Show simple item record

dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.authorDiwandani, Gebry Ayu
dc.date.accessioned2012-10-29T07:07:42Z
dc.date.available2012-10-29T07:07:42Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58130
dc.description.abstractKomoditas hortikultura merupakan komoditas potensial untuk dikembangkan di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan prospektif dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya. Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Dari segi teknis, agribisnis komoditas kentang sudah cukup berkembang dan menyebar di sebagian besar daerah di Indonesia. Dari segi produktivitas dan mutu, komoditas kentang yang dikembangkan di Indonesia sudah tergolong cukup tinggi. Provinsi Jambi adalah salah satu daerah penghasil kentang di Pulau Sumatera. Jumlah produksi kentang Provinsi Jambi rata – rata menyumbang 5,95 persen terhadap produksi kentang nasional. Kabupaten Kerinci merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi komoditas kentang di Provinsi Jambi dimana jumlah produksi kentang di Kabupaten Kerinci pada tahun 2009, yaitu 58,377 ton. Kecamatan Kayu Aro termasuk salah satu daerah produksi kentang terbesar di Kabupaten Kerinci. Kecamatan ini berada di dataran tinggi di sekeliling kaki Gunung Kerinci. Kondisi agroklimat daerah ini cocok untuk ditanami berbagai tanaman sayuran, seperti kentang, kubis, cabai, dan bunga kol. Tujuan pemasaran kentang Kayu Aro tidak hanya pada pasar induk di Kabupaten Kerinci, namun juga ditujukan pada pasar induk di berbagai daerah Sumatera bagian selatan. Penurunan harga kentang di tingkat petani sebesar 68,4 persen dari harga rata – rata pada tahun sebelumnya yang terjadi pada awal tahun 2012 membuat resah petani kentang di Kecamatan Kayu Aro, karena dari harga yang mereka terima tersebut, mereka hanya mendapat keuntungan yang rendah, bahkan bagi sebagian petani harga tersebut tidak memberikan mereka keuntungan sama sekali, karena impas dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk bertanam kentang. Ketidakseimbangan harga yang diterima petani dengan harga di tingkat pedagang perantara dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti banyaknya fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga selain petani, tingginya biaya tataniaga yang digunakan dalam kegiatan pemasaran kentang hingga ke tingkat konsumen akhir, dan kurangnya informasi pasar yang dibutuhkan oleh pelaku pasar yang terlibat dalam aktivitas pemasaran. Penelitian Analisis Sistem Tataniaga Kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kerinci bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan saluran, lembaga, dan fungsi tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, (2) menganalisis struktur, perilaku dan keragaan pasar dari sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, (3) menganalisis margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya dari setiap saluran tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, (4) menganalisis efisiensi operasional dan efisiensi harga dari sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Pengambilan responden petani dilakukan dengan sengaja (purposive) yang berjumlah tiga puluh orang petani kentang. Sedangkan untuk pengambilan responden pedagang dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling, yaitu dengan cara mengikuti arus pemasaran kentang. Responden pedagang pengumpul terdiri dari tujuh orang pedagang pengumpul, sembilan orang pedagang grosir, dan dua puluh orang pedagang pengecer. Sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro terdiri dari empat saluran utama berdasarkan daerah tujuan pemasaran kentang. Saluran I merupakan saluran dengan daerah tujuan pemasaran Pasar Induk Tanjung Bajurai, Sungai Penuh. Saluran ini terdiri dari petani  pedagang grosir  pedagang pengecer. Saluran II adalah saluran tataniaga yang memasarkan kentang ke Pasar Induk Angso Duo Jambi, yang terdiri dari petani  pedagang pengumpul pedagang grosir  pedagang pengecer. Saluran III terbagi atas dua saluran bagian yaitu saluran IIIa dan saluran IIIb. Saluran IIIa adalah saluran tataniaga yang memasarkan kentang ke konsumen akhir di daerah Bukittinggi. Saluran ini terdiri dari petani  pedagang pengumpul  pedagang grosir  pedagang pengecer. Sedangkan saluran IIIb adalah saluran tataniaga dengan daerah tujuan pemasaran Provinsi Riau. Lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran ini adalah petani, pedagang pengumpul, dan pedagang grosir. Saluran IV, V, dan VI merupakan saluran pemasaran luar daerah. Lembaga tataniaga yang terlibat pada ketiga saluran ini sama yaitu petani dan pedagang pengumpul, namun terdapat perbedaan pada wilayah pemasaran kentang, dimana saluran IV ditujukan untuk pasar di daerah Riau, saluran V ditujukan untuk pasar di daerah Sumatera Selatan, dan saluran VI untuk daerah Lampung. Lembaga – lembaga tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, pada umumnya melakukan fungsi – fungsi tataniaga yang sama. Struktur pasar yang dihadapi petani kentang di Kecamatan Kayu Aro cenderung mengarah kepada pasar persaingan. Sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer mengarah kepada pasar tidak bersaing. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa terjadi transaksi pembayaran tunai dan pembayaran sebagian antara petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Dari hasil analisis margin tataniaga, farmer’s share dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya, maka secara operasional saluran II merupakan saluran yang tataniaga yang lebih efisien diantara saluran I, dan saluran IIIa, karena petani langsung menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul. Begitu juga saluran V adalah saluran yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran IV dan saluran VI, jika ditinjau dari farmer’s share, penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya (πi/Ci ratio), dan jumlah volume kentang yang dipasarkan. Analisis keterpaduan pasar menunjukkan nilai IMC > 1, yaitu sebesar 8,33 artinya tidak ada keterpaduan jangka pendek dan nilai koefisien b2 memiliki nilai < 1, yaitu sebesar 0,392 menunjukkan tidak ada keterpaduan jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa struktur pasar yang terjadi dalam tataniaga kentang ini adalah tidak bersaing sempurna. Persaingan yang tidak sempurna dalam tataniaga kentang ini menunjukkan bahwa sistem tataniaga kentang di lokasi penelitian belum efisien.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Sistem Tataniaga Kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambien


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record