Model Logistik Ramah Lingkungan Agroindustri Karet
View/ Open
Date
2016Author
Rukmayadi, Dede
Marimin
Haris, Uhendi
Yani, Mohamad
Metadata
Show full item recordAbstract
Logistik ramah lingkungan atau lebih dikenal sebagai logistik hijau
adalah suatu model logistik yang memperhitungkan aspek sosial dan
lingkungan di samping aspek fungsional dan ekonomis. Penerapan konsep
hijau (ramah lingkungan) pada logistik agroindustri karet sangat penting
dilakukan karena dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Penelitian dilakukan pada agroindustri karet yang berkembang saat ini, yaitu
agroindustri pengolahan karet remah (crumb rubber).
Penelitian ini bertujuan merancang model logistik ramah lingkungan
pada agroindustri karet yang meliputi sub-model : analisis elemen kunci;
seleksi pemasok bokar; analisis logistik proses SIR 20 (Standard Indonesian
Rubber 20); desain atribut kemasan produk SIR 20 dan evaluasi indikator
kinerja utama (IKU) logistik ramah lingkungan pada agroindustri karet.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ISM
(Interpretative Structural Modelling); AHP-TOPSIS (Analytical Hierarchy
Proces-Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution);
GVSM (Green Value Stream Mapping); Fuzzy AHP, GQFD (Green Quality
Function Deployment); AHP, OMAX (Objective Matrix) dan TLS (Traffic
Light System).
Hasil analisis menggunakan metode ISM diperoleh sub-elemen kunci
pada elemen (1) sektor masyarakat terpengaruh: pengusaha agroindustri
karet dan petani/pekebun karet; (2) kebutuhan program: kebijakan program
logistik ramah lingkungan yang dibuat pemerintah, ketersediaan dana/
anggaran bagi pelaksanaan program logistik ramah lingkungan dan
kompetensi SDM (teknis dan non teknis) yang melaksanakan program
logistik ramah lingkungan, (3) kendala utama: keterbatasan dana dan modal
usaha dari petani/ pekebun karet dan belum adanya komitmen dari beragam
pemangku kepentingan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta
sebagai pelaku dan penyedia jasa logistik, asosiasi-asosiasi, dan pihak-pihak
terkait lainnya) dalam pengembangan logistik ramah lingkungan; (4)
perubahan yang dimungkinkan: perbaikan kualitas bokar sesuai standar;
peningkatan standar mutu produk agroindustri karet dan perluasan mata
rantai kegiatan dan mata rantai nilai, yang dapat memberikan peningkatan
nilai tambah; (5) tujuan : mengurangi dampak lingkungan dari proses
produksi agroindustri karet; meningkatkan kualitas kemasan yang sesuai
harapan konsumen dan ramah lingkungan; meningkatnya kinerja logistik
ramah lingkungan; (6) tolok ukur keberhasilan program : peningkatan
jumlah dan sebaran bibit tanaman karet yang berkualitas dan meningkatnya
luasan pemanfaatan (secara positif) areal hutan, perkebunan dan lahan bagi
penanaman tanaman karet; (7) aktivitas yang dibutuhkan : membangun
skema kerja sama win win solution antar daerah maupun dengan pelaku
usaha untuk terciptanya sinergi budidaya dan pemasaran yang efektif dan
sosialisasi logistik ramah lingkungan; (8) ukuran aktivitas : terciptanya kerja
sama antar pemerintah daerah maupun dengan pelaku usaha untuk
terciptanya sinergi budidaya dan pemasaran yang efektif dan tidak adanya
distorsi dalam penerapan kebijakan logistik bibit tanaman karet, bokar dan
produk turunannya; (9) lembaga yang terlibat : Kementerian Lingkungan
Hidup; Pemerintah Kabupaten/Kota; Lembaga Penelitian dan
Pengembangan; Kelompok Petani/Pekebun Karet dan Koperasi Usaha
Agroindustri Karet. Seluruh sub-elemen kunci tersebut berada pada sektor
IV (Independent) dan mempunyai kekuatan penggerak (driver power) bagi
keberhasilan pengembangan logistik ramah lingkungan agroindustri karet,
walaupun hanya memiliki sedikit ketergantungan terhadap program logistik
ramah lingkungan agroindustri karet.
Analisis strukturisasi sub-elemen menggunakan metode ISM
menghasilkan kendala kontinuitas pasokan bokar kurang lancar pada level
paling atas. Salah satu upaya untuk menangani masalah tersebut adalah
dengan memilih pemasok bokar potensial menggunakan metode AHP–
TOPSIS. Pemasok bokar yang memiliki bobot prioritas tertinggi merupakan
pemasok potensial yaitu pemasok 6 (F) yang berasal dari daerah Pendopo,
Sumatera Selatan.
Untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses produksi
agroindustri karet, maka dalam penelitian ini dilakukan analisis logistik
proses menggunakan metode GVSM. Hasil perancangan future state GVSM
dengan menggunakan bokar bersih diperoleh peningkatan efisiensi
penggunaan energi sebesar 11%, penggunaan air sebesar 25% dan efektifitas
waktu proses sebesar 2% sehingga produktivitas penggunaan bahan baku
meningkat dari 54% menjadi 67%.
Untuk meningkatkan kualitas kemasan yang sesuai harapan konsumen
dan ramah lingkungan dilakukan desain atribut kemasan produk SIR 20
menggunakan Fuzzy AHP - GQFD. Hasil analisis atribut kemasan yang
diinginkan konsumen dan ramah lingkungan terdapat faktor-faktor yang
paling penting untuk dipertimbangkan, yaitu faktor kemudahan dalam
mengemas produk SIR 20; bahan kemasan ramah lingkungan; kemudahan
perakitan dan kualitas kemasan. Kemasan SIR 20 yang memiliki
keunggulan adalah kemasan berbahan baku logam. Kelebihan yang dimiliki
kemasan berbahan logam saat ini adalah kemudahan dalam mengemas
produk SIR 20 dan dapat didaur ulang, sedangkan kelemahan yang utama
adalah tidak hemat energi dan berat.
Pada tahap akhir penelitian ini dilakukan evaluasi kinerja logistik
ramah lingkungan. Hasil pengolahan data menggunakan metode AHP,
OMAX dan TLS, menunjukkan bahwa nilai kinerja logistik ramah
lingkungan sebesar 3.5548 » 4 (kategori kuning), sehingga masih harus
diberi perhatian khusus karena nilai kinerja tersebut mendekati level 3 atau
kategori warna merah.