Show simple item record

dc.contributor.advisorKusnadi,Nunung
dc.contributor.authorAzni, Rara June
dc.date.accessioned2012-10-30T02:40:48Z
dc.date.available2012-10-30T02:40:48Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58155
dc.description.abstractKementerian Pertanian Indonesia tahun 2010 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki luas lahan perkebunan karet yang paling luas di dunia, yaitu sekitar 3,4 juta hekar. Luas lahan perkebunan karet tersebut tersebut terdiri dari perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS). Perkebunan karet rakyat mencapai 85 persen dari total luas perkebunan karet yang ada di Indonesia dan hanya delapan persen perkebunan besar milik negara serta tujuh persen perkebunan besar milik swasta.Namun produktivitas karet dari PR paling rendah dibandingkan PBN dan PBS. Bahkan pada tahun 2008 dan 2009, produktivitas karet cenderung menurun. Produktivitas karet yang lebih rendah dapat dikarenakan kualitas dari klon karet yang ditanam, teknologi budidaya yang belum diterapkan petani seperti penggunaan pupuk, dan umur karet yang sudah tua dan rusak Banyaknya perkebunan karet yang sudah tua, rusak, dan kurang produktif pada perkebunan karet rakyat karena petani telat melakukan peremajaan dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas karet. Direktorat Jenderal Perkebunan melalui program revitalisasi perkebunan tahun 2009 merencanakan pengembangan perkebunan dengan melakukan peremajaan pada tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kakao. Luas perkebunan karet yang diremajakan pada program tersebut mencapai 217.000 Ha. Luas karet yang akan diremajakan tersebut mencapai sekitar 6,8 persen dari total luas lahan karet yang ada dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan luas peremajaan perkebunan kelapa sawit maupun kakao. Produktivitas karet yang semakin menurun dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki penggunaan faktor input yang digunakan, seperti penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk. Permasalahan umur produksi atau karet yang sudah tua dapat dilakukan dengan peremajaan dari karet itu sendiri. Peremajaan memiliki peran yang penting dalam pengelolaan suatu perkebunan. Perkebunan yang diremajakan dapat diperbaiki dan ditingkatkan tingkat produktivitas dengan cara penggunaan bibit unggul pada saat peremajaan dilakukan. Bibit unggul yang digunakan pada perkebunan dapat menghasilkan getah karet lebih banyak dibandingkan dengan bibit karet sebelumnya yang sudah tua. Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Selatan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi perkebunan karet. Sebagian penduduk di Kabupaten Banyuasin, Sumatera selatan pada umumnya bekerja sebagai petani karet. Berdasarkan data dinas perkebunan Sumatera Selatan tahun 2010 diketahui bahwa total luas perkebunan karet di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009 yaitu 82.875 ha. Dari total lahan tersebut terdapat sekitar 22,6 persen luas lahan perkebunan karet yang sudah rusak dan tua. Perkebunan karet yang sudah rusak dan tua harus segera dilakukan peremajaan agar dapat meningkatkan produktivitas serta memberikan pendapatan yang lebih kepada 3 petani dimasa mendatang. Manfaat peremajaan juga harus dapat dirasakan oleh petani dengan adanya peningkatan produktivitas dan diikuti dengan meningkatnya pendapatan petani Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Menentukan umur optimum peremajaan karet pada perkebunan karet milik rakyat, dan 2) Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi petani untuk melakukan peremajaan karet. Dengan menggunakan metode Faris (1960) diperoleh umur optimum peremajaan karet terjadi pada umur 23 tahun. Hasil analisis kepekaan terhadap perubahan produktivitas, biaya sarana produksi, harga jual karet, dan suku bunga, diketahui bahwa umur optimum peremajaan karet paling peka terhadap perubahan produktivitas karet. Semakin rendah produktivitas karet maka umur optimum peremajaan akan menjadi lebih lama. Dengan menggunakan model regresi logistik biner maka diketahui faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan peremajaan karet adalah proporsi penghasilan lain dan luas lahan. Keputusan petani melakukan peremajaan karet lebih banyak ditentukan dari banyaknya pendapatan yang hilang selama karet belum menghasilkan. Faktor lain seperti usia, pendidikan, pengalaman, dan jumlah tanggungan anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan peremajaan.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Peremajaan Optimum dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Petani Melakukan Peremajaan Karet : Studi Kasus Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan).en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record