Show simple item record

dc.contributor.advisorRifin,Amzul
dc.contributor.authorHerawati
dc.date.accessioned2012-07-17T02:24:01Z
dc.date.available2012-07-17T02:24:01Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55807
dc.description.abstractHortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Subsektor hortikultura memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nenas merupakan komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Permintaan ekspor terhadap nenas cukup tinggi. Sumatera Selatan dikenal sebagai salah satu provinsi yang memproduksi nenas terbesar di Indonesia. Tanaman nenas mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi saluran dan fungsi lembaga tataniaga nenas Palembang yang terbentuk di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, mengidentifikasi struktur, perilaku dan keragaan pasar nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, dan menganalisis efisiensi pada setiap saluran tataniaga nenas di Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup wilayah Desa Paya Besar, Kecamatan Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Analisis penelitian dibatasi untuk melihat dan mengkaji sistem tataniaga nenas Palembang di daerah penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan saluran tataniaga, fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Selain itu, digunakan juga analisis kuantitatif untuk menganalisis keragaan pasar dengan menggunakan perhitungan margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya untuk melihat tingkat efisiensi tataniaga nenas Palembang. Hasil penelitian tataniaga nenas di Desa Paya Besar memiliki tiga pola saluran tataniaga dan melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga yang terlibat diantaranya pedagang pengumpul desa, pedangan besar dan pedagang pengecer. Adapun pola saluran tataniaga nenas yang terbentuk adalah: (1) Pola I: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar Lokal – Pedagang Pengecer Lokal – Konsumen Lokal, (2) Pola II: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengecer Lokal – Konsumen Lokal, (3) Pola III: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Besar Non-lokal – Pedagang Pengecer Non-lokal – Konsumen Non-lokal. Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang berbeda-beda. Fungsi-fungsi yang dilakukan meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani di Desa Paya Besar cenderung mengarah kepada struktur oligopoli, pedagang pengumpul cenderung menghadapi struktur pasar oligopoli, struktur pasar yang dihadapi pedagang besar cenderung oligopsoni, sedangkan pedagang pengecer cenderung mengarah ke struktur pasar bersaing murni. Berdasarkan perilaku pasar yang dihadapi, praktik penjualan dan pembelian telah terjadin kerjasama yang cukup baik antar lembaga tataniaga. hubungan ini dapat menjamin pasokan nenas bagi masing-masing lembaga tataniaga. Hasil analisis marjin bahwa marjin tataniaga terbesar terdapat pada saluran dua yaitu sebesar Rp. 3.500,00. Untuk saluran satu dan tiga marjin tataniaga yang dihasilkan yaitu masing-masing sebesar Rp. 2090,44 dan Rp. 2817,54. Hal ini disebabkan pada saluran satu dan dua volume penjualan nenas cukup tinggi dan memiliki saluran yang cukup panjang. Bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar 41,71 persen. Saluran tiga merupakan saluran dengan total marjin tataniaga terendah kedua dan biaya tataniaga tertinggi. Saluran satu dan dua memiliki nilai farmer’s share yaitu masing-masing sebesar 35,35 persen dan 36,36 persen. Saluran dua memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya sebesar 2,80 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 2,80. Nilai rasio pada saluran dua merupakan nilai rasio terbesar. Namun, saluran tiga memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang cukup merata. Nilai rasio dan keuntungan saluran tiga pada pedagang pengumpul sebesar 1,09, pada pedagang besar sebesar 2,46 dan pada pedagang pengecer sebesar 3,74. Saluran tataniaga tiga dapat digunakan petani untuk pemasaran nenas. Saluran ini relatif lebi efisien dibandingkan kedua saluran lainnya. Petani memerlukan wadah untuk dapat memberikan informasi sekaligus pembinaan dalam hal pemasaran maupun budidaya nenas. Untuk meningkatkan efisiensi operasional, petani perlu melakukan sortasi/grading agar petani memperoleh nilai tambah dari kegiatan tersebut. Selain itu juga peningkatan nilai tambah bisa dilakukan dengan mengolah nenas menjadi produk olahan agar petani mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan risiko kerugian produk tidak terjual bisa dikurangi.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Tataniaga Nenas Palembang (Kasus Desa Paya Besar, Kecamatan Parayaman, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record