Show simple item record

dc.contributor.advisorNurmalina, Rita
dc.contributor.authorWidiyani, Wiwin
dc.date.accessioned2013-02-07T04:40:11Z
dc.date.available2013-02-07T04:40:11Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60458
dc.description.abstractPembangunan pertanian di Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Beberapa hal yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia yaitu potensi keanekaragaman sumber daya alam, pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, sektor riil pendapatan nasional, dan basis pertumbuhan di perdesaan. Sebuah proyek pada masa orde baru diadakan untuk mendorong pembangunan pertanian yaitu gerakan revolusi hijau. Adanya gerakan revolusi hijau tidak hanya berhasil membuat Indonesia mencapai swasembada beras tetapi juga menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang. Krisis lingkungan yang terjadi akibat gerakan revolusi hijau sejak tahun 1970-an mulai kini dirasa sangat merugikan masyarakat khususnya petani. Revolusi hijau yang menginstruksikan pemakaian pupuk anorganik secara intensif mengakibatkan kandungan organik tanah (humus) menurun drastis sehingga tingkat kesuburan lahan pertanian menurun secara perlahan. Departemen Pertanian mencetuskan suatu sistem pertanian organik (organik farming) dengan tema “Go Organic 2010” yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan berbasis anorganik untuk disubstitusikan dengan bahan berbasis organik. Salah satu bentuk aktivitas nyata yang turut mendukung program tersebut yaitu dengan menambahkan pupuk organik/kompos ke lahanlahan sawah. Diketahui pada tahun 2008 terdapat selisih yang cukup besar antara kebutuhan dan ketersediaan pupuk organik di Indonesia bila dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya yaitu sebesar 16.655.000 ton. Besarnya kebutuhan pupuk organik menunjukkan adanya peluang pengusahaan pupuk kompos sebagai usaha yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian organik. Salah satu daerah yang turut berupaya mewujudkan pengembangan pertanian organik yaitu Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Sebagian besar petani di Desa Ciburuy telah melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos tetapi hanya digunakan untuk kebutuhannya sendiri dan belum dikomersilkan. Keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki membuat para petani belum termotivasi untuk menjadikannya sebagai sebuah usaha, disamping risiko kerugian yang mungkin timbul dari suatu usaha. Satu-satunya usaha pengomposan yang terdapat di Desa Ciburuy dilaksanakan oleh Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang bermitra dengan Lembaga Pertanian Sehat (LPS). ...en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos (Kasus pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record