Show simple item record

dc.contributor.advisorYuwono, Arief Sabdo
dc.contributor.advisorSetyanto, Prihasto
dc.contributor.authorIsminingsih
dc.date.accessioned2013-02-08T02:23:01Z
dc.date.available2013-02-08T02:23:01Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60520
dc.description.abstractGas Rumah Kaca (GRK) dari lahan sawah secara tidak langsung telah berkontribusi terhadap pemanasan global. Berbagai sistem pengelolaan tanaman padi telah dikembangkan untuk memperoleh hasil yang tinggi dan rendah emisi GRK. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juli 2009 di kebun percobaan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati, Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data emisi GRK dan neraca karbon untuk Musim Kering (MK) 2009, mengetahui sistem pengelolaan tanaman padi yang memiliki produktivitas tinggi dengan emisi rendah pada MK 2009 dan mempelajari dinamika emisi GRK pada Musim Hujan (MH) 2008, MK 2008 dan MK 2009. Penelitian difokuskan untuk tiga gas yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Pengambilan gas dilakukan satu kali tiap minggu. Dalam penelitian ini diterapkan enam perlakuan, yaitu : (1) Non PTT tergenang (kontrol); bibit dengan usia semai 21 hari, pupuk sesuai anjuran (120 kg/ha N, 90 kg/ha P dan 90 kg/ha K), tanpa bahan organik, irigasi terus-menerus (continously flooded), dan jarak tanam 20 cm x 20 cm; (2) Seperti perlakuan 1 tetapi menggunakan pengairan berselang; (3) PTT tergenang; bibit muda (15 hss) satu rumpun per lubang, pemupukan berdasarkan BWD, pupuk kandang setara 2 ton/ha, irigasi terus-menerus dan cara tanam sistem legowo 2:1 yaitu jarak antar tanaman 10 cm x 20 cm dan jarak antar baris (legowo) selebar 40 cm; (4) Seperti perlakuan 3 tetapi menggunakan pengairan berselang; (5) SRI intermittent; sistem penanaman menggunakan pengairan berselang, pupuk organik 15 ton/ha diberikan 1 minggu sebelum tanam, bibit 15 hss, tanpa pemupukan anorganik dan jarak tanam 30 x 30 cm; (6) Semi SRI intermittent; seperti perlakuan 5, namun pada perlakuan ini diberikan pupuk anorganik dengan dosis 50 % dari pemupukan non PTT dan pupuk kandang 15 ton/ha. Total emisi GRK setara CO2-eq (GWP) dan hasil panen pada MK 2009 untuk masing-masing perlakuan adalah Non PTT tergenang (13.55 t CO2-eq/ha dan 4.66 t/ha), Non PTT intermittent (7.39 t CO2-eq/ha dan 4.51 t/ha), PTT tergenang (8.13 t CO2-eq/ha dan 4.13 t/ha), PTT intermittent (7.98 t CO2-eq/ha dan 4.18 t/ha), SRI intermittent (6.19 t CO2-eq/ha dan 2.31 t/ha) dan Semi SRI intermittent (9.11 t CO2-eq/ha dan 3.07 t/ha). Kontribusi masing-masing gas terhadap GWP tersebut adalah 13.52 – 25.09 % (CO2), 74.56 – 86.28 % (CH4), dan 0.16 – 0.35 % (N2O). Serapan karbon tertinggi terdapat pada perlakuan SRI intermittent yang mampu menyerap karbon sebesar 1390.21 kg C/ha dari total emisi yang dilepaskan. Kemudian diikuti oleh PTT intermittent (-475.73 kg C/ha), Non PTT intermittent (145.55 kg C/ha), Semi SRI intermittent (1230.28 kg C/ha) dan Non PTT tergenang (4473.27 kg C/ha). Melihat jumlah emisi dan gabah yang dihasilkan, sistem pengelolaan PTT intermittent sangat dianjurkan untuk diterapkan karena memiliki hasil yang cukup tinggi dan rendah emisi. Penelitian ketiga musim menunjukkan MK 2009 memiliki emisi yang paling tinggi diikuti MH 2008 dan MK 2008.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleStudi Kecenderungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan Neraca Karbon pada Berbagai Sistem Pengelolaan Tanaman Padi.en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record