Hubungan Level Energi Ransum Terhadap Percepatan Perkawinan Calon Induk Domba Loka
Energy Level Relationships With Accelerated Mating Of Local Sheep
Date
2011Author
Maulidina, Achmad
Satoto, Kukuh Budi
Wiryawan, Komang G.
Metadata
Show full item recordAbstract
The aim of this study was to find the appropiate ration energy levels to determine the time of ewes puberty. The animals used were sheep consisted of 12 sheep thin tail post weaning aged approximately 2-3 months with an average body weight 9,79±1,97 kg. This sheep was the off spring of ewes obtained from Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU) Faculty of Animal Science IPB with garut male sheep. The rations consisted of 3 types, ration I with TDN 65%, ration II TDN 70%, ration III TDN 75% with 14% crude protein. Ration consisted of grass and concentrate with ratio 40:60 on rations I and II, 30:70 on ration III and ad libitum of water. The experimental design was completely randomized design. The variables measured were consumption, body weight gain, age and body weight of first conception. The results showed that ration energy level did not show significant effect on the age and weight of first conception, consumption, and body weight gain. In general the first estrus was at the age of 180-203 days with the average of first conception body weight was 18-22 kg. Kebuntingan domba sangat dipengaruhi oleh ketepatan dan kebenaran dalam menentukan estrus, karena akan mempengaruhi tingkat keberhasilan perkawinan domba. Dengan memperbaiki efisiensi reproduksi diharapkan populasi ternak domba dapat meningkat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2000), tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi produksi usaha ternak (Dickerson, 1996) yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak. Pakan kebutuhan hidup pokok, reproduksi dan produksi terutama pada ternak bunting dan laktasi (Devendra dan Mcleroy, 1982). Menurut Tillman et al., (1991) penggunaan energi tinggi pada pakan akan merangsang terjadinya estrus, akan tetapi kekurangan energi pada ternak muda akan menghambat pertumbuhan dan pencapaian dewasa kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level energi ransum yang tepat untuk mempercepat estrus calon induk domba betina. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal dara ekor tipis sebanyak 12 ekor dengan berat sapih 9,79±1,97 kg. Domba tersebut berasal dari hasil persilangan domba betina yang diperoleh dari dari Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB dengan domba jantan garut. Ransum yang diberikan terdiri atas 3 jenis yaitu ransum I, II, III dengan kandungan Total Digestibly Energi (TDN) 65, 70, dan 75% dengan masing-masing isoprotein 14%. Ransum yang digunakan terdiri atas rumput lapang dan konsentrat dengan perbandingan 40 : 60 pada ransum I dan II, 30 : 70 pada ransum III serta air diberikan secara ad libitum. Rancangan percobaan yang diamati Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum sampai terjadinya kawin, pertambahan bobot badan sampai terjadinya kawin, kemudian umur dan bobot kawin pertama. Ransum dengan kandungan TDN 65, 70, dan 75% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi BK ransum, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan dan timbulnya birahi pertama kali. Besarnya konsumsi BK ransum sekitar 450,29 - 517,21 g/e/hr, atau 3,20 – 3,49% bobot badan. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan pada perlakuan P1 sebesar 82,74 g/hr dan P2 sebesar 90,33 g/hr, P3 sebesar 104,87 g/hr. Pencapaian birahi pertama kali dicapai pada umur 180-203 hari dengan bobot badan sebesar 18-22 kg. Besarnya income over feed cost untuk P1, P2 dan P3 yaitu sebesar Rp 1379/kg, Rp 1504/kg , Rp 1489/kg.