Show simple item record

dc.contributor.advisorHarmini
dc.contributor.authorNovianto, Joko
dc.date.accessioned2012-07-18T02:09:13Z
dc.date.available2012-07-18T02:09:13Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55818
dc.description.abstractKentang merupakan salah sau komoditas unggulan subsektor hortikultura. Hal ini dibuktikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) yang menunjukkan bahwa kentang termasuk salah satu komoditi yang memiliki ratarata produksi relatif besar bila dibandingkan dengan beberapa jenis sayuran lain. Namun, produksi yang besar tidak menjamin mampu memenuhi permintaan kentang di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Indonesia tetap melakukan impor kentang untuk memenuhi perminataan pasar akan kentang. Namun tidak menutup kemungkinan bagi Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu sentra produksi kentang di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dan dan menjadi pengekspor kentang. Produksi kentang di Kabupaten Wonosobo sangat dipengaruhi oleh tingkat ketinggian, curah hujan, dan jenis tanah. Tingkat ketinggian dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya distorsi pasar atau kegagalan pasar. Semakin tinggi suatu daerah maka tingkat distorsi pasar atau kegagalan pasarnya akan semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi suatu daerah maka akan semakin jauh dari pasar dan pada akhirnya pasar cenderung menjadi tidak sempurna. Pasar yang tidak sempurna merupakan salah satu jenis kegagalan pasar atau distorsi pasar yang akan berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif kentang. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo, (2) Menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo, dan (3) Menganalisis keunggulan kompetitif dan komperatif kentang apabila terjadi perubahan nilai mata uang, harga output, harga pestisida, dan harga pupuk di Kabupaten Wonosobo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Policy Anaysis Matrix (PAM), dengan pertimbangan metode ini dapat menjawab tujuan penelitian yang ingin dicapai. Daya saing kentang dapat dilihat dari keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimiliki kedua lokasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis PAM diketahui nilai Rasio Biaya Privat (PCR) di Desa Sigedang lebih rendah daripada nilai PCR di Desa Dieng. Artinya, komoditas kentang di Desa Sigedang memiliki keunggulan kompetitif yang lebih besar dari usahatani kentang di Desa Dieng pada musim penghujan. Sedangkan nilai Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) di Desa Sigedang sebesar 0,76 lebih kecil daripada nilai DRC di Desa Dieng yakni sebesar 0,84. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas kentang di Desa Sigedang memiliki keunggulan komparatif yang lebih besar bila dibandingkan dengan Desa Dieng. Dampak kebijakan terhadap pengusahaan kentang di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dari nilai Koefisien Proteksi Efektif (EPC), Transfer Bersih (NT), Koefisien Keuntungan (PC), dan Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP). Berdasarkan nilai koefisien proteksi efektif yang kurang dari satu menunjukkan bahwa tidak adanya proteksi atau perlindungan pemerintah terhadap petani menyebabkan petani tidak memiliki nilai tambah terhadap harga produknya. Berdasarkan nilai transfer bersih yang negatif menunjukkan adanya surplus produsen atau keuntungan petani yang hilang sehingga penerimaan yang diterima petani menjadi berkurang. Koefisien Keuntungan yang bernilai kurang dari satu mengindikasikan kebijakan pemerintah yang berlaku mengakibatkan keuntungan yang diterima petani kentang lebih kecil daripada tanpa adanya kebijakan. Demikian pula dengan nilai rasio subsidi produsen yang bernilai negatif mengartikan bahwa petani harus membayar lebih tinggi untuk berproduksi daripada nilai tambah keuntungan yang dapat diterimanya. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang kemungkinan terjadi dalam sistem ekonomi. Dalam penelitian ini terdapat empat perubahan variabel, yakni perubahan nilai mata uang, perubahan harga output, perubahan harga pestisida, dan perubahan harga pupuk. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika, harga output kentang naik, harga pestisida menurun, dan harga pupuk mengalami penurunan, memiliki dampak positif terhadap keunggulan kompetitif dan komparatif kedua sistem usahatani. Sebaliknya jika nilai mata uang terapresiasi, harga output kentang turun, harga pestisida dan harga pupuk naik, maka akan menyebabkan keunggulan komparatif dan kompetitif kedua sistem usahatani menurun.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Kentang di Kabupaten Wonosobo (Kasus: Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record