Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Kawasan Pesisir Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara
View/ Open
Date
2017Author
Andronicus
Yulianda, Fredinan
Fahrudin, Achmad
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat menjadikan masyarakat
sebagai pelaku utama dalam tiap tahapan kegiatannya. Dalam upaya menciptakan
sebuah pengelolaan berbasis masyarakat, harus melalui beberapa proses tahapan.
Peran pemerintah, LSM dan lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam proses tersebut. Potensi alam yang dimiliki,
tidak akan berarti tanpa sebuah pengelolaan yang baik. Keberlanjutan dari
sumberdaya alam, bergantung dari sebuah sistem pengelolaan yang baik pula.
Bahoi terletak di ujung Pulau Sulawesi bagian utara, dengan kondisi perairan
cukup tenang karena berada di kawasan Teluk Likupang. Dengan potensi
sumberdaya pesisir yang baik, Bahoi memiliki peluang untuk dikembangkan
sebagai desa ekowisata berbasis masyarakat. Kesiapan masyarakat untuk
mengelola sumberdaya pesisir yang ada menjadi alasan lainnya. Perpaduan antara
masyarakat dan sumberdaya pesisir yang ada menjadi fokus dalam penelitian ini.
Rata-rata persen tutupan karang hidup sebesar 64.16% dari seluruh zona.
Kelimpahan ikan rata-rata sebesar 276 ind/250 m2 dari famili Pomacentridae.
Mangrove jenis Rhizophora mucronata merupakan jenis yang paling banyak
ditemukan. Mangrove di Bahoi memiliki kerapatan rata-rata 2000 ind/ha. Potensi
pengembangan ekowisata Bahoi cukup tinggi, dengan keberadaan sumberdaya
pesisir yang cukup menunjang kegiatan ekowisata. Indeks kesesuaian wisata
kategori wisata selam memiliki nilai rata-rata 73.46%, dengan nilai indeks
tertinggi pada zona perlindungan yaitu 85.19%. Indeks kesesuaian wisata kategori
wisata snorkeling memiliki rata-rata 80.12%, dengan nilai indeks tertinggi pada
zona perlindungan yaitu 89.47%. Indeks kesesuaian wisata kategori wisata
mangrove memiliki rata-rata 84.65%, dengan nilai indeks tertinggi pada zona
pemanfaatan sebesar 94.74%. Bahoi memiliki nilai daya dukung kawasan sebesar
272 Orang/hari untuk ketiga kategori wisata tersebut.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat dapat dilihat dari keterlibatan masyarakata dalam tahapan
peneglolaan, mulai dari perencanaan sebesar 53%, pengawasan 64% dan masuk
kategori Co-management Based, pelaksanaan sebesar 80%, evaluasi dan penilaian
sebesar 74% masuk dalam kategorikan Community Based. Keberlanjutan
pengelolaan sumberdaya sebagai aset dari ekowisata memiliki tiga dimensi, yaitu
dimensi ekologi, dimensi sosial dan budaya, serta dimensi kelembagaan. Dimensi
ekologi memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 61.31 berikutnya dimensi sosial
dan budaya sebesra 58.20 dan dimensi kelembagaan dengan nilai paling kecil
yaitu sebesar 45.79.