Pengembangan Sistem Mekanisasi Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Untuk Mulsa Dan Kompos
View/ Open
Date
2016Author
Bulan, Ramayanty
Mandang, Tineke
Hermawan, Wawan
Desrial
Metadata
Show full item recordAbstract
Pendekatan secara sistem mekanisasi dalam penanganan limbah pelepah
kelapa sawit mampu memberikan output positif. Penanganan limbah tersebut
dapat menjadikan lahan perkebunan sawit terbebas dari tumpukan pelepah sawit.
Saat ini, tumpukan pelepah tersebut menjadikan satu jalur diantara pohon sawit
menjadi gawangan mati. Tumpukan pelepah tersbut sangat menggangu dalam
penerapan alat mekanisasi pertanian diperkebuan sawit. Sebagai contoh alat
mekanisasi yang terganggu adalah penerapan mesin transpostasi dan mesin
perawatan kelapa sawit.
Pelepah kelapa sawit secara umum terdiri dari 3 bagian yaitu daun, rachis
dan petiole. Daun yang menempel pada pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pengomposan dapat dilakukan pengecilan ukuran melalui
pencacahan. Rachis dan petiole pada pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan
sebagai mulsa organik. Rachis dan petiole dapat dimanfaatkan melalui mekanisme
pengempaan. Pengempaan menyebabkan jaringan ikat dalam rachis dan petiole
menjadi rusak sehingga lebih mudah terurai ditanah dan dapat membantu asupan
hara bagi tanaman.
Sifat fisik dari daun dan pelepah sawit diantaranya adalah panjang pelepah
675.89 cm dengan berat pelepah 9.5 kg. Dimensi lebar maksimum dan minimum
pelepah adalah 180 mm dan 11 mm, tinggi maksimum dan minimum pelepah
adalah 64.5 mm dan 23.5 mm. Panjang daun di pangkal pelepah dan ujung
pelepah adalah 103.89 cm dan 23.83 cm dengan berat daun per pelepah 3 kg.
Diameter lidi, tebal daun dan lebar daun adalah 2.2 mm, 0.2 mm dan 27.22 mm.
Kekuatan tekan dari pelepah sawit pada usia tanaman 20 tahun adalah 8134.62 N.
Kekuatan tekan usia tanaman 5 tahun adalah 4839.52 N. Tahanan potong daun
sawit maksimum 67.67 N per daun pada pangkal daun.
Daun sawit potensial dikonversi menjadi pupuk organik melalui proses
pengomposan. Metode pengomposan bokashi dianggap lebih baik dari pada
metode lainnya berdasarkan pertimbangan pengurangan massa dan kadungan N,
P, K dan rasio C/N. Dimensi cacah daun sawit berukuran lebih kecil lebih
direkomendasikan terkait dengan kemampuan mikroorganisme yang lebih baik
dalam mengurai bahan organik yang berukuran lebih kecil. Kombinasi proses
pengomposan dengan metode bokashi dengan ukuran cacahan daun sawit 2 cm
dan durasi pengomposan 10 minggu dipilih sebagai kombinasi kondisi proses
pengomposan yang optimal.
Mesin pencacah daun dan pengempa pelepah sawit telah berhasil
dirancangan dengan tiga unit utama yaitu unit penggunting daun sawit, pengempa
pelepah sawit dan pencacah daun sawit. Kapasitas mesin pencacah daun dan
pengempa pelepah sawit adalah 207 pelepah/jam. Unit penggunting akan bekerja
menggunting daun yang masih melekat pada limbah pelepah sawit. Pelepah yang
sudah tidak memiliki daun lagi akan diteruskan ke unit pengempa pelepah. Unit
pengempa pelepah akan mengempa pelapah hingga ketebalan 20 mm. Daun yang
tergunting akan menuju unit pencacah untuk dicacah menjadi ukuran cacahan 2
cm. Keseluruhan mesin penangan pelepah sawit menjadi pelepah yang terkempa
dan daun yang tercacah menggunakan sumber tenaga penggerak mesin diesel 10
hp.
Analisis finansial dari penggunaan mekanisasi dalam penanganan pelepah
sawit menjadi mulsa dan daun sawit menjadi kompos memberikan dampak
positif. Biaya pengelolaan pelepah sawit merupakan fungsi dari biaya
pengumpulan pelepah sawit, transportasi pelepah sawit, proses pengomposan dan
aplikasi kompos ke lapangan. Ada dua skenario yang digunakan dalam
menganalisis kelayakan finansial penggunaan mekanisasi dalam penanganan
pelepah sawit. Skenario pertama adalah tempat pengolahan kompos berada di titik
pusat afdeling. Skenario kedua adalah membangun dua unit pengolahan limbah
pelepah sawit dalam satu afdeling.
Analisis finansial dari kedua skenario tersebut menunjukkan bahwa samasama
layak untuk diusahakan. Perbandingan antar parameter analisis finansial dari
skenario yang dicoba menunjukkan bahwa skenario pertama lebih unggul dari
pada skenario kedua. Jumlah biaya yang diinvestasikan pada skenario pertama
adalah sebesar Rp 3,842,031,932 dengan nilai NPV, Net B/C, IRR, PBP, BEP
masing-masing adalah Rp 766,518,333, 1.25, 25%, 8.09 tahun, 23,290.72 ton.
Model pengelolaan yang dirancang dapat dijalankan dengan baik untuk
menghitung biaya dan pendapatan yang diperoleh dalam pengelolaan pelepah
sawit secara mekanis secara menyeluruh. Model pengelolaan pelepah sawit
terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar komponen-komponen yang
terlibat dalam pengelolaan pelepah sawit. Perubahan nilai input atau masukan dari
setiap komponen akan mempengaruhi nilai komponen yang lain. Model
pengelolaan pelepah sawit secara mekanis merupakan suatu kajian rekayasa yang
dapat digunakan untuk merancang usaha pengelolaan pelepah sawit pada
perkebunan kelapa sawit. Model pengelolaan pelepah sawit menjadi kompos dan
mulsa yang dibangun menunjukkan bahwa pengelolaan pengelolaan pelepah sawit
menjadi kompos dan mulsa dapat dipersiapkan dari periode penanaman dan akan
berakhir 5 tahun sebelum periode replanting.