Show simple item record

dc.contributor.advisorWiryawan, Komang Gede
dc.contributor.advisorDewi, Panca
dc.contributor.authorArdiansyah
dc.date.accessioned2016-07-21T01:54:36Z
dc.date.available2016-07-21T01:54:36Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81135
dc.description.abstractLegum merupakan hijauan makanan ternak yang memiliki kandungan protein kasar yang tinggi sebesar 20-30% dan sangat baik dijadikan pakan ternak ruminansia. Sorgum potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan di daerah marginal dan kering di Indonesia. Silase adalah metode pengawetan hijauan berdasar pada fermentasi asam laktat di bawah kondisi anaerob. Penggantian konsentrat dengan campuran legum dan penyediaan silase hijauan sorgum varietas unggul pada umur panen yang tepat diharapkan dapat menjadi suatu alternatif permasalahan pengembangan peternakan ruminansia pada lahan marjinal. Rancangan percobaan yang digunakan pada kualitas silase RAL faktorial 2x3 dengan 3 ulangan. Faktor A adalah jenis hijauan sorgum (Citayam dan BMR 3.6). Faktor B adalah umur panen hijauan sorgum (85, 95, dan 105 hari). Rancangan percobaan yang digunakan pada fermentabilitas dan kecernaan adalah RAK faktorial 2x2. Faktor A adalah jenis ransum isoprotein 30% (konsentrat dan campuran legum) dan faktor B adalah silase sorgum 70% (Citayam dan BMR 3.6). Percobaan diulang sebanyak 3 kali sebagai kelompok berdasarkan perbedaan cairan rumen sapi potong. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika terdapat interaksi, akan diuji lanjut dengan uji jarak Duncan, jika salah satu faktor berbeda nyata, jenis sorgum, silase sorgum, dan ransum akan diuji lanjut dengan uji T dan umur panen sorgum dengan polinomial ortogonal. Karakter fisik pada silase berupa aroma, tekstur, warna dan keberadaan jamur menunjukkan nilai yang baik. Perbedaan jenis sorgum dan umur panen hijauan sorgum berpengaruh terhadap nilai pH. Citayam memiliki PK yang lebih rendah dibandingkan dengan BMR 3.6. BMR 3.6 memiliki SK paling rendah dibandingkan dengan kombinasi lainnya. BMR 3.6 memiliki TDN yang lebih tinggi dibandingkan dengan Citayam. Berdasarkan hasil pembobotan, silase sorgum yang dipanen pada umu 105 hari memiliki nilai yang lebih baik, sehingga dipilih untuk in vitro. Jenis sorgum pada umur panen 105 hari serta penggantian konsentrat dengan campuran legum tidak mempengaruhi pH rumen. BMR 3.6 memiliki NH3 dan VFA total lebih tinggi dibandingkan dengan Citayam. Semua ransum pada pemberian BMR 3.6 memiliki populasi bakteri total yang lebih tinggi dibandingkan dengan Citayam. Konsentrasi asetat pada campuran legum lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat. Pemberian campuran legum memiliki rasio A:P yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian konsentrat. BMR 3.6 memproduksi gas methan lebih tinggi dibandingkan dengan Citayam. BMR 3.6 memiliki kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Citayam. Silase hijauan sorgum galur BMR 3.6 pada umur panen 105 hari memiliki kualitas yang sangat baik dan campuran legum dapat menggantikan konsentrat pada pakan berbasis silase hijauan sorgum secara in vitro pada cairan rumen sapi potong karena tidak menggangu fermentabilitas, mikroba dan kecernaan di dalam rumen.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcAnimal feedingid
dc.subject.ddcSorghum silageid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleKualitas Dan Fermentabilitas In Vitro Campuran Legum Dan Silase Sorgum Varietas Citayam Dan Galur Bmr 3.6 Pada Umur Panen Berbedaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBMR 3.6id
dc.subject.keywordcampuran legumid
dc.subject.keywordCitayamid
dc.subject.keywordkonsentratid
dc.subject.keywordsilase sorgumid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record