Jaringan dan Keputusan Migrasi Untuk Penguasaan Lahan Kajian Komunitas Petani Coklat Migran Bugis di Sulawesi Tenggara.
View/ Open
Date
2014Author
Mulyoutami, Elok Ponco
Wahyuni, Ekawati Sri
Kolopaking, Lala M.
Metadata
Show full item recordAbstract
Migrasi desa ke desa secara spontan berdampak hampir pada setiap dimensi manusia. Migrasi atas dasar kehausan terhadap lahan yang dipicu oleh pengembangan tanaman komoditi dengan nilai ekonomi tinggi berlangsung secara bergelombang. Migrasi ini memicu terjadinya perubahan sosial dan ekonomi dalam struktur keluarga dan struktur sosial. Perubahan tersebut akan disertai dengan perubahan pola penghidupan, pengelolaan lahan serta keputusan terhadap migrasi lain. Studi mengenai jaringan migrasi dalam menguasai lahan pertanian/perkebunan dilakukan untuk memotret proses migrasi yang berlangsung terus menerus, aktor yang terkait dalam proses migrasi dan perannya dalam memfasilitasi migrasi serta pengaruhnya terhadap keputusan bermigrasi. Studi dilakukan pada komunitas migran Bugis di Sulawesi Tenggara. Komunitas Bugis dikenal sebagai perantau ulung dan sukses di daerah barunya. Di Sulawesi Tenggara, komunitas ini mendominasi perkebunan coklat rakyat. Data BPS tahun 2010 menunjukkan produksi coklat 137.833 ton, dan masyarakat pendatang menyumbang dua pertiga dari produksi tersebut. Penelitian dilakukan di daerah tujuan migrasi, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe dan di Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai, yaitu daerah asal dari beberapa migran Bugis di dalam Komunitas migran yang diteliti. Studi menunjukkan bahwa lahan, merupakan motivasi utama para migran Bugis ke daerah Sulawesi Tenggara. Perpindahan komunitas Bugis ke Tenggara dibagi menjadi tiga fase besar yang ditandai dengan program pengembangan komoditas pada setiap periode waktu. Periode tersebut adalah revolusi hijau dengan komoditas padi (tahun 1970 – 1980-an), dan masa meledaknya tanaman coklat yang dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase awal (1980 – 2000-an) dan fase lanjutan (2000-an hingga kini). Pada setiap periode ini, pengambilan keputusan migran berdasarkan pertimbangan rumah tangga, bukan hanya individu. Beberapa pola jaringan migran sengaja atau tidak sengaja dibentuk oleh para migran tersebut, meliputi migrasi karena jaringan kekerabatan, migrasi atas hubungan patron dan klien, serta migrasi yang terjadi karena penempatan pekerjaan. Pola jaringan yang keempat adalah pola yang dibangun oleh para migran yang sudah terlebih dahulu ada di Sulawesi Tenggara dan berupaya mengembangkan kebun coklat ke beberapa daerah lain di Sulawesi Tenggara. Jaringan keluarga dan pertemanan berperan penting di tahap awal migrasi. Jaringan ini juga dimanfaatkan oleh aktor sentral dalam proses migrasi, yaitu perantara migrasi atau perantara lahan, yang menjadi salah satu simpul pada jaringan yang membuka jaringan tersebut dengan jaringan-jaringan lainnya.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2237]