Perbandingan Manajemen Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Perah Fh Wilayah Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi Kecamatan Grati.
View/ Open
Date
2015Author
Heraini, Dela
Purwanto, Bagus Priyo
Suryahadi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek teknis dan efisiensi manajemen pemeliharaan ternak sapi perah FH yang dipelihara di wilayah dataran rendah dan dataran tinggi, dimana peternak sapi perah rakyat tergabung dalam keanggotaan KUTT Suka Makmur, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan 80 responden yang terbagi menjadi 40 responden wilayah dataran rendah dan 40 responden dataran tinggi. Metode penelitian bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis fungsi produksi stochastic frontier, dan analisis efisiensi teknis. Variabel yang digunakan yaitu variabel terikat (dependent variable) dengan simbol Y, yaitu produksi susu yang dihasilkan dari tiap-tiap peternak liter/ekor/hari dan variabel bebas (independent variabel) dengan simbol X, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah dengan merujuk pada manajemen pemeliharaan yang dilakukan oleh setiap peternak yang tergabung dalam anggota KUTT Suka Makmur yang terdiri dari umur sapi berahi pertama (X1), umur sapi beranak pertama (X2), selang waktu kawin setelah beranak (X3), calving interval (X4), jumlah pemberian hijauan (X5) jumlah pemberian konsentrat (X6), pemberian air minum (X7), saat pengeringan sapi setelah bunting (X8), kejadian mastitis (X9), total kepemilikan ternak (X10), jumlah tenaga kerja (X11). Hasil penelitian menunjukkan variabel input produksi pada fungsi produksi stochastic frontier wilayah dataran rendah dalam manajemen pemeliharaan ternak sapi perah dipengaruhi oleh sapi beranak pertama dan calving interval, dampak yang terjadi adalah ketika peternak menaikan satu persen dengan input lain tetap maka produksi susu akan meningkat. Sedangkan untuk koefisien sapi berahi pertama dan sapi kawin setelah beranak berpengaruh pada menurunnya tingkat produksi susu yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena perlu adanya pengaturan manajemen reproduksi yang lebih baik untuk wilayah dataran rendah. Variabel input produksi wilayah dataran tinggi dipengaruhi oleh sistem pengeringan sapi laktasi dan jenis penyakit, peternak wilayah dataran tinggi perlu memperhatikan kapan sapi harus dikering kandangkan karena akan berakibat pada meningkatnya produksi susu yang dihasilkan. Faktor inefisiensi teknis wilayah dataran rendah dipengaruhi oleh cara memberishkan sapi, pencatatan usaha, dan tingkat pedidikan. Sedangkan wilayah dataran tinggi dipengaruhi oleh umur peternak dan tingkat pendidikan. Pola penerapan manajemen pemeliharaan wilayah dataran tinggi yang lebih baik dari dataran rendah mengindikasikan peternak wilayah dataran tinggi sudah mapan dalam mengadopsi teknologi-teknologi baru yang diberikan oleh peternak, sehingga berpengaruh pada jumlah produksi susu yang lebih banyak dibandingkan peternak wilayah dataran rendah.
Collections
- MT - Animal Science [1203]