Show simple item record

dc.contributor.advisorRidla, Muhammad
dc.contributor.advisorSuharti, Sri
dc.contributor.advisorayanegara., Anuraga J
dc.contributor.authorLaia, Nursanti
dc.date.accessioned2017-01-30T07:09:14Z
dc.date.available2017-01-30T07:09:14Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82610
dc.description.abstractSektor peternakan khususnya ternak ruminansia, memegang peranan besar terhadap laju emisi gas metan yang berkontribusi terhadap pemanasan global sekaligus merupakan bentuk representasi dari sejumlah kehilangan energi bagi ternak. Salah satu pendekatan meminimalisasi emisi gas metan pada ternak ruminansia adalah melalui strategi pemberian pakan. Kelor, kunyit dan kedawung merupakan tanaman herbal yang mampu menurunkan populasi bakteri metagonenik. Tanaman-tanaman herbal mengandung saponin yang mampu menurunkan protozoa dan meningkatkan bakteri rumen, sehingga memperbaiki metabolisme rumen. Penelitian ini menggunakan teknik fermentasi in vitro. Media inkubasi yang digunakan adalah cairan rumen + larutan buffer bikarbonat yang ditempatkan dalam botol dan diinkubasi dalam water bath bersuhu 39-41ᵒC selama 72 jam. Cairan rumen diambil dari sapi peranakan Friesian Holstein berfistula di BALITNAK Ciawi, Bogor. Penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap 1 adalah screening terhadap tujuh tanaman herbal yang dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Kriteria screening berdasarkan tanaman yang dapat menghasilkan produksi gas yang tinggi serta populasi protozoa yang rendah. Tahap 2 adalah pengujian 3 tanaman herbal berdasarkan hasil yang didapat dari pengujian tahap 1 yang dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Rancangan perlakuannnya adalah R1= 100% bungkil inti sawit, R2 = 70% bungkil inti sawit + 30 % tepung daun kelor, R3 = 70% bungkil inti sawit + 30 % tepung kunyit, R4 = 70% bungkil inti sawit + 30 % tepung biji kedawung, R5 = 70% bungkil inti sawit + 15% tepung kelor + tepung kunyit, R6 = 70% bungkil inti sawit + 15% tepung kelor + 15% tepung kedawung, R7 = 70% bungkil inti sawit + 15% tepung kunyit + 15% tepung kedawung, R8 = 70% bungkil inti sawit+ 10% tepung kelor + 10% tepung kunyit + 10% tepung kedawung. Hasil tahap 1 menunjukkan bahwa dari 7 tanaman herbal didapatkan 3 tanaman herbal yang dapat meningkatkan produksi gas dan populasi protozoa yang rendah secara in vitro yaitu kelor, kunyit dan biji kedawung. Hasil produksi gas total antar setiap tanaman menunjukkan adanya perbedaan (P<0.05). Produksi gas total paling tinggi terdapat pada tanaman kedawung, kelor dan kunyit. Populasi protozoa yang paling rendah terdapat pada tanaman kelor. Hasil tahap 2 menunjukkan bahwa pemberian tanaman herbal nyata meningkatkan KCBK berkisar 56.72% sampai 65.77%, KCBO berkisar 52.10% sampai 59.54% dan NH3 berkisar 13.20 mM sampai 17.91 mM, VFA parsial, potensi produksi gas total, emisi gas metan dibandingkan kontrol (P<0.05). Simpulan dalam penelitian ini adalah penggunanan tepung daun kelor, kunyit dan tepung kedawung efektif meningkatkan produksi gas total, persentase KCBK dan persentase KCBO yang lebih mudah terdegradasi dan menurunkan emisi gas metan dan populasi protozoa pada fermentasi rumen.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAnimal Husbandryid
dc.subject.ddcAnimal feedid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleEfektivitas Tanaman Herbal Terhadap Fermentasi Rumen, Emisi Gas Metan Dan Populasi Protozoa In Vitroid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmetanid
dc.subject.keywordprotozoaid
dc.subject.keywordtanaman herbalid
dc.subject.keywordKCBKid
dc.subject.keywordKCBOid
dc.subject.keywordin vitroid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record