Show simple item record

dc.contributor.authorWidodo, Donny Suryo
dc.date.accessioned2010-05-16T22:33:59Z
dc.date.available2010-05-16T22:33:59Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22106
dc.description.abstractPenurunan produksi udang dipertambakan di Indonesia akibat serangan penyakit menyebabkan kehilangan devisa sekitar 300 milyar rupiah per tahunnya. Salah satu jenis penyakit di dalam usaha budidaya udang windu di tambak adalah penyakit viral yang dalam waktu relatif singkat dapat menyebabkan kematian massal. Virus white spot merupakan virus DNA yang menyerang inti sel organ target pada udang. Virus ini dapat menyebabkan kematian sampai 100% dalam jangka waktu tiga sampai sepuluh hari sejak gejala-gejala dari virus itu ada pada udang. Tindakan penanggulangan penyakit virus bintik putih secara dini belum mencapai hasil yang optimal. Pada penelitian ini, percobaan penginfeksian dilakukan dengan waktu perendaman 30, 60, 90 menit pada inokulum virus yang sudah diencerkan 200 kali. Tujuannya untuk mengetahui tingkat keganasan virus white spot pada udang windu (Penaeus monodon) stadia post larva berdasarkan waktu kemunculan gejala klinis, tingkah laku, dan perubahan histologis jaringan udang. Penelitian ini dilakukan dari Juni hingga Juli 2001 di PSIK (Pusat Studi Ilmu Kelautan), Institut Pertanian Bogor, Ancol, untuk tahap pemeliharaan, penginfeksian dengan virus white spot, pengamatan klinis, dan pengamatan morfologi udang. Tahap pembuatan preparat histologi dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Biota yang digunakan dalam penelitian adalah udang windu stadia post larva 17 yang berasal dari hatceri di daerah Tanjung Pasir, Tanggerang (Banten). Pengamatan selama pemeliharaan setelah penginfeksian dilakukan dalam dua bagian. Pengamatan pertama adalah mengamati gejala klinis yang terjadi, perubahan tingkah laku, dan mortalitas udang selama pemeliharaan. Pengamatan kedua adalah pengamatan morfologi. Perubahan yang terjadi atau kelainan patologis (bentuk dan warna) dan kelengkapan organ yang diamati yaitu karapas, rostrum, antena, antenulla, pleopod, pereiopod, hepatopankreas dan uropod. Pengamatan histologi dilakukan untuk melihat kelainan yang terjadi pada inti sel dari tiap organ yang diamati sehingga dapat ditentukan prevalensi dan patogenitas dari virus tersebut. Pada percobaan ini, jumlah kematian udang tertinggi sebesar 19 ekor terjadi pada perlakuan 60 menit, perlakuan 90 menit sebesar 12 ekor, dan perlakuan 30 menit sebesar 6 ekor. Perubahan tingkah laku terlihat pada udang uji terjadi setelah diberikan perlakuan inokulasi. Perubahan yang terjadi adalah penurunan aktivitas pada udang uji, penurunan respon pakan, perubahan warna tubuh menjadi pucat dan kemerahan pada udang uji. Pada perlakuan 30 menit gejala tersebut muncul setelah 72 jam, perlakuan 60 menit gejala muncul setelah 48 jam, dan untuk perlakuan 90id
dc.titleUji Patogenitas Virus Bintik Putih (White Spot) pada Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) dengan Lama Waktu Perendaman 30, 60, 90 Menit pada Konsentrasi 100 u.g/mlid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record