Uji Sifat Fisik Biskuit Limbah Tanaman Jagung dan Rumput Lapang dengan Cara Penyimpanan yang Berbeda
Abstract
Ketersediaan hijauan merupakan salah satu kendala dalam penyediaan makanan ternak ruminansia. Untuk mengatasi masalah tersebut teknologi pengolahan pakan sangat diperlukan agar pakan lebih awet dan mudah dalam penanganan. Pembuatan pakan bentuk biskuit, dapat menjadi salah satu alternatif. Selain teknologi pengolahan pakan, proses penyimpanan pakan diperlukan karena perkembangan usaha peternakan harus diimbangi dengan ketersediaan pakan yang memadai dan selalu siap digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan sifat fisik biskuit limbah tanaman jagung sampai penyimpanan minggu ke-9 dengan dan tanpa kemasan. Penelitian ini terbagi dua, yaitu penelitian penyimpanan dengan karung dan penelitian kedua penyimpanan tanpa karung. Rancangan yang digunakan dalam kedua penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor A yaitu formula biskuit (A1= 100% rumput lapang (RL), A2= 50% RL + 50% daun jagung (DJ), A3= 100% DJ, A4= 50% RL + 50% klobot jagung(KJ), A5= 50% DJ + 50% KJ, A6= 100% KJ), faktor B lama penyimpanan (0, 1, 3, 5, 7, dan 9 minggu). Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu kerapatan, daya serap air, kadar air, dan aktivitas air. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formula biskuit memberikan pengaruh sangat berbeda nyata (p<0,01) pada kerapatan, daya serap air, dan kadar air baik pada biskuit yang disimpan dengan karung (DK) maupun tanpa karung (TK). Rataan nilai kerapatan paling tinggi pada kedua penelitian yaitu formula A5 (0,54±0,07 g/cm3 pada biskuit DK dan 0,53±0,05 g/cm3 pada biskuit TK), sedangkan nilai daya serap air paling tinggi yaitu biskuit formula A5 (527,26±30,62% pada biskuit DK dan 532,92±67,32% pada biskuit TK) dan nilai kadar air yang paling tinggi yaitu pada formula A3(13,66±0,62 pada biskuit DK dan 13,91±0,91% pada biskuit TK). Lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat berbeda nyata (p<0,01) pada daya serap air biskuit yang disimpan menggunakan karung, kadar air, dan aktivitas air, dan berbeda nyata (p<0,05) pada daya serap air biskuit yang disimpan tanpa karung. Daya serap air paling tinggi pada minggu ke-7 (523,01±46,81% pada biskuit DK dan 514,07±49,09% pada biskuit TK).Kadar air tetinggi terdapat pada minggu ke-3(12,72±0,85% pada biskuit DK dan 13,66±0,89% pada biskuit yang disimpan TK), sedangkan nilai aktivitas air tertinggi pada minggu ke-5(0,83±0,01) pada biskuit DK dan minggu ke-7(0,82±0,02) pada biskuit TK. Interaksi antara lama penyimpanan dengan formula biskuit berbeda nyata (p<0,05) tehadap nilai kadar air. Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas sifat fisik biskuit pakan dipengaruhi lama penyimpanan, dan formula biskuit.