Show simple item record

dc.contributor.advisorWinandi, Ratna
dc.contributor.authorSihombing, Agus Sutrisno
dc.date.accessioned2010-06-03T02:09:43Z
dc.date.available2010-06-03T02:09:43Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/26772
dc.description.abstractKomoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai potensi untuk dikembangkan, mengingat wilayah Indonesia yang sebagian besar iklimnya cocok untuk tanaman hortikultura. Nenas merupakan komoditas hortikultura andalan Indonesia, baik yang di ekspor dalam bentuk segar maupun olahan. Departemen pertanian dalam Program Pengembangan Sentra Produksi Hortikultura di Jawa Barat telah menetapkan beberapa daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu dari daerah tersebut adalah Bogor. Kecamatan Cijeruk merupakan daerah penghasil utama buah nenas di kota Bogor dengan tingkat kontribusi sebanyak 55,59 persen dari total jumlah produksi nenas yang ada di Bogor dengan produksi sebesar 33.120 kuintal. Kondisi kebun nenas yang ada di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor merupakan kebun yang bersifat tumpang sari, sehingga dalam satu kebun terdapat tanaman nenas dengan tanaman yang lain seperti talas. Para petani di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk belum dapat meningkatkan produksinya secara optimal. Salah satu alasan karena harga jual rendah. Untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan petani, alternatif saluran pemasaran yang efisien dipandang mampu menjadi solusi. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2009 di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai studi kasus. Petani yang dijadikan sebagai responden sebanyak 20 orang. Penelitian ini menggunakan alat analisis saluran tataniaga, struktur dan perilaku pasar, marjin pemasaran, rasio keuntungan terhadap biaya (R/C) dan farmer’s share. Proses tataniaga nenas Bogor di Desa Cipelang yang dimulai dari petani sebagai penghasil (produsen) hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Lembaga yang terlibat dalam tataniaga nenas Bogor di lokasi penelitian adalah pedagang pengumpul desa (PPD), pedagang besar/ Grosir dan pedagang pengecer. Ada tiga pola saluran pemasaran nenas yang terbentuk dengan volume penjualan 4219 buah untuk tiap minggunya : Saluran I : Petani – Pedagang pengumpul Desa – Pedagang besar/ Grosir - Pedagang pengecer – Konsumen lokal, Saluran II: Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Konsumen (pedagang pengolah), Saluran III : Petani – Pedagang pengecer – Konsumen lokalid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis Sistem Tataniaga Nenas Bogor (Studi kasus: di Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record