Show simple item record

dc.contributor.advisorSetyaningsih, Dwi
dc.contributor.advisorHaryanto, Bambang
dc.contributor.authorMajid, Abdul
dc.date.accessioned2017-01-30T06:53:04Z
dc.date.available2017-01-30T06:53:04Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82548
dc.description.abstractKebutuhan tentang pati dan tepung meningkat seiring dengan berkembangnya pola konsumsi masyarakat dan industri baik itu peruntukan pangan dan non pangan. Ditunjang dengan potensi kandungan pati dalam batang sagu cukup besar sebagai tanaman palma pertama yang ketersediaannya cukup besar di Indonesia dan kandungan patinya cukup tinggi. Sementara dalam proses untuk mendapatkan pati sagu, yang pada umumnya dilakukan proses ektraksi dengan media air dan terjadi akumulasi limbah pati sagu yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Disisi lainnya, ketersediaan air akan berkurang baik secara kuantitas maupun kualitas yang akan berpengaruh pada mutu pati sagu yang dihasilkan. Selain itu sagu sebagian besar materialnya berupa kulit dan ampas sehingga menyulitkan untuk dibuat tepung secara langsung. Maka perlu dilakukan pengembangan pengolahan tepung sagu secara fermentasi dengan stater yang mudah didapat. Penelitian ini bertujuan memperoleh kondisi terbaik pengembangan proses produksi tepung sagu semi kering dengan perlakuan fermentasi yang meliputi variasi stater yang mudah didapat dipasaran dan variasi lama perendaman, mendapatkan alternatif proses produksi tepung sagu dengan meminimalisasi penggunaan air, menurunkan kadar serat kasar pada tepung sagu yang dihasilkan. Penelitian diawali dengan persiapan bahan baku dengan pengujian karakterisitik bahan baku sagu serta dilakukan pengecilan ukuran dengan cara pemarutan. Kemudian dilakukan pelaksanaan penelitian di Laboratorium. Penelitian di laboratorium dimulai dengan pemilihan stater yang selanjutnya dilakukan proses inkubasi dan penepungan, pengujian distribusi ukuran partikel tepung sagu serta pengujian mutu tepung. Setelah itu dilakukan analisis kelayakan. Rancangan percobaan yang digunakan rancangan acak lengkap 2 faktor, yaitu faktor proses fermentasi (jenis starter) dan yaitu : Bimo CF, Ragi tape, Spontan, sedangkan level faktor untuk lama perendaman adalah 5 taraf, yaitu : 1,2,3,4 dan 5 hari dengan 2 ulangan. Penelitian ini dilaksanakan selama Lima bulan yaitu pada bulan Januari 2014 sampai dengan Mei 2014. Pembuatan tepung jagung dilakukan di Laboratorium Teknologi Agroindustri, LABTIAB – PUSPIPTEK Serpong. Pengujian tepung jagung dilakukan di Laboratirum Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dan Laboratorium Uji dan Analisa LABTIAB – PUPSPIPTEK Serpong. Proses produksi tepung sagu semi kering yang dikombinasikan dengan fermentasi menggunakan starter Bimo CF dan ragi tape dapat dijadikan sebagai alternatif pengolahan sagu. Tepung sagu yang dihasilkan mempunyai kadar serat yang berkisar antara 1 % sampai dengan 2 %. Dimana sebagai syarat sagu untuk industri sebesar 1 % (MS468, 1976), granula pati sesuai standar SNI 01-3729-1995, memiliki pH yang memenuhi standar untuk pangan SIRIM MS 470:1992 sebesar 4.5 sampai 6.5 dan rendemen tertinggi pada waktu perendaman 2 hari sebesar 26.40 % dan waktu perendaman 3 hari sebesar 26.50 % pada penggunaan starter Bimo CF dan rendemen tertinggi untuk penggunaan stater ragi tape sebesar 24.75 % pada waktu perendaman 1 hari. Perlakuan fermentasi menggunakan stater Bimo CF dan ragi tape serta fermentasi spontan berpengaruh nyata terhadap kehalusan. Kehalusan tepung sagu yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan standar SNI 01-3729-1995. Hasil pengamatan dengan SEM menunjukan perlakuan fermentasi dengan variasi stater dan waktu perendaman secara umum menghasilkan granula pati yang mempunyai bentuk oval atau berbentuk telur dan sebagian diantaranya memiliki ujung yang rata atau pepat dan serupa dengan granula pati standar SNI 01-3729-1995. Proses produksi tepung sagu secara proses semi kering yang dikombinasikan dengan fermentasi menggunakan starter Bimo CF dan ragi tape pada waktu inkubasi 1 sampai 3 hari dapat memperbaiki sifat gelatinisasi yaitu menurunkan waktu dan suhu gelatinisaasi, mempunyai kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi dan terjadi perbaikan dibanding pati sagu yang diproduksi oleh UKM, tetapi daya pengentalannya tidak tahan pada kondisi suhu tinggi dan tidak berpengaruh nyata terhadap breakdown viscosity serta viskositas panas, tahan terhadap retrogradasi adonan sehingga adonan lebih lunak jika dibandingkan pati sagu dan fermentasi dengan variasi starter dan waktu perendaman berpengaruh nyata terhadap viskositas dingin dan setback viscosity. Tepung sagu yang dihasilkan berpotensi sebagai bahan pangan dan untuk industri namun perlu ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kecerahan tepung sagu sehingga lebih diminati oleh industri pengguna. Proses produksi tepung sagu secara semi kering dengan kombinasi fermentasi menggunakan stater Bimo CF dan ragi tape layak secara finansial. Dengan nilai NPV DF 16% sebesar Rp. 362.167.291,-, IRR sebesar 20.53 %, net B/C ratio sebesar 2.24 dan Pay Back Period sebesar 4.68 tahun untuk penggunaan stater Bimo CF. dan untuk penggunaan stater ragi tape nilai NPV DF 16% sebesar Rp. 321.531.459,-, IRR sebesar 19.44 %, net B/C ratio sebesar 2.18 dan Pay Back Period sebesar 4.89 tahun. Penggunaan kedua stater tersebut lebih sensitiv terhadap peubahan harga jual produk tepung sagu disbanding terhadap perubahan harga bahan baku sehingga perlu dicari terobosan pasar dan pengembangan produk hilir.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFood Technologyid
dc.subject.ddcStarchid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleProses Produksi Tepung Sagu Menggunakan Proses Semi Kering Dengan Kombinasi Fermentasiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordsaguid
dc.subject.keywordpatiid
dc.subject.keywordtepung saguid
dc.subject.keywordfermentasiid
dc.subject.keywordseratid
dc.subject.keywordstaterid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record