Show simple item record

dc.contributor.authorIrdasari, Nova
dc.date.accessioned2010-05-17T09:19:58Z
dc.date.available2010-05-17T09:19:58Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22589
dc.description.abstractKebutuhan masyarakat untuk menciptakan masakan dengan citarasa yang gurih serta aroma yang lezat, menyebabkan terjadinya peningkatan akan kebutuhan bahan tambahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bahan tambahan makanan ini dikenal dengan penyedap rasa. Konsumen lebih memilih penyedap rasa instan dalam kemasan untuk memudahkan pekerjaan mereka. Selain praktis, harganya juga terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Hal tersebut memancing produsen penyedap rasa untuk menawarkan berbagai merek dengan berbagai kualitas kepada konsumen. Saat ini penyedap rasa yang paling eksis dan paling digemari masyarakat adalah merek Masako, Royco, Sasa, Ajinomoto dan Indofood Bumbu Kaldu. Hanya merek dengan kualitas yang memenuhi harapan konsumenlah yang akan bertahan di pasaran. Sehingga perlu dilakukan pembelajaran mengenai perilaku konsumen terkait dengan karakteristik, performance produk yang diharapkan serta proses keputusan yang dilalui dalam melakukan pembelian. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Mengkaji karakteristik konsumen penyedap rasa Masako; 2). Mengkaji proses keputusan pembelian konsumen penyedap rasa Masako; 3). Mengkaji kinerja atribut produk penyedap rasa Masako; 4). Mengkaji sikap konsumen terhadap produk penyedap rasa Masako dibandingkan dengan merek penyedap rasa lain. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah pada 11 Desa/Kelurahan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bogor. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden yang mengkonsumsi penyedap rasa merek Masako, Royco dan Sasa. Data sekunder diperoleh dari Buku-buku literatur, Dinas Perindustrian, Badan Pusat Statistik Kota Bogor , Kantor Kecamatan Bogor Tengah dan Perpustakaan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner semi terbuka dan tertutup serta kuisioner tertutup. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Kriteria konsumen yang dijadikan responden adalah ibu rumah tangga yang bertempat tinggal disebelas kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah, dan konsumen tersebut sedang atau pernah mengkonsumsi penyedap rasa Masako, Royco dan Sasa. Jumlah responden yang dibutuhkan sebanyak 100 orang yang dianggap dapat mewakili jumlah keseluruhan rumah tangga yang ada disebelas kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah. Penentuan jumlah sampel berdasarkan pada teori statistik bahwa pengambilan sampel adalah ≥ 5 x jumlah variabel (Walpole). Jumlah variabel yang akan digunakan sebanyak 17, maka ≥5 x 17 = 85. Penelitian menggunakan alat analisis Deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Fishbein.Sikap konsumen dianalisis terhadap atribut membuat citarasa masakan menjadi enak, variasi rasa, membuat aroma masakan menjadi lezat, praktis, variasi ukuran kemasan, merek, keterangan halal, keterangan kadaluarsa, izin depkes, keterangan kandungan MSG, harga, iklan, bonus resep masakan, pendistribusian, display toko, lokasi pembelian, dan kontinuitas. Suatu penyedap rasa yang sangat diinginkan oleh konsumen adalah penyedap rasa yang dapat membuat citarasa dan aroma masakan menjadi enak dan lezat, praktis, merek terkenal, mencantumkan kandungan MSG secara terinci, mencantumkan keterangan halal, mencantumkan kadaluarsa dan izin depkes, selalu kontinu dan lokasi penjualan mudah dijangkau. Berdasarkan analisis Fishbein, hanya penyedap rasa merek Masako yang memenuhi kriteria harapan konsumen, sehingga Masako dinyatakan sebagai merek paling baik dari penyedap rasa merek Royco dan Sasa. Namun, hasil analisis IPA menjelaskan, bahwa masih terdapat dua atribut Masako yang perlu mendapatkan perbaikan kualitas karena memiliki kinerja yang belum sesuai dengan harapan konsumen. Atribut tersebut adalah kejelasan kandungan MSG dan kejelasan kadaluarsa. Di mana kedua atribut tersebut berada pada kuadran I (prioritas utama) yang digambarkan oleh matrix IPA. Atribut membuat citarasa dan aroma masakan menjadi enak dan lezat, praktis, mencantumkan keterangan halal, izin depkes dan kontinu digambarkan dalam kuadran II (pertahankan prestasi), yang berarti kinerjanya sudah memenuhi harapan konsumen. Sedangkan atribut lokasi penjualan berada pada kuadran III (prioritas rendah), bahkan atribut merek menyediakan kinerja yang melebihi harapan konsumen. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 100 responden yang terpilih, responden Masako didominasi oleh responden yang berumur antara 28 sampai 35 tahun, dengan tingkat pendidikan terakhir di dominasi oleh pendidikan SMU. Jenis pekerjaan responden yang paling dominan adalah ibu rumah tangga. Pengeluaran pangan rumah tangga per bulan sebesar antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000. Berdasarkan proses keputusan, diketahui motivasi responden mengkonsumsi penyedap rasa karena ingin menciptakan rasa masakan yang enak dan responden merasakan ada yang kurang jika memasak tanpa menggunakan penyedap rasa. Responden memperoleh informasi mengenai penyedap rasa dari iklan di televisi, dan unsur iklan yang menjadi pusat perhatian responden adalah isi pesannya. Atribut yang paling dipertimbangkan oleh responden adalah atribut penyedap rasa yang dapat membuat citarasa masakan menjadi enak. Responden lebih menginginkan penyedap rasa dengan kemasan yang terkesan sederhana, dan merek yang sesuai berdasarkan pertimbangan tersebut adalah Masako. Responden memilih membeli Masako karena alasan Masako dapat membuat citarasa masakan menjadi enak dan gurih. Pilihan rasa yang paling digemari adalah Masako dengan rasa ayam, dengan ukuran kemasan sachet 9 gram. Kebanyakan responden melakukan pembelian di warung dengan alasan karena dekat dengan tempat tinggal. Media yang paling mempengaruhi untuk melakukan pembelian Masako adalah televisi, di mana media tersebut membuat konsumen langsung melakukan pembelian tanpa mencari informasi lagi dari media lain. Sebagian besar responden menyatakan puas dengan mengkonsumsi Masako, dan berencana akan melakukan pembelian ulang. Responden tidak merasaterpengaruh oleh kenaikan harga dan promosi yang dilakukan oleh merek lain. Tetapi responden akan membeli penyedap rasa merek lain jika Masako yang dicari tidak ditemukan. Responden menyatakan bahwa Masako memberikan informasi bahan baku yang lengkap pada kemasannya. Saran yang direkomendasikan penulis kepada produsen Masako adalah: 1) Meskipun Masako dinyatakan sebagai merek terbaik dibandingkan dua merek lainnya, tetapi masih terdapat dua atribut yang berada pada kuadran I (prioritas utama), yaitu kejelasan kandungan MSG dan kejelasan kadaluarsa, produsen Masako perlu melakukan perbaikan terhadap kinerja kedua atribut agar memenuhi harapan konsumen, demi terjaganya loyalitas konsumen terhadap merek Masako. 2) Produsen Masako harus mempertahankan atribut keterangan halal, kejelasan izin depkes, membuat citarasa masakan menjadi enak, membuat aroma masakan menjadi lezat, kontinuitas dan kepraktisan. Karena kesemua atribut tersebut menempati kuadran II (pertahankan prestasi) dalam matrix IPA dan memperoleh nilai sikap yang baik dari konsumen.id
dc.publisherIPB(Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis Sikap Konsumen terhadap Kinerja Atribut Produk Penyedap Rasa Merek Masako (Konsumen Penyedap Rasa di Kecamatan Bogor Tengah)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record