Show simple item record

dc.contributor.advisorSembiring, E. Namaken
dc.contributor.authorSinaga., Dolly Robertho
dc.date.accessioned2013-02-06T01:43:04Z
dc.date.available2013-02-06T01:43:04Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60354
dc.description.abstractPadi merupakan salah satu komoditi yang memegang peranan penting. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua jenis tanaman serealia setelah jagung dan gandum. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Champagne (2004) bahwa sekitar 75% kebutuhan kalori tiap hari sebagian besar penduduk dunia diperoleh dari padi dan lebih dari 50% populasi penduduk dunia menjadikan padi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, padi merupakan tanaman pokok yang paling banyak dibudidayakan dan sampai saat ini masih menjadi bahan pangan utama yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia, bila dibandingkan dengan jenis tanaman pokok lainnya yang ada. Banyak usaha yang terus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melakukan pengolahan tanah yang baik pada saat persiapan lahan untuk budi daya padi. Dalam De Datta (1981) dijelaskan bahwa tanaman padi memerlukan media lumpur untuk pertumbuhannya. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik, seluruh lapisan permukaan tanah harus berada dalam keadaan lumpur yang lunak, sehingga padi dapat tumbuh dengan bebas tanpa terhambat oleh lapisan tanah yang keras. Keadaan lumpur ini diperoleh melalui kegiatan pengolahan tanah yang baik, yang disebut pelumpuran. Dengan demikian diperlukan suatu pengamatan terhadap pengolahan tanah lahan sawah yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui sistem budi daya padi yang secara umum diterapkan di daerah Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Secara khusus pengamatan yang dilakukan di Kelurahan Situgede ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui kapasitas lapang pengolahan tanah dalam persiapan lahan sawah serta efisiensi dan tingkat pelumpurannya. Pengamatan ini dilakukan pada beberapa petak sawah milik masyarakat di Kelurahan Situgede. Pengamatan dilakukan dari bulan April sampai dengan Agustus 2009. Pengamatan dilakukan secara langsung pada kegiatan pengolahan tanah sawah, yaitu pada kegiatan pembajakan dan pelumpuran. Pengolahan tanah dilakukan dengan tiga sumber tenaga yang berbeda, yaitu tenaga seekor kerbau, dua ekor kerbau, dan tenaga traktor tangan. Implemen yang digunakan pada tenaga kerbau adalah bajak singkal untuk kegiatan pembajakan serta garu sisir untuk kegiatan pelumpuran. Implemen yang digunakan pada traktor tangan adalah bajak singkal untuk kegiatan pembajakan dan gelebeg untuk kegiatan pelumpuran. Pengukuran dilakukan terhadap kecepatan kerja, lebar kerja, kedalaman pengolahan, indeks pelumpuran dan kelunakan tanah hasil pelumpuran masing-masing sumber tenaga, serta pengaruh hasil pelumpuran terhadap pertumbuhan tanaman padi selama 60 hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan pengolahan tanah di Kelurahan Situgede bergantung pada sumber tenaga manusia dan tenaga hewan. Hanya ada sedikit lahan yang memanfaatkan tenaga mekanis dari traktor tangan untuk pengolahan tanah. Hal ini tidak lepas dari faktor budaya dan kebiasaan yang terus diturunkan, serta keadaan geografis lahan yang kurang mendukung untuk penggunaan alat-alat pengolahan tanah mekanis seperti penggunaan traktor tangan. Dari hasil pengamatan kegiatan pembajakan diketahui kapasitas lapang efektif yang berbeda-beda, yaitu 0.058 ha/jam, 0.041 ha/jam dan 0.079 ha/jam masing-masing pada pembajakan dengan seekor kerbau, dua ekor kerbau dan dengan traktor tangan. Sementara kapasitas lapang teoritis berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan kecepatan kerja dan lebar implemen yang digunakan, yaitu sebesar 0.046 ha/jam, 0.036 ha/jam dan 0.099 ha/jam dengan menggunakan tenaga seekor kerbau, dua ekor kerbau dan dengan traktor tangan. Sementara pada kegiatan pelumpuran tidak dapat ditentukan dengan pasti kapasitas lapang efektifnya, karena kegiatan pelumpuran yang bergantung terhadap kondisi aktual di lahan, dimana pengulangan terus dilakukan, yang bergantung pada keadaan tanah. Ketika permukaan tanah terlihat sudah rata, kegiatan pelumpuran biasanya sudah dinyatakan selesai. Keadaan ini ditunjukkan oleh besarnya kebervariasian data pada kapasitas lapang efektif pelumpuran, yang terlihat dari besarnya koefisien variasi. Kapasitas lapang efektif total pengolahan tanah yang tertinggi diperoleh pada penggunaan tenaga traktor tangan, yaitu sebesar 0.188 ha/hari dan kemudian dengan tenaga seekor kerbau dan dua ekor kerbau, masing-masing sebesar 0.137 ha/hari dan 0.084 ha/hari, yang sebenarnya sangat dipengaruhi oleh total jam kerja per hari yang dapat diberikan oleh sumber tenaga. Kerbau bekerja rata-rata 4-5 jam/hari dan traktor bekerja rata-rata 7-8 jam/hari Indeks pelumpuran (IP) dan indeks kelunakan (IK) tanah hasil pelumpuran memiliki hubungan yang linear. Pelumpuran yang menghasilkan IP yang tinggi cenderung menghasilkan nilai IK yang tinggi pula. Dari pengamatan terlihat hubungan antara kedalaman olah dengan IP dan IK. Nilai IP dan IK tertinggi diperoleh pada pengolahan tanah dengan menggunakan traktor, yaitu dengan nilai masing-masing 91.009% dan 90.357% dengan rata-rata kedalaman olah yang lebih besar dari kedalaman olah dengan kerbau.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleKapasitas Lapang, Efisiensi dan Tingkat Pelumpuran Pengolahan Tanah Sawah di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogoren


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record