Show simple item record

dc.contributor.advisorHaditjaroko, Liesbetini
dc.contributor.advisorNoor, Erliza
dc.contributor.authorJusnita, Nina
dc.date.accessioned2014-12-09T04:34:30Z
dc.date.available2014-12-09T04:34:30Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71104
dc.description.abstractTemulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) telah digunakan secara luas untuk mengatasi kurang nafsu makan, gangguan saluran cerna, eksema dan jerawat. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) mengandung pigmen berwarna kuning yang dikenal dengan kurkuminoid (kurkumin dan desmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, zat besi dan vitamin C. Diantara kedua fase kurkuminoid tersebut, kurkumin merupakan kandungan tertinggi dan utama dalam temulawak (50-60 %). Penyajian temulawak saat ini dalam bentuk rendaman rajangan atau serbuk bahan dengan air panas. Hal ini membuat senyawa aktif yang tersari kurang efektif, karena sifat kurkumin yang tidak dapat larut dalam air serta memiliki bioavailabilitas yang rendah. Karena kelemahan tersebut, maka perlu dicari alternatif proses produksi yaitu dengan pembuatan nanoemulsi. Kombinasi bahan pengemulsi dan penstabil akan menghasilkan ukuran butiran emulsi lebih kecil. Pada penelitian ini digunakan Tween 80 sebagai emulsifier karena mudah didapat, larut dalam air dan cocok digunakan untuk emulsi minyak dalam air. Maltodekstrin juga ditambahkan sebagai bahan pengental yang bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses pengendapan, sehingga nanoemulsi yang dihasilkan akan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi terbaik pembuatan nanoemulsi ekstrak temulawak dengan metode homogenisasi, dengan melihat pengaruh konsentrasi ekstrak temulawak, kecepatan dan waktu pengadukan. Dalam penelitian ini, temulawak diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol dengan nisbah serbuk temulawak terhadap etanol 1:5 selama 3 jam menggunakan pengadukan putaran 220 rpm. Setelah itu, dipekatkan dengan rotavapour dan didapat ekstrak temulawak. Ekstrak temulawak sebagai fase minyak dengan konsentrasi 20 dan 30 %, kemudian dicampurkan dengan fase air yang terdiri dari buffer fosfat pH 7, Tween 80 (10 % v/v) dan maltodekstrin (1:1 b/v) dalam pembuatan nanoemulsi. Kecepatan putaran yang digunakan yaitu 20 000, 22 000 dan 24 000 rpm dengan waktu pengadukan selama 20, 30 dan 40 menit. Nanoemulsi ekstrak temulawak menghasilkan karakteristik yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna, ukuran butiran, viskositas, pH, kelarutan dan bioavailabilitasnya. Nanoemulsi yang dihasilkan berwarna transparan. Nanoemulsi ekstrak temulawak dengan ukuran butiran kurang dari 100 nm diperoleh dengan konsentrasi ekstrak temulawak 30 % dengan kecepatan pengadukan 22 000 rpm selama 20 menit yaitu sebesar 95 nm. Nanoemulsi tersebut memiliki nilai viskositas 3,23 cP dan pH yang sesuai dengan kondisi kulit dan usus manusia yaitu 6,79. Nanoemulsi ekstrak temulawak dapat larut dalam pelarut non polar yaitu heksan dan aseton, pelarut semi polar yaitu etanol dan metanol serta pelarut polar yaitu air. Nanoemulsi memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi (21,75 %) dibandingkan dengan emulsi ekstrak temulawak (0,32 %).en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcAgro industrial technologyen
dc.subject.ddcPreservationen
dc.subject.ddc2013en
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baraten
dc.titleProduksi Nanoemulsi Ekstrak Temulawak dengan Metode Homogenisasien
dc.subject.keywordnanoemulsien
dc.subject.keywordtemulawaken
dc.subject.keywordnanoemulsi ekstrak temulawaken


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record