Show simple item record

dc.contributor.advisorYusalina
dc.contributor.authorNingtyas, Siti Fatimah Vieta Prasetya
dc.date.accessioned2012-03-02T03:36:08Z
dc.date.available2012-03-02T03:36:08Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53601
dc.description.abstractSecara luas Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Sewajarnya pertanian di negara Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain, karena pertanian memiliki peran yang penting sebagai penyedia lapangan pekerjaan, perolehan devisa, penyedia bahan pangan, serta pembentukan PDB. Akan tetapi pada kenyataannya pertanian lebih banyak dikorbankan untuk dapat menunjang pembangunan industri, sehingga kesejahteraan petani terabaikan karena adanya kebijakan pemerintah tersebut. Kesejahteraan petani semakin menurun pasca diterapkannya sistem pertanian dengan pola High Eksternal Input Agriculture (HEIA). Hal ini ditandai dengan input yang digunakan semakin tinggi, sehingga biaya produksi yang dikeluarkan semakin besar. Penggunaan input kimia pada pola HEIA mengakibatkan kerusakan pada tanah dan menjadikan produktivitas semakin menurun, sehingga keuntungan yang diterima semakin rendah. Munculnya isu-isu tersebut membuat beralihnya petani dan konsumen terhadap produk organik. Produk organik memiliki keunggulan dari segi rasa dan kandungan gizi yang lebih baik. Akan tetapi, hasil produksi pertanian organik pada penerapan awal penanaman lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena sistem pertanian organik yang diterapkan pada umunya menggunakan metode pertanian konvensional. Namun kemudian muncul metode bertani dengan System of Rice Intensification (SRI). SRI merupakan suatu metode untuk meningkatkan produktivitas padi dengan mengubah pengaturan tanaman, tanah, dan air. Penerapan metode SRI organik telah dilakukan oleh banyak petani di Indonesia khususnya Pulau Jawa yang memiliki peranan cukup penting dalam perberasan nasional. Desa Ringgit sebagai salah satu desa yang berada di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah telah menerapkan pertanian organik sejak tahun 1997. Kemudian pada tahun 2003 mulai menerapkan pertanian metode SRI organik. Namun demikian belum adanya kajian mengenai keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit dan apakah terdapat perbedaan produktivitas, pendapatan, serta efisiensi apabila dibandingkan dengan pertanian konvensional. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit dan menganalisis apakah terdapat perbedaan pendapatan, produktivitas, dan efisiensi yang signifikan antara pertanian padi konvensional dengan metode SRI organik. Terdapat dua metode analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan analisis kunatitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan produktivitas, pendapatan, dan efisiensi yang didapatkan melalui analisis usahatani. Pengambilan sampel dilakukan melalui dua cara, yaitu metode sensus dan metode simple random sampling. Metode sensus digunakan untuk pengambilan sampel petani SRI organik dengan jumlah 31 orang. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel petani konvensional yaitu sebanyak 30 orang dari jumlah keselurahan sebanyak 74 orang. Dengan demikian jumlah responden sebanyak 60 orang. Keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit sudah cukup sesuai dengan panduan penerapan metode SRI organik pada umumnya. Terdapat perbedaan perlakuan antara pertanian konvensional dengan pertanian SRI organik, diantaranya yaitu pertanian konvensional menganggap tanah sebagai mesin sedangkan SRI organik sebagai aset, serangga dianggap sebagai musuh oleh pertanian kovensional dan dianggap sebagai teman oleh pertanian SRI organik, pertanian konvensional menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia sedangkan pertanian SRI organik menggunakan pupuk alami seperti kompos dan mol, pertanian SRI organik lebih menyarankan untuk membuat benih sendiri, serta bentuk penjualan hasil panen berupa gabah untuk pertanian konvensional dan beras untuk pertanian SRI organik. Untuk analisis usahatani produktivitas dari pertanian SRI organik sebesar 4,8 ton per hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional sebesar 4,5 ton per hektar, sehingga berdampak pada penerimaan yang semakin besar. Karena bentuk output yang diperbandingkan adalah beras, sehingga beras organik memiliki nilai jual lebih tingggi pula, maka pendapatan yang diterima oleh petani SRI organik lebih tinggi sebesar Rp 10.559.276 dan petani konvensional sebesar Rp 3.341.159. Dengan demikian, dilihat dari tingkat efisiensi nilai efisiensi atas biaya total pertanian SRI organik lebih besar yaitu 2,55 dan pertanian konvensional sebesar 1,65.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Usahatani Padi Konvensional dan Padi System Of Rice Intensification (SRI) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)en


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record