Show simple item record

dc.contributor.advisorLaconi, Erika B.
dc.contributor.advisorJayanegara, Anuraga
dc.contributor.advisorWina, Elizabeth
dc.contributor.authorYuliana, Pristian
dc.date.accessioned2014-11-20T07:36:05Z
dc.date.available2014-11-20T07:36:05Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70281
dc.description.abstractMetana merupakan kontributor terbesar kedua setelah CO2 terhadap gas rumah kaca di lapisan atmosfer dan memiliki kemampuan meretensi panas 25 kali lipat lebih besar dari CO2. Sektor peternakan khususnya ruminansia merupakan salah satu kontributor akumulasi gas metana anthropogenic (sekitar 28%). Tanaman asal tropis merupakan tanaman yang tinggi akan kandungan senyawa metabolit sekunder seperti polifenol (tanin) dan saponin. Tanin dan saponin dapat dimanfaatkan sebagai aditif alami dalam upaya meningkatkan efisiensi produksi ternak, termasuk untuk menurunkan emisi metana. Sumber tanin yang digunakan pada penelitian ini adalah Mahoni (Swietenia mahagoni) sebagai sumber tanin terkondensasi dan Harendong (Clidemia hirta) sebagai sumber tanin terhidrolisis (Jayanegara et al. 2011). Tanaman mahoni dan harendong memiliki kandungan tanin terkondensasi (86g/kg bahan kering) dan tanin terhidrolisis (202 g/kg bahan kering) paling tinggi berturut-turut dibandingkan 27 tanaman lainnya. Sumber saponin yang digunakan pada penelitian ini adalah buah lerak (Sapindus rerak) kandungan saponin tinggi (26.95%). Hijauan sebagai substrat pada penelitian ini adalah campuran dari Brachiaria humidicola dan Indigofera sp (1:1 w/w) sebagai sumber serat dan protein. Tujuan penelitian ini adalah melakukan optimasi proses ekstraksi tanaman tanin terkondensasi dari daun mahoni, tanin terhidrolisis daun harendong dan saponin dari buah lerak dengan menggunakan larutan berbeda dan menginvestigasi efek antara senyawa tanin dan saponin dalam methanogenesis in vitro mitigasi dan fermentasi rumen in vitro. Ekstraksi tanin dan saponin dilakukan secara terpisah menggunakan perbedaan campuran larutan seperti pada perlakuan, yaitu ; P1 (100% air), P2 (75% air + 25% methanol), P3 (50% air + 50% methanol), P4 (25% air + 75% methanol), P5 (100% methanol), P6 (75% air + 25% aseton), P7 (50% air + 50% aseton, P8 (25% air + 75% aseton) dan P9 (100% aseton). Ekstrak tanin dan saponin ditambahan pada botol inkubasi yang mengandung rumput Brachiaria humidicola dan legum Indigofera sp. (1:1 w/w) dengan perlakuan sebagai berikut (dalam empat ulangan): R1 Substrat (control), R2 (Substrat + ekstrak tanin 0.5 mgml-1), R3 (Substrat + ekstrak tanin 1 mgml-1), R4 (Substrat + ekstrak saponin 0.5 mgml-1), R5 (Substrat + ekstrak saponin 1 mgml-1), R6 (Substrat + ekstrak tanin 0,5 mgml-1 + ekstrak saponin 0.5 mgml-1) dan R7 (Substrat + ekstrak tanin 1 mgml-1 + ekstrak saponin 1 mgml-1 cairan rumen). Parameter yang diukur total fenol, total tanin, total saponin, produksi gas, produksi dan konsentrasi metana, populasi total bakteri, populasi total protozoa, produksi amonia, Kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO). Hasil menunjukkan bahwa kombinasi 75% air + 25% metanol yang terbaik untuk ekstraksi tanin terkondensasi dari daun mahoni sedangkan kombinasi 25% air + 75% aseton yang terbaik untuk ekstraksi tanin terhidrolisis dari daun harendong. 100% metanol yang terbaik untuk ekstraksi saponin dari buah lerak. Produksi gas tertinggi ditunjukkan oleh penambahan substrat + ekstrak saponin 1 mgml-1 dan kombinasi ekstrak tanin 1 mgml-1 + ekstrak saponin 1 mgml-1 cairan rumen. Penurunan emisi metana terbaik pada penambahan kombinasi ekstrak tanin 1 mgml-1 + ekstrak saponin 1 mgml-1 cairan rumen. Populasi protozoa cenderung diturunkan oleh perlakuan dan populasi protozoa terendah ditemukan pada kombinasi ekstrak tanin dan saponin, tetapi populasi bakteri tidak berpengaruh oleh perlakuan. Produksi amonia, KCBK dan KCBO tidak berpengaruh signifikan oleh perlakuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi tanin dan saponin dari tanaman sangat dipengaruhi oleh komposisi pelarut yang digunakan untuk mengekstraknya. Pelarut yang optimal untuk ekstraksi tanin terkondensasi adalah 25% air + 75% metanol, sedangkan untuk ekstraksi tanin terhidrolisis adalah 25% air + 75% aseton. Pelarut yang optimal untuk ekstraksi saponin adalah 100% metanol. Pemberian tanin dan saponin secara bersamaan sebanyak 1 mgml-1 larutan inkubasi in vitro mampu menurunkan metana sebesar 17% tanpa mengurangi tingkat kecernaan pakan 60% dan amonia 25.50 mM dan bertindak sebagai agen defaunasi.en
dc.language.isoid
dc.titleEkstraksi Senyawa Tanin dan Saponin dari Tanaman serta Efeknya terhadap Fermentasi Rumen dan Metanogenesis In Vitroen
dc.subject.keywordfermentasi rumenen
dc.subject.keywordin vitroen
dc.subject.keywordmetanaen
dc.subject.keywordsaponinen
dc.subject.keywordtaninen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record