Show simple item record

dc.contributor.advisorWinandi, Ratna
dc.contributor.authorPurba, Sulaiman
dc.date.accessioned2013-02-07T03:35:03Z
dc.date.available2013-02-07T03:35:03Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60446
dc.description.abstractJumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Selama empat tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 8.671.300 jiwa atau sekitar 2,2 juta jiwa per tahun, yaitu dari 219.852.000 jiwa pada tahun 2005 menjadi 228.523.300 jiwa pada tahun 2008. Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia akan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan pangan nasional. Sehingga, ketergantungan hanya pada satu sumber pangan saja yaitu beras seperti sekarang ini, dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah yang serius bagi bangsa Indonesia terutama dalam hal ketahanan pangan nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mencegah timbulnya masalah ketergantungan pangan tersebut adalah dengan mencanangkan kembali dan melakukan sosialisasi pemahaman mengenai konsep diversifikasi pangan. Secara sederhana, diversifikasi pangan dapat diartikan sebagai penganekargaman produksi tanaman pangan non beras. Melakukan diversifikasi pangan merupakan langkah yang tepat dan penting mengingat produksi maupun distribusi beras seringkali tersendat. Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang potensial untuk dikembangkan sebagai produk substitusi dari beras. Sentra produksi ubi jalar yang paling banyak memberikan kontribusi produksi terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Papua, dan Jawa Timur. Dari ketiga propinsi tersebut, Jawa Barat merupakan propinsi yang memberikan kontribusi produksi terbesar yaitu 0,39 juta ton, kemudian Papua sebesar 0,27 juta ton dan Jawa Timur 0,15 juta ton. Kabupaten Bogor merupakan daerah penghasil ubi jalar terbesar ketiga di Jawa Barat setelah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Garut. Petani ubi jalar merupakan salah satu pelaku tataniaga yang paling menentukan dalam hal produksi ubi jalar. Faktor penting yang dapat membuat petani melakukan produksi adalah harga, jika harga yang diterima stabil dan menguntungkan maka petani akan memproduksi ubi jalar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, harga ubi jalar yang diterima petani masih cukup rendah yaitu sebesar Rp 950/Kg, sedangkan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir dapat mencapai Rp 2.500/Kg – Rp 3.000/Kg. Rendahnya harga yang diterima petani ini disebabkan kurangnya informasi yang didapat petani mengenai harga, petani hanya mengetahui harga yang ada di pasaran dari tengkulak pada saat panen, sehingga petani tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga jual. Rendahnya harga ubi jalar ini menjadi salah satu permasalahan dalam sistem tataniaga ubi jalar. ..en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Tataniaga Ubi Jalar (Studi Kasus : Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record