Rancang Bangun Dan Pengujian “Smart Rovergard” Untuk Pertanian Sayur Organik Di Lahan Sempit Perkotaan
View/ Open
Date
2016Author
Pomalingo, Moh. Fikri
Setiawan, Radite Praeko Agus
Subrata, I Dewa Made
Metadata
Show full item recordAbstract
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, mengakibatkan tingginya alih
fungsi lahan pertanian menjadi bangunan perumahan dan komersial. Masalah ini
mengakibatkan sulitnya mencari lahan pertanian di daerah padat penduduk
khususnya perkotaan. Berdasarkan hal itu, perlu dirancang sebuah alat yang dapat
digunakan untuk bercocok tanam di lahan sempit. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendesain, pabrikasi dan menguji kinerja fungsional dan tanam pada smart
ROVERGARD. Sistem penggerak berasal dari pompa air yang dimodifikasi,
sedangkan sistem kendali menggunakan tipe open loop berbasis waktu dimana
timer sebagai komponen utamanya. Pengujian kinerja penggerak difokuskan pada
konsumsi listrik dan rpm yang diukur menggunakan multifunctional mini ammeter
dan tachometer. Sistem kendali diuji selama 4 hari. Hasil pengujian kinerja
penggerak dilakukan pada kondisi pengisian penampung air dan beban maksimal.
Daya listrik yang dihasilkan adalah 208 W pada putaran penggerak 2703 rpm.
Penambahan beban pada pot berbanding lurus dengan konsumsi listrik yang
dihasilkan, namun berbanding terbalik dengan putaran penggerak. Sementara itu,
kinerja sistem kendali belum maksimal, karena masih terdapat kesalahan posisi
yang mencapai 32 cm. Kesalahan posisi dapat dikurangi dengan mengurangi waktu
pemograman pada timer.
Uji tanam dilakukan dengan tiga kondisi yaitu kondisi tanpa naungan,
naungan dan smart ROVERGARD. Hasil pengujian rata-rata tinggi tanaman
menunjukkan bahwa, kondisi alat lebih baik dari kondisi tanpa naungan yakni 40.9
cm dan 35.7 cm, sedangkan kondisi naungan lebih baik dari keduanya yaitu 46.1
cm. Pada pengujian diameter batang, luas permukaan daun dan panjang akar,
kondisi pada smart ROVERGARD lebih baik dari kondisi naungan. Disamping itu,
dalam efektivitas penggunaan lahan, penanaman sayur organik dengan
menggunakan alat lebih baik dari kondisi naungan dan tanpa naungan, karena hanya
membutuhkan 20% dari luas lahan untuk penanaman secara konvensional. Hasil
efektivitas penggunaan lahan ini mengalami penurunan dari desain sebelumnya
yaitu 31%. Penurunan efektivitas penggunaan lahan disebabkan oleh desain rangka
yang diperkecil dari desain sebelumnya.
Hasil perhitungan analisis ekonomi dilakukan untuk mencari harga
kangkung yang tepat, agar pengguna yang menggunakan alat ini mendapatkan
keuntungan. Harga kangkung disimulasikan melalui Microsoft Excel 2010 dengan
kisaran harga Rp 6,618, Rp 6,919 dan Rp 7,220/ikat. Berdasarkan hasil simulasi
yang dilakukan, harga jual minimum terbaik untuk kangkung organik sebesar Rp
7,220 /ikat. Harga ini dianggap baik karena memiliki nilai NPV, IRR dan BCR
lebih baik dari harga Rp 6,618 dan Rp 6,919 /ikat.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2292]