dc.description.abstract | Penelitian ini mengangkat fenomena pemulung, khususnya pemulung yang berada di Desa Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pemulung, karakteristik kerja pemulung, hubungan sosial pemulung, hubungan diantara karakteristik pemulung, karakteristik kerja, dan hubungan sosial serta kesejahteraan pemulung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan kombinasi pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari responden dan informan. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan pengamatan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi Desa Kedaung. Responden dalam penelitian ini terdiri dari individu dan keluarga pemulung. Individu pemulung diambil secara acak sederhana sebanyak 25 orang, sedangkan keluarga pemulung dicacah secara lengkap (23 keluarga). Informan diambil dari perwakilan pemulung, lapak, masyarakat, dan pihak Desa Kedaung. Teknik analisis data kuantitatif menggunakan analisis tabulasi, sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan. Semua data diintepretasi sesuai dengan kepentingan untuk mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat karakteristik-karakteristik tertentu yang mencirikan profesi pemulung. Profesi pemulung lebih banyak dilakoni oleh laki-laki yang berada pada usia angkatan kerja. Pada umumnya, pemulung berasal dari Jawa Tengah (Brebes). Mayoritas beragama Islam. Pendidikan pemulung termasuk rendah. Keterbatasan pendidikan merupakan salah satu faktor alasan menjadi pemulung. Alasan lainnya adalah tidak ada modal dan bekal keterampilan serta tidak menemukan alternatif pekerjaan lain. Latar belakang pekerjaan sebelumnya adalah pada sektor informal. Diantara responden banyak yang tidak memiliki atau mengenal KTP musiman. Dalam hal karakteristik kerja, pemulung rata-rata telah menjalani profesi ini selama 3,65 tahun, tinggal di lapak terakhir rata-rata selama 1 tahun, bermotivasi rendah, bekerja rata-rata 26 hari (160 jam) dalam sebulan, jarak tempuh memulung ratarata 5 kilometer per hari, barang-barang yang dipulung beragam dengan berat rata-rata 21,4 kilogram per hari, peralatan yang digunakan sederhana (ganco, karung, gerobak, peraturan antara sesama pemulung atau lapak berupa kesepahaman, frekuensi pulang ke daerah asal rata-rata satu atau dua kali per tahun dengan uang yang dikirimkan rata-rata Rp183.000,00 per tahun. Mengenai hubungan sosial pemulung, pada umumnya pemulung mampu berinteraksi dengan baik antara sesama pemulung dan dengan lapaknya. Namun interaksi mereka cenderung rendah dengan warga masyarakat dan pemerintah setempat (Pemerintah Desa Kedaung). Hasil analisis memperlihatkan adanya kecenderungan hubungan antara jenis kelamin dengan lama menjadi pemulung, hari kerja, jam kerja, jarak tempuh, berat barang pulungan, dan penghasilan. Terdapat hubungan antara daerah asal dengan lama tinggal di lapak terakhir, dimana responden yang sedaerah dengan lapak cenderung tinggal lebih lama dengan lapaknya. Hasil analisis menunjukkan pula adanya hubungan antara karakteristik pemulung dengan hubungan sosial pemulung, diantaranya terlihat dari adanya kecenderungan hubungan pada jenis kelamin dan interaksi pemulung dengan masyarakat sekitar; usia dengan interaksi pemulung dalam satu bedengan; penghasilan dengan interaksi antara pemulung dengan lapaknya dan penghasilan dengan interaksi pemulung dengan masyarakat sekitar; daerah asal dengan interaksi pemulung dalam satu bedengan dan daerah asal dengan interaksi pemulung dengan lapak. Antara karakteristik kerja pemulung dengan hubungan sosial pemulung juga terdapat kecenderungan hubungan, diantaranya terlihat dari hubungan antara lamanya pemulung tinggal di lapak terakhir dengan interaksi antara pemulung dengan masyarakat, lama tinggal di lapak terakhir dengan interaksi antara pemulung dengan lapak, lama menjadi pemulung dengan interaksi antara pemulung dalam satu bedengan, dan lama menjadi pemulung dengan interaksi antara pemulung dengan lapak. Secara umum, antara karakteristik pemulung, karakteristik kerja pemulung dengan hubungan sosial pemulung memiliki kecenderungan hubungan walaupun tidak semua variabel menunjukkan hubungan yang cukup konsisten. Berkenaan dengan kesejahteraan, berdasarkan indikator kemiskinan BPS 2005, sebagian besar pemulung termasuk keluarga tidak miskin. Namun bila mengacu pada indikator kesejahteraan menurut BKKBN 2003, seluruh responden keluarga termasuk keluarga prasejahtera, sedangkan kesejahteraan menurut pandangan subjektif responden, sebagian besar dari mereka (73,9 %) merasa dirinya belum sejahtera. Pandangan subjektif pemulung ini bila dikaitkan dengan kedua indikator di atas (BPS dan BKKBN), maka yang cenderung terlihat sesuai dengan pandangan subjektif pemulung adalah indikator kesejahteraan menurut BKKBN. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa keluarga pemulung belum sejahtera. | en |