Show simple item record

dc.contributor.authorHadim
dc.date.accessioned2010-05-17T08:22:34Z
dc.date.available2010-05-17T08:22:34Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22528
dc.description.abstractPerkembangan jumlah penduduk miskin khususnya di wilayah pedesaan tidak menunjukan adanya perubahan yang menggembirakan. Apalagi jika dibandingkan dengan wilayah perkotaan. Perkembangan penduduk miskin Jawa Barat pada tahun 2003 sekitar 4.899.000 jiwa atau setara dengan 12,9 persen. Pada tahun 2004 menurun menjadi 4.654.200 atau 12,1 persen. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 5.137.600 jiwa atau 13,06 persen dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 5.712.500 jiwa atau 14,49 persen. Tahun 2007 menurun menjadi 5.457.900 jiwa atau 13,55 persen dan pada tahun 2008 menjadi 5.322.400 jiwa atau 13,01 persen. Ditingkat desa-kota provinsi Jawa Barat perkembangan penduduk miskin kota tahun 2007 sekitar 2.654.600 jiwa atau 11,21 persen sedangkan untuk desa 2.803.300 jiwa atau 16,88 persen. Pada tahun 2008 untuk kota sekitar 2.617.400 jiwa atau 10,88 persen dan untuk desa 2.705.000 jiwa atau 16,05 persen. Penelitian ini untuk memahami suatu proses strategi penanggulangan kemiskinan dan proses perubahan yang terjadi pada rumah tangga miskin khususnya di pedesaan. Kajian ini memahami lebih dalam mengenai proses strategi penanggulangan kemiskinan di pedesaan pengaruhnya terhadap perubahan kesejahteraan rumah tangga miskin di pedesaan. Pedesaan adalah wilayah yang selalu identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan bukan karena desa itu miskin dan terbelakang namun lebih karena faktor kebijakan yang salah. Rumah tangga miskin di desa sangat berperan dalam proses penanggulangan kemiskinan. Rumah tangga diartikan sebagai satu satuan ekonomi dan pusat produksi. Penelitian ini mendefinisikan rumah tangga miskin bukan karena rumah tangga tersebut miskin, tetapi akibat perubahan yang terjadi secara terus-menerus dalam bidang sosial dan ekonomi. Perubahan tersebut bisa berupa kehilangan pekerjaan, rendahnya derajat kesehatan, rendahnya taraf pendidikan. Perubahan yang dapat mengakibatkan rumah tangga menjadi rawan terhadap berbagai gejala yang berasal dari luar mereka. Kewaranan yang berakibat pada kelemahan fisik 3 yang dialami oleh rumah tangga miskin. Kelemahan fisik yang terjadi dan tidak segera diatasi akan berpengaruh terhadap keberdayaan rumah tangga miskin. Ketidakberdayaan dan kemiskinan yang terjadi pada rumah tangga miskin berakibat pada kondisi keterisolasian rumah tangga miskin. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dialami suatu rumah tangga miskin karena struktur sosial rumah tangga tersebut tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang ada. Kemiskinan ini bukan karena mereka malas bekerja atau tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam penggunaan sumber-sumber pendapatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Strategi ini diambil karena dapat menjawab dua tujuan utama penelitian kualitatif, yaitu kekhasan dan konfleksitas dari suatu kejadian atau ajang sosial dengan mendasarkan pada pandangan subjek tineliti. Kekhasan dan konfleksitas yang dikaji dalam penelitian ini yaitu suatu proses penanggulangan kemiskinan dan proses perubahan yang terjadi pada rumah tangga miskin di pedesaan. Penelitian ini khusus hanya dilakukan di Malasari, Kecamtan Nanggung, Kabupaten Bogor pada bulan Juli-Agustus 2009. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam, pengamatan berperan serta, analisis dokumen dan diskusi kelompok. Kemiskinan rumah tangga Desa Malasari dapat diartikan sebagai ketidakmampuan memenuhi hak dasar (pangan, perumahan dan pakaian). Kondisi kesehatan, rendahnya taraf pendidikan, lapangan kerja yang tidak menentu berakibat pada kondisi kerawanan, kelemahan fisik, ketidakberdayaan, kemiskinan rumah tangga yang pada akhirnya terjadi keterisolasian rumah tangga miskin. Rumah tangga di Desa Malasari mendefinisikan rumah tangga miskin berdasarkan tangga-tangga kehidupan. Tangga kehidupan memiliki perbedaan pada setiap kampung yang terjadi di Desa Malasari. Tangga kehidupan yang terbentuk di Kampung Malani yaitu balangsak, miskin, sederhana dan kaya. Kampung Nirmala tangga yang terbentuk yaitu sangsara, sederhana, cukup dan benghar. Tangga kehidupan di Kampung Talahab Kontrak yaitu miskin, sederhana, cukup dan si bos. Kampung Neglasari tangga yang terbentuk yaitu miskin, menengah, mapan, sejahtera dan bos. Kampung Garung tangga yang terbentuk yaitu malarat, sederhana, cukup dan benghar. Perbedaan ini berdasarkan pada derajat kesehatan, taraf pendidikan, akses terhadap pekerjaan, kondisi tempat tinggal, kondisi kehidupan sehari-hari, kepemilikan barang-barang di rumah dan kepemilikan barang berharga. Sumber mata pencaharian rumah tangga miskin di Desa Malasari yaitu buruh tani, petani gurem, petani tunakisma, petani penggarap, buruh serabutan, buruh harian lepas (BHL), karyawan tetap. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dipilih karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan oleh rumah tangga miskin di Desa Malasari. Selain tidak membutuhkan ijazah sekolah pekerjaan tersebut hanya bermodalkan kekuatan fisik rumah tangga miskin. Pendapatan yang dihasilkan rumah tangga miskin berada di bawah Rp 400.000,00/bulan. Strategi penanggulangan kemiskinan rumah tangga miskin di Desa Malasari yaitu strategi yang dilakukan masyarakat berupa program-program lokal, oleh LSM yang merupakan program pemberdayaan dan penguatan, pemerintah yaitu berupa perlindungan sosial dan swasta berupa pemberian sesaat. Perubahan yang terjadi pada rumah tangga miskin yaitu rumah tangga terperangkap kemiskinan, rumah tangga jatuh miskin, rumah tangga naik jadi kaya dan rumah tangga kaya stabil. Rumah tangga terperangkap kemiskinan karena ketiadaan akses terhadap lembaga kesehatan, lembaga pendidikan serta lapangan kerja. Ketiadaan akses tersebut berakibat pada rumah tangga yang rawan terhadap situasi luar, rumah tangga yang menjadi lemah fisiknya, rumah tangga yang tidak berdaya. Keadaan seperti ini membuat rumah tangga miskin terisolasi. Rumah tangga yang jatuh miskin karena sumber-sumber pendapatan yang hilang. Sumber pendapatan berupa turun pangkat, PHK, warung bangkrut serta menghamburkan uang untuk keperluan yang tidak berguna. Rumah tangga naik menjadi kaya karena naik pangkat, membuka warung, membuka lahan pertanian sebagai sampingan dan menabung sisa uang belanja sampai dapat di investasikan.id
dc.publisherIPB(Bogor Agricultural University)
dc.titleDinamika Kemiskinan Rumah Tangga Di Pedesaan (Studi Kasus Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record