Show simple item record

dc.contributor.advisorNurmalina,Rita
dc.contributor.authorUtomo, Fajar
dc.date.accessioned2012-09-19T06:18:48Z
dc.date.available2012-09-19T06:18:48Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57360
dc.description.abstractPembangunan subsektor hortikultura merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang dilakukan untuk menciptakan suatu agribisnis yang kuat di masa mendatang. Langkah yang dilakukan yaitu dengan mengarah pada pengembangan hortikultura yang maju, efisien, dan mempunyai daya saing global. Pembangunan subsektor hortikultura memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk serta menciptakan lapangan pekerjaan. Kondisi geografis dan besarnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan untuk pengembangan subsektor hortikultura. Indonesia memiliki prospek pengembangan usaha budidaya wortel yang relatif besar, hal ini dilihat dari permintaan terhadap wortel yang terus berkembang sesuai dengan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Provinsi Jawa Barat memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha budidaya wortel, salah satu karakteristiknya adalah iklim yang cocok, lembab dan tanah yang relatif subur. Kabupaten Cianjur memiliki potensi usaha budidaya wortel yang cukup baik, hal itu dilihat dari rata-rata perkembangan permintaan wortel yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu wilayah penghasil wortel di Kabupaten Cianjur adalah Desa Ciherang. Desa Ciherang memiliki banyak petani wortel yang menjalankan pola kemitraan dengan perusahaan agribisnis setempat. Salah satu perusahaan yang melakukan kerjasama kemitraan dengan petani wortel yaitu Agro Farm. Belum adanya petani maupun pihak lain yang melakukan analisis pendapatan terhadap usaha wortel tersebut, membuat inspirasi peneliti untuk melakukan penelitian ini mengingat manfaat kemitraan itu sendiri bagi kesejahteraan petani dilihat dari sisi pendapatan. Oleh karena itu, hal ini penting untuk mempelajari bagaimana kemitraan yang dijalankan oleh Agro Farm dan para petani memberikan manfaat kepada mitra tani itu sendiri. Usaha budidaya wortel para petani mitra Agro Farm dilakukan pada luas lahan rata-rata 331 m2. Agar diketahui manfaat kemitraan terhadap pendapatan petani, maka peneliti membandingkan tingkat pendapatan petani wortel yang bermitra dengan Agro Farm dengan petani wortel yang tidak bermitra. Berdasarkan permasalahan dan latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengkaji pelaksanaan kemitraan antara petani wortel dengan Agro Farm. 2) Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani wortel yang bermitra dan yang tidak bermitra dengan Agro Farm. Analisis dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dikaji, meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani berdasarkan kriteria R/C Ratio. Secara garis besar kemitraan yang dilakukan oleh Agro Farm dan petani mitra berisi poin-poin sebagai berikut (Agro Farm, 2012): 1.Harga yang disepakati antara Agro Farm dengan petani mitra adalah harga tetap, tidak peduli harga sayuran termasuk wortel di pasar seperti apa. Dengan kata lain harga yang berlaku adalah harga mengikat, 2.Mengenai kerugian, jika terjadi musibah alam atau wabah penyakit, kerugian ditanggung Agro Farm. Sebaliknya, jika akibat keteledoran petani, kerugian ditanggung petani. Meskipun demikian Agro Farm menjamin petani tetap mendapat keuntungan, 3.Harga dan ketersediaan saprotan terbuka, atau ditentukan di muka, 4.Biaya operasional dihitung Agro Farm, petani tinggal mengikuti aturan tanam saja, 5.Agro Farm menjamin pasar tetap tersedia sehingga petani tidak perlu merasa khawatir mengenai permintaan dan harga karena Agro Farm sudah menjalin kerjasama dengan restoran-restoran Korea dan Jepang yang merupakan mitra Agro Farm. Program kemitraan termasuk tipe sinergis dan saling menguntungkan pelaksanaan kemitraan telah dijalankan menunjukkan kerja sama usaha yang saling menguntungkan dan saling memperkuat serta menjadikan kerja sama bisnis menjadi berkesinambungan. Sinergi yang menguntungkan diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan menyediakan saprotan, bimbingan teknis, dan penjaminan pasar. Jumlah sayuran yang berhasil dibudidayakan perusahaan saat ini semakin bertambah, kira-kira sudah 66 jenis sayuran yang dikembangkan (Lampiran 2). Permintaan sayuran terbesar di Agro Farm yaitu sawi putih dan wortel, sehingga petani lebih dikhususkan untuk menanam sawi putih dan wortel. Pertimbangan perusahaan mengembangkan kemitraan dengan petani antara lain yaitu ketersediaan sumber daya lahan dan modal yang terbatas, serta permintaan pasar yang tinggi terhadap jenis sayuran tertentu. Petani wortel mendapatkan benih dalam bentuk pinjaman. Harga benih wortel yaitu Rp 250.000 per kilogram. Pinjaman benih tersebut akan dihitung dalam rupiah yang dibayar oleh petani dengan cara potong panen. Uang hasil penjualan wortel akan dipotong sebesar biaya pinjaman benih. Pemotongan hasil panen dilakukan oleh pihak perusahaan sehingga petani langsung menerima pendapatan bersih. Grade atau standar kualitas wortel ditetapkan oleh Agro Farm. Penetapan harga pun dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan analisis usahatani wortel yang dibuat oleh perusahaan Rencana perubahan harga langsung diinformasikan kepada petani satu minggu sebelum perubahan harga ditetapkan. Harga yang ditetapkan saat penelitian yaitu Rp 2.000 per kg. Pembayaran hasil panen petani akan dilakukan seminggu setelah panen. Pelaksanaan kemitraan wortel Agro Farm semakin berkembang terlihat pada jumlah mitra yang meningkat. Sistem kemitraan yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam pemenuhan permintaan wortel. Agro Farm tidak harus mengelola usahatani sendiri untuk memproduksi wortel, sehingga dapat menghemat dalam penggunaan sumberdaya lahan, modal, dan sumberdaya manusia. Pihak petani mendapatkan manfaat-manfaat dari jalinan kemitraan. Manfaat tersebut ada pula yang sejalan dengan alasan petani untuk bergabung dengan kemitraan. Manfaat yang sudah pasti diperoleh oleh petani selaku mitra antara lain dapat membantu dalam pengadaan benih. Berdasarkan perbandingan pendapatan usahatani antara petani wortel mitra dengan non mitra, maka diperoleh hasil pendapatan rata-rata petani wortel mitra lebih besar dibandingkan pendapatan rata-rata petani wortel non mitra untuk setiap musim tanam. Pendapatan petani wortel mitra rata-rata sebesar Rp 1.523.750 sedangkan pendapatan petani wortel non mitra sebesar Rp 1.093.125 per musim tanam. Nilai R/C Ratio atas biaya tunai petani mitra sebesar 2,83 sedangkan petani non mitra sebesar 2,26. R/C Ratio atas biaya total petani mitra sebesar 2,26 sedangkan petani non mitra sebesar 1,78. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan secara proporsional bahwa kemitraan dengan Agro Farm lebih menguntungkan petani. Penggunaan input melalui kemitraan juga lebih efisien dilihat dari nilai R/C Ratio.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Wortel di Agro Farm . Desa Ciherang Kabupaten Cianjur, Jawa Baraten


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record