik
Widanarni
Lusiastuti, Angela Mariana
Yuhana, Munti
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu permasalahan utama pada budidaya ikan lele adalah munculnya
penyakit Motile Aeromonad Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri A.
hydrophila. A. hydrophila merupakan bakteri yang termasuk ke dalam patogen
oportunistik dan dapat menyebabkan kematian tinggi (80-100%) pada ikan
budidaya. Salah satu solusi yang diharapkan sebagai upaya penanggulangan
infeksi bakteri A. hydrophila adalah pemberian probiotik. Bakteri probiotik dapat
bersifat kompetitor terhadap patogen dalam memanfaatkan nutrien dan
melindungi ikan dari infeksi melalui peningkatan imunitas. Penggunaan probiotik
multispesies diketahui memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menghambat
penyebaran beberapa jenis penyakit bakterial, namun probiotik dalam bentuk
kultur sel memiliki keterbatasan dalam masa penyimpanan dan mudah rusak oleh
pengaruh lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan viabilitas probiotik adalah melalui penggunaan teknologi
mikroenkapsulasi.
Bakteri probiotik yang digunakan adalah B. cereus (P22) (108 CFU ml-1)
dan S. lentus (L1k) (108 CFU ml-1) dengan penanda molekuler resisten antibiotik
(Rifampisin untuk P22 dan Chloramfenicol untuk L1k) dan dimikroenkapsulasi
menggunakan metode spray drying. Uji in vivo menggunakan ikan lele strain
mutiara dengan bobot rata-rata 3.72±0.51 g. Ikan uji dipelihara selama 40 hari dan
diberi pakan komersial kadar protein 30% secara at satiation tiga kali sehari.
Percobaan meliputi K- (kontrol negatif), K+ (kontrol positif), A
(pakan+mikrokapsul probiotik (MP) dosis 0.5% frekuensi setiap hari), B
(pakan+MP dosis 0.5% frekuensi tiga hari sekali), C (pakan+MP dosis 1%
frekuensi setiap hari), D (pakan+MP dosis 1% frekuensi tiga hari sekali), E
(pakan+MP dosis 2% frekuensi setiap hari) dan F (pakan+MP dosis 2% frekuensi
tiga hari sekali). Uji resistensi ikan lele terhadap A. hydrophila dilakukan pada
hari ke-42 melalui injeksi intramuskular dengan kepadatan 108 CFU ml-1 dan
pengamatan dilakukan setiap hari selama 14 hari. Parameter yang diamati
meliputi kinerja pertumbuhan (tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan
spesifik dan rasio konversi pakan), respon imun (kadar hematokrit, kadar
hemoglobin, aktivitas fagositosis dan respiratory burst), total bakteri di dalam
usus, total probiotik P22 dan L1k di dalam usus serta total bakteri A. hydrophila di
organ target (ginjal dan hati).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pada masa
pemeliharaan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan
(P>0.05). Perlakuan E menunjukkan hasil laju pertumbuhan spesifik tertinggi
(4.537±0.018%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan D (4.433±0.003) (P>0.05)
namun berbeda nyata dengan perlakuan lain (P<0.05). Perlakuan D menunjukkan
nilai FCR terbaik (1.191±0.013), tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan
C (1.242±0.062) dan F (1.25±0.034) namun berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya (P<0.05). Pada akhir masa pemeliharaan, total bakteri di usus pada
seluruh perlakuan probiotik diketahui memiliki jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan kontrol. Perlakuan E diketahui memberikan hasil total
bakteri tertinggi (7.49±0.12 log CFU g-1). Total probiotik B. cereus (P22) dan S.
lentus (L1k) tertinggi dihasilkan oleh perlakuan E yaitu 4.06±0.09 log CFU g-1;
4.02±0.08 log CFU g-1. Pemberian MP memberikan pengaruh terhadap parameter
gambaran darah, terutama pasca uji tantang (terjadi fluktuasi nilai kadar
hematokrit (He), hemoglobin (Hb), aktivitas fagositosis (AF) dan respiratory
burst (RB)). Kadar He dan Hb menurun pada hari ke 44 dan meningkat kembali
pada hari ke 49 dan 56. Kadar Hb tertinggi pada akhir pemeliharaan dan pasca uji
tantang ditunjukkan oleh perlakuan E (10.5±0.14) berbeda nyata dengan seluruh
perlakuan (P<0.05). Nilai He tertinggi pada hari ke 44 dan 49 dihasilkan oleh
perlakuan E (27.70±0.61; 31.83±1.25) namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A dan C (P>0.05) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
(P<0.05). Nilai He tertinggi pada hari ke 56 ditunjukkan oleh perlakuan C
(34.52±1.69) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan E (P<0.05) namun
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P>0.05). Nilai AF tertinggi pada hari ke
44 ditunjukkan oleh perlakuan E (58.75±1.77) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan C dan F (P>0.05) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
(P<0.05). Nilai RB tertinggi pada hari ke 44 dihasilkan oleh perlakuan E
(0.076±0.004) berbeda nyata dengan seluruh perlakuan (P<0.05). Total A.
hydrophila pada organ target di awal pemeliharaan untuk seluruh perlakuan
menujukkan hasil <2.00±0.00 log CFU g-1. Total A. hydrophila di organ ginjal
dan hati terendah pada hari ke-49 dihasilkan oleh perlakuan E (3.65±0.49 log
CFU g-1; 3.75±0.21 log CFU g-1), sedangkan total A. hydrophila di organ hati dan
ginjal terendah pada hari ke-56 dihasilkan oleh seluruh perlakuan probiotik
dengan frekuensi pemberian setiap hari yaitu perlakuan A, C, E (<2.00±0.00).
Setelah 14 hari pasca uji tantang, seluruh perlakuan probiotik memberikan tingkat
kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan kontrol potitif (P<0.05).
Perlakuan E memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi
(93.10±0.33%), tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan F (89.77±4.38%)
namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0.05). Suplementasi
mikrokapsul probiotik B.cereus P22 dan S. lentus L1k pada pakan dengan dosis
2% yang diberikan setiap hari menunjukkan hasil yang lebih baik dalam
mengendalikan infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan lele.
Collections
- MT - Fisheries [3021]