dc.description.abstract | Keberhasilan produksi garam pada musim kemarau sangat ditentukan oleh
faktor cuaca selama musim produksi. Oleh sebab itu diperlukan teknologi
pembuatan garam sepanjang tahun tanpa diganggu oleh faktor iklim. Desain
evaporator garam pada penelitian ini mengacu pada dampak proses salinisasi pada
tanah. Salinisasi adalah suatu proses yang menyebabkan garam terlarut dalam air
terakumulasi di atas tanah. Akibat evaporasi tinggi dan kandungan garam tanah
tinggi, sering terjadi proses salinisasi sehingga mengakibatkan garam mengendap
di permukaan tanah.
Penelitian ini diawali dengan analisis karakteristik tanah sebagai membran
evaporator. Tabung evaporator berisi membran pasir hitam dan pasir putih.
Analisis tersebut antara lain analisis distribusi partikel tanah, konduktivitas
hidrolik jenuh (ks), bulk density (ρb), dan kadar air tanah jenuh (θs). Penelitian
terdiri dari dua perlakuan dan masing-masing dilakukan pada dua tabung.
Perlakuan pertama (P1) yakni dengan mengalirkan air garam dari tabung mariot
secara terus menerus, sehingga diasumsikan kadar air tanah (θ) dalam kondisi
stabil dan tidak jenuh. Sedangkan perlakuan kedua (P2) dilakukan dengan
memberikan genangan pada membran dan membiarkan hingga genangan air
garam menguap dan kadar air tanah berkurang. Bahan dasar berupa larutan air
garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 50 g/l.
Karakteristik fisik membran pasir hitam (T1) memililiki nilai ks 0.07
0.004 mm/detik, ρb sebesar 1.44 gram/cm3 dan θs sebesar 0.35 cm3/cm3.
Sementara itu, membran pasir putih (T2) memiliki nilai ks sebesar 0.12 0.009
mm/detik, ρb sebesar 1.35 gram/cm3 dan θs sebesar 0.52 cm3/cm3. Berdasarkan
hasil analisis distribusi partikel tanah, pasir hitam memiliki partikel berukuran
lebih kecil daripada pasir putih. Laju evaporasi pada membran pasir hitam (T1),
rata-rata sebesar 0.75 pada P1 dan 1.23 cm/hari pada P2. Laju evaporasi pada
membran pasir putih (T2) sebesar 0.375 pada P1 dan 0.95 cm/hari pada P2. Kadar
air tanah pada P1 cenderung konstan sedangkan P2 cenderung mengalami
penurunan. Suhu membran P1 lebih tinggi daripada membran P2. Kadar garam
pada membran cenderung tinggi pada nilai θ tinggi (0.29 m3/m3), T rendah (32 oC),
dan EC tinggi (0.9 mS/cm). Namun evaporator mampu menghasilkan garam di
atas membran pasir pada kondisi tidak tergenang. P1 menghasilkan kristal garam
14.7 gram pada P1T1 dan 15 gram pada P1T2. P2 menghasilkan garam dengan
jumlah lebih sedikit, yaitu 6 gram pada P2T1 dan 4 gram pada P2T2. | id |