Show simple item record

dc.contributor.authorApriyadi, Muchamad Sobur
dc.date.accessioned2013-02-11T02:16:59Z
dc.date.available2013-02-11T02:16:59Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60581
dc.description.abstractKajian mengenai sifat fungsional pangan yang berkhasiat untuk kesehatan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Umbi garut sebagai komoditi lokal berpotensi untuk dikaji sifat fungsionalnya karena memiliki indeks glisemik rendah, yaitu 32 (Utami 2008). Dewasa ini berkembang konsep tentang pati resisten yang menurut beberapa studi menunjukkan fungsi fisiologis yang sama baiknya dengan serat pangan. Pati resisten merupakan fraksi pati yang tidak dapat dicerna oleh enzimenzim dalam usus halus sehingga mempunyai efek fisiologis yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti pencegahan kanker kolon dan mempunyai efek hipoglikemik dan hipokolesterolemik. Berbagai upaya peningkatan kandungan pati resisten dalam bahan pangan alami terus dilakukan mengingat peran fisiologisnya yang baik untuk kesehatan. Proses pemanasan dengan suhu tinggi yang digabungkan dengan pendinginan dapat menurunkan daya cerna pati dan meningkatkan kadar pati resisten. Penelitian Saguillan et al. (2005), Lehmann et al. (2003), serta Vasanthan dan Bhatty (1998) menunjukkan bahwa kadar pati resisten dapat ditingkatkan dengan hidrolisis asam dan penggunaan debranching enzyme yang dikombinasikan dengan perlakuan siklus pemanasan-pendinginan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan hidrolisis asam dan modifikasi secara fisik berupa perlakuan siklus pemanasan-pendinginan (autoclaving-cooling cycling treatment) untuk menghasilkan pati garut dengan kandungan pati resisten yang tinggi dan mempelajari karakterisasi sifat kimia pati garut yang telah dimodifikasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap pertama dilakukan ekstraksi pati garut sebagai bahan baku. Tahap selanjutnya adalah proses hidrolisis pati garut dengan asam, yang dilanjutkan dengan modifikasi pati secara fisik dengan siklus autoclaving-cooling sebanyak 3 siklus. Kemudian dilakukan analisis daya cerna pati. Pati garut termodifikasi hidrolisis-fisik yang memiliki daya cerna terendah selanjutnya dianalisis sifat kimianya meliputi analisis proksimat (AOAC 1995), kadar pati total (Apriyantono et al. 1989), kadar amilosa dan amilopektin (Apriyantono et al. 1989), kadar serat pangan (AOAC 1995), serta kadar pati resisten (AOAC 1995). Pati garut native (PG), pati terhidrolisis asam (PGH), pati termodifikasi fisik (PGF), dan Novelose 330 juga turut dianalisis sebagai pembanding. Proses ekstraksi menghasilkan pati garut sebesar 15.69%. Perlakuan hidrolisis asam menghasilkan rendemen pati terhidrolisis asam sebesar 82-93%. Selama perlakuan hidrolisis asam terjadi peningkatan jumlah gula-gula sederhana terlarut. Daya cerna pati garut native dan pati termodifikasi fisik masing-masing sebesar 84.35 dan 48.45%. Daya cerna pati garut dengan perlakuan hidrolisis asam dan modifikasi fisik pada perlakuan konsentrasi HCl 1.1 N dengan waktu hidrolisis 2, 4, dan 6 jam secara berturut-turut adalah 32.13, 48.37, dan 55.69%, sedangkan pada perlakuan konsentrasi HCl 2.2 N adalah 22.04, 25.41, dan 31.40%. Daya cerna pati paling rendah diperoleh dari perlakuan hidrolisis HCl 2.2 N selama 2 jam yang dilanjutkan dengan modifikasi secara fisik.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleModifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea L.) dengan Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan- Pendinginan untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3.en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record