Kajian Seleksi In Vitro Aktivitas Beberapa Tanaman Tropis Untuk Mengurangi Produksi Metan Dan Meningkatkan Profil Fermentasi Rumen
View/ Open
Date
2016Author
Wahyuni, Dimar Sari
Suryahadi
Wiryawan, Komang Gede
Jayanegara, Anuraga
Metadata
Show full item recordAbstract
Emisi metan enterik ruminansia merupakan salah satu kontributor
pemanasan global. Metan merupakan salah satu produk gas fermentasi bahan
pakan yang dilakukan oleh mikroba rumen secara anaerob. Pola peternakan rakyat
yang umumnya memanfaatkan hijauan kualitas rendah mengakibatkan hilangnya
energi bruto pakan yang dikonsumsi ternak dan terjadi peningkatan produksi gas
metan enterik akibat fermentasi pakan yang tidak optimal pada rumen. Bakteri
metanogen yang menempel hidupnya dengan protozoa (host) menggunakan gas
H2 yang diproduksi protozoa dan mengkonversinya menjadi CH4 (metan). Agen
defaunasi yang berasal dari tanaman tropis mengandung senyawa metabolit
sekunder. Penekanan populasi protozoa akan mengurangi bakteri metanogen (sifat
simbiosis) juga dimungkinkan dapat mengurangi produksi gas metan dan
memperbaiki karakteristik fermentasi rumen. Identifikasi dan screening tanaman
tropis Indonesia yang berpotensi sebagai methane inhibitor merupakan tahap awal
yang penting untuk dikaji sebagai suplemen pakan ramah lingkungan.
Kajian in vitro yang dilakukan tiga tahap (seleksi, konfirmasi dan
perbandingan dosis). Kajian seleksi in vitro beberapa spesies tanaman tropis
dilakukan untuk mengidentifikasi potensi 32 tanaman dan mendapatkan tiga
kandidat tanaman terbaik sebagai methane inhibitor. Kajian konfirmasi dilakukan
untuk membuktikan bahwa ketiga kandidat tersebut sebagai tiga kandidat terbaik
sebagai agen penghambat metan. Kajian perbandingan dosis dilakukan untuk
mendapatkan dosis terbaik dari kandidat terbaik terhadap pengurangan produksi
gas metan enterik dan perbaikan profil fermentasi rumen. Ransum percobaan yang
digunakan terdiri dari ransum kontrol (85% jerami padi, 10% bungkil kedelai dan
5% dedak gandum) dan ransum perlakuan (5% aditif tanaman mensubstitusi
dedak gandum dalam ransum kontrol). Substrat diinkubasi secara anaerob
bersama 50 ml campuran cairan rumen dua domba fistula dan media buffer (rasio
1:2) di dalam botol serum pada suhu 39◦C selama 24 jam dengan metode in vitro.
Rancangan Acak Kelompok dengan 33 perlakuan dan 5 ulangan digunakan dalam
kajian seleksi, 4 perlakuan (triplo) dan 4 ulangan digunakan dalam kajian
konfirmasi dan juga kajian perbandingan dosis. Peubah yang diamati dalam kajian
seleksi adalah produksi metan dan gas total, konsentrasi total Short Chain Fatty
Acid (SCFA), konsentrasi Short Chain Fatty Acid (asetat, propionat, butirat), rasio
asetat:propionat, nilai pH rumen, partitioning factor (efisiensi sintesis protein
mikroba), degradabilitas bahan kering dan bahan organik. Peubah yang diamati
dalam kajian konfirmasi dan perbandingan dosis adalah produksi metan dan gas
total, nilai pH rumen, partitioning factor (efisiensi sintesis protein mikroba), rasio
CH4:CO2, degradabilitas bahan kering dan bahan organik. Data dianalisis
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan.
Pada tahap screening, hasil menunjukkan bahwa beberapa kandidat yang
efektif yaitu Sapindus rarak, Gnetum gnemon dan Azadirachta indica. Sapindus
rarak, Gnetum gnemon dan Azadirachta indica menurunkan 10%, 5.5% dan 4.5%
sangat signifikan (P<0.01) terhadap produksi gas metan estimasi (ml/g bahan
organik terdegradasi), secara berurut dari 71 ml/g bahan organik terdegradasi pada
kontrol. Sapindus rarak dan Gnetum gnemon meningkat secara signifikan 4.4%
dan 6.3% (P<0.05) produksi gas total (ml/g bahan organik terinkubasi), secara
berurut dari 107.8 ml/g bahan organik terinkubasi pada kontrol. Sapindus rarak
menurunkan total SCFA secara tidak signifikan (P>0.05) dari kontrol sebesar
0.6%. Sapindus rarak menurunkan sangat signifikan 10.28% (P<0.01) rasio
asetat:propionat dari kontrol. Sapindus rarak meningkatkan secara tidak
signifikan (P>0.05) degradabilitas bahan kering (%) sebesar 2.2% dari kontrol.
Sapindus rarak meningkatkan secara signifikan 3.2% (P<0.05) degradabilitas
bahan organik (%) dari 39.7% degradabilitas bahan organik pada kontrol tetapi
Gnetum gnemon dan Azadirachta indica menurunkan signifikan (P<0.05)
degradabilitas bahan organik (%). Sapindus rarak, Azadirachta indica dan
Gnetum gnemon tidak menunjukkan perbedaan yang nyata signifikan (P>0.05)
pada nilai pH rumen. Gnetum gnemon meningkatkan secara signifikan 10%
(P<0.05) efisiensi sintesis protein mikroba, jika dibandingkan dengan kontrol
(3.21 mg bahan organik terdegradasi/ml produksi gas total). Pada kajian
konfirmasi, Sapindus rarak stabil dalam menurunkan produksi gas metan sangat
signifikan (P<0.01) sebesar 7.39% dari kontrol dan juga menurunkan rasio
CH4:CO2 sangat signifikan (P<0.01) dari kontrol. Sapindus rarak juga tidak
signifikan (P>0.05) meningkatkan degradabilitas bahan kering (%) tetapi
menurunkan signifikan (P<0.05) degradabilitas bahan organik (%). Pada kajian
perbandingan dosis terlihat bahwa Sapindus rarak 5% merupakan dosis optimum
sebagai methane inhibitor. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketiga kandidat
tersebut terutama Sapindus rarak mengandung senyawa metabolit sekunder
sebagai agen antimetanogenik (saponin).
Collections
- MT - Animal Science [1209]