Show simple item record

dc.contributor.advisorPrsodjo, Nuraini W.
dc.contributor.authorTanzenia, Febli
dc.date.accessioned2012-05-04T07:15:40Z
dc.date.available2012-05-04T07:15:40Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/54398
dc.description.abstractRural industrialization has opened up opportunities for women in the productive sector, but it also have opened up opportunities for the marginalization of women. Research is done by the purpose of identifying the marginalization experienced by women in rural industrialization, identifying the marginalization that happens on every social layer, and analyzing the relationship between layers of social change with the marginalization of women. Research conducted in Cikarawang and Tarikolot villages, Bogor, West Java. This is done with a quantitative approach, which is use survey method, and that is supported with qualitative data. Despite having been open opportunities in productive sectors, marginalization still experienced by women in rural industrialization. It can be seen from the centralization of women on the outskirts of the market labour, feminizing productive sectors and segregation based on sex, which ultimately led to widening inequalities between household dominant man who works and household dominant women who work. While the removal of the productive sector has not experienced by women in rural industrialization. In addition, if analyzed according to the social layer, known that women from the bottom layer experiencing centralization of women on the outskirts of the market labour and feminizing productive sectors and segregation based on sex. Different thing experienced by women from the middle layer, where they have feminizing productive sectors and segregation based on sex and inequalities between household dominant man who works and household dominant women who work. As women from the top layer only experienced widening economic inequality. Thus there is no relationship between socal layer and removal of the productive sector, also feminizing productive sectors and segregation based on sex. But there is a relationship between social layer and centralization of women on the outskirts of the market labour.en
dc.description.abstractRevolusi Hijau di Indonesia muncul pada tahun 1960-an. Munculnya Revolusi Hijau sebagai suatu cara untuk meningkatkan produksi padi telah meminggirkan perempuan. Penggantian alat panen ani-ani menjadi sabit dan penggunaan mesin dross untuk perontokan padi telah membuat perempuan kehilangan pekerjaannya di sektor pertanian. Oleh karena itu, perempuan yang terpinggirkan tersebut menempuh strategi bertahan hidup dengan cara melakukan perubahan profesi menjadi pedagang, merantau ke luar negeri menjadi TKI, atau bekerja pada industri rumahan (Tahir 2010). Dengan adanya Revolusi Hijau telah menggeser perekonomian masyarakat di Jawa Barat yang semula dominan hidup dari sektor pertanian, mengalami transisi menuju masyarakat yang hidup dari sektor industri (BPS 1987). Dengan adanya transisi tersebut semakin membuka kesempatan bagi masyarakat desa untuk bekerja di sektor non pertanian yang juga berarti membuka peluang bagi perempuan untuk bekerja di sektor produktif non pertanian. Peluang bagi perempuan ini meningkatkan partisipasi angkatan kerja wanita di sektor non pertanian, sebagai contoh adalah di sektor industri pengolahan (Sajogyo 1983). Dalam mayarakat Indonesia sering dijumpai adanya struktur pelapisan sosial dalam masyarakat yang didasari kriteria ekonomi. Pelapisan sosial membedakan seseorang berdasarkan status kekayaan yang dimiliki yang dapat dilihat dari dan kepemilikian benda-benda berharga. Pelapisan tersebut dibagi menjadi lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Setiap lapisan sosial dalam masyarakat tersebut menunjukkan suatu pola alokasi tenaga kerja dalam rumahtangga yang berbeda, yang pada gilirannya dapat membentuk pola marginalisasi yang berbeda pula. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi marginalisasi yang dialami oleh perempuan dalam industrialisasi pedesaan, mengidentifikasi marginalisasi yang terjadi pada setiap lapisan sosial, dan menganalisis hubungan antara lapisan sosal dengan marginalisasi perempuan. iv Penelitian dilakukan di Desa Cikarawang dan Desa Tarikolot, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survei serta didukung dengan data kualititatif. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 60 orang, yakni 30 orang laki-laki dan 30 orang perempuan. Untuk menentukan responden, digunakan metode acak terstratifikasi (stratified random sampling). Data kuantitatif diperoleh dari pengumpulan data melalui instrumen utama penelitian survei, yaitu kuesioner. Data kualitatif diperoleh dari pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Data yang telah diperoleh diolah dengan Microsoft Excel 2007. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perempuan dalam industrialisasi pedesaan tidak mengalami penyingkiran dari pekerjaan produktif (tidak mengalami marginalisasi tipe 1) karena banyaknya peluang kerja dan peluang usaha yang terdapat pada kedua desa penelitian. Akan tetapi, perempuan yang memasuki sektor produktif ini mengalami pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja (mengalami marginalisasi tipe 2), dimana status pekerjaan yang dimilikinya masih rendah, yaitu sebagai buruh tani, buruh pengupas ubi, buruh bengkel, maupun buruh pabrik. Tunjangan yang diperoleh oleh responden perempuan yang berstatus buruh pabrik tergolong rendah, karena statusnya sebagai karyawan kontrak. Curahan waktu kerja yang tinggi juga dialami perempuan dalam industri pedesaan dengan pendapatan yang rendah. Selain itu, feminisasi sektor produktif dan segregasi berdasarkan jenis kelamin serta pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan juga terjadi dalam industrialisasi pedesaan (mengalami marginalisasi tipe 3 dan 4). Hasil penelitian yang melihat perempuan berdasarkan lapisan sosialnya menunjukkan bahwa perempuan lapisan bawah mengalami marginalisasi tipe 2 dan 3. Selain itu, perempuan lapisan menengah dan atas mengalami marginalisasi tipe 3 dan pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan (marginalisasi tipe 4). Adapun marginalisasi tipe 1 tidak dialami oleh perempuan dari seluruh lapisan sosial.
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectmarginalizationen
dc.subjectproductive sectoren
dc.subjectrural industrializationen
dc.subjectsocial layeren
dc.subjectwomenen
dc.titleMarginalisasi Perempuan dalam Industrialisasi Pedesaan (Studi di Desa Cikarawang dan Desa Tarikolot, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record