Show simple item record

dc.contributor.advisorFariyanti,Anna
dc.contributor.authorAsril, Rezy Vemilina
dc.date.accessioned2012-02-06T01:53:53Z
dc.date.available2012-02-06T01:53:53Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53197
dc.description.abstractSaat ini, adanya kecenderungan pola hidup kembali ke alam (back to nature) dengan keyakinan bahwa mengkomsumsi obat herbal relatif lebih aman dibanding dengan obat sintetik, maka berdampak tingginya permintaan dunia akan obat herbal. Dengan demikian prospek pasar tumbuhan obat Indonesia di dalam maupun di luar negeri semakin besar peluangnya. Peningkatan permintaan akan obar herbal ini, juga didukung oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia khususnya penduduk Indonesia. Pengolahan bahan baku obat herbal dalam bentuk simplisia mempengaruhi jumlah penawaran dari obat herbal itu sendiri. Peluang ini membuat banyak perusahaan untuk menjadikan tanaman obat menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Salah satu perusahaan tersebut adalah PT Biofarmaka Indonesia. PT Biofarmaka Indonesia salah satu perusahaan yang mengolah bahan baku obat herbal (simplisia) menjadi obat herbal dan jamu. PT Biofarmaka Indonesia berlokasi di Taman Kencana No.3 Bogor, Jawa Barat. PT Biofarmaka Indonesia memilik bahan baku obat herbal atau simplisia dari kebun Unit Konsevasi Budidaya Biofarmaka (UKBB). Permasalahan yang dihadapi oleh kebun UKBB adanya risiko pasca panen dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini dapat dilihat dari rendemen simplisia yang berfluktuatif setiap periodenya, selama proses pasca panen berlangsung. Kebun UKBB telah melakukan kegiatan diversifikasi dalam menjalankan usahanya. Sehingga dapat dilakukan analisis alternatif untuk mengatasi risko pasca panen simplisia sebagai bahan baku obat herbal atau jamu yang dihadapi oleh kebun UKBB. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh kebun Unit Konservasi Budiaya Biofarmaka (UKBB) dalam upaya menurunkan risiko, dan (2) menganalisis manajemen risiko pengolahan (pasca panen) bahan baku obat herbal yang dihadapi oleh kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) dalam menjalankan usahanya. Penelitian ini dilakukan di kebun UKBB yang berlokasi di Blok C Biofarmaka, Kebun percobaan Cikabayan, Kampus IPB Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena kebun UKBB merupakan salah satu instansi yang membudidayakan tanaman obat yang ada di Indonesia, khusunya di Jawa Barat. Selain itu mempertimbangkan adanya ketersediaan data yang mampu menjawab kebutuhan dalam penelitian yang dilaksanakan. Waktu penelitian selama bulan Mei-Juni 2011. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard variation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh usaha diversifikasi (portofolio) dalam manangani risiko. Sumber-sumber risiko pasca panen tanaman obat pada kebun UKBB anatara lain adalah keadaan cuaca (sinar matahari) yang tidak menentu, ketebalan dalam perajangan, peralatan pasca panen yang tidak memadai, serta tidak adanya alat pengatur suhu ruangan penyimpanan. Akibat sumber risiko tersebut terjadi iii fluktuasi simplisia yang diproduksi dan kurang terpenuhinya standarisasi yang telah ditetapkan oleh Badan POM yaitu simplisia yang baik untuk bahan baku obat herbal adalah memiliki kadar air dibawah 10 persen. Hasil penelitian dan perhitungan menunjukkan bahwa pada analisis usaha spesialisasi diperoleh nilai coefficient variation pada simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa masing-masing sebesar 0,086096; 0,170637; dan 0,152301. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap satu kilogram yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,086096 untuk simplisia temulawak. Begitu juga dengan pegagan, setiap satu kilogram pegagan yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,170637 dan setiap satu kilogram mahkota dewa yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,152301. Nilai coefficient variation yang paling tinggi adalah simplisia temulawak yang berarti simplisia pegagan memiliki risiko yang paling tinggi dari simplisia temulawak dan simplisia mahkota dewa. Hal ini disebabkan simplisia temulawak sangat rentan dengan proses pencucian, ketebalan perajangan dan keadaan cuaca (sinar matahari) yang tidak menentu. Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua jenis simplisia yaitu simplisia temulawak dengan simplisia pegagan, simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa, dan simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa. Analisis risiko portofolio dari kombinasi ketiga komoditi yaitu simplsia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio adalah positif satu (+) karena kombinasi produksi simplisia temulawak dengan simplisia pegagan, kombinasi simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa, serta simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan nilai coefficient variation pada portofolio dua komoditi diperoleh hasil diversifikasi simplisia simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa memiliki risiko paling tinggi yaitu 0,155937 jika dibandingkan dengan diversifikasi simplisia temulawak dengan pegagan dan diversifikasi simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa sebesar 0,060381 dan 0,057399. Hasil analisis risiko portofolio untuk tiga jenis komoditi yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,140727. Apabila dibandingkan pada setiap diversifikasi, diversifikasi dengan tiga komoditi memiliki nilai coefficient variation lebih rendah dari diversifikasi dua komoditi yang artinya diversifikasi dengan tiga komoditi memiliki risiko yang lebih rendah. Akan tetapi, secara keseluruhan usaha diversifikasi dapat meminimalkan risiko yang ada. Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Saat kebun UKBB telah melakukan strategi pengelolaan risiko yaitu diversifikasi produksi simplisia untuk mengurangi risiko dan penggunaan oven pada saat proses pengeringan untuk mengatasi risiko keadaan cuaca (sinar matahari) yang tidak menentu. Selain itu, penanganan risiko dapat juga dilakukan dengan penerapan teknologi yaitu penggunaan alat pengatur suhu ruangan penyimpanan serta peningkatan manajemen pada kebun UKBB untuk melakukan fungsi manajemen yang tepat dan terarah.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleAnalisis Risiko Pasca Panen Tanaman Obat di Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) Bogor Provinsi Jawa Baraten


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record