| dc.description.abstract | Agroindustri gula tebu merupakan salah satu pendorong perekonomian Indonesia. Pada periode 2023/2024, kebutuhan gula nasional mencapai 7,50 juta ton, sementara produksi domestik hanya 2,30 juta ton, sehingga mengakibatkan impor sebanyak 5,00 juta ton. Selama 2013-2022, volume impor gula Indonesia meningkat dengan laju rata-rata 9,99% per tahun. Untuk menekan laju impor, pemerintah melakukan program ekstensifikasi di luar Pulau Jawa. PT Sukses Mantap Sejahtera (PT SMS) merupakan perkebunan tebu dan pabrik gula yang berlokasi di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, NTB dengan kapasitas terpasang 5000 TCD. Hingga 2023, pabrik belum mampu mengoptimalkan kapasitasnya. Pada tahun tersebut, PT SMS hanya menggiling 230.653,78 ton tebu, dengan rendemen 7,31% menghasilkan 16.860,79 ton gula kristal putih (GKP). Rendahnya produksi disebabkan oleh permasalahan pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku yang tepat menjadi kunci menjaga kontinuitas produksi mengingat karakteristik tebu yang mudah rusak, kualitas yang beragam, dan musiman. Penelitian ini bertujuan merancang model sistem dinamik pengadaan bahan baku untuk meningkatkan produksi industri gula berbasis tebu di PT SMS.
Penelitian menggunakan pendekatan sistem untuk menganalisis hubungan antar variabel, mekanisme umpan balik, dan perilaku sistem secara menyeluruh. Analisis situasional pengadaan bahan baku PT SMS dipetakan ke dalam tiga subsistem utama: kebun, produksi, dan permintaan, untuk memperoleh gambaran kondisi eksisting. Kebutuhan para stakeholders diidentifikasi, diikuti dengan formulasi permasalahan dan penyusunan diagram input-output. Model pengadaan bahan baku tebu dikembangkan dengan metode sistem dinamik menggunakan Diagram Forrester, yang diterjemahkan ke dalam hubungan kuantitatif antar variabel dan diprogram dengan Microsoft Visual Basic 6.0. Simulasi dilakukan dari tahun 2019 guna mempelajari perilaku sistem serta memproyeksikan dinamika di masa depan. Verifikasi model dilakukan melalui pemeriksaan struktur dan parameter, sementara validasi dilakukan dengan Uji Theil’s yang mendekomposisi Mean Squared Error (MSE) ke dalam tiga komponen: bias (Um), unequal variation (Us), dan unequal covariation (Uc). Model selanjutnya disimulasikan dengan berbagai skenario kebijakan untuk periode 2026–2030.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber produksi tebu PT SMS berasal dari kebun inti dengan luas potensial 5500 ha, dan kebun mitra dengan luas potensial 11.881 ha. Selama 2019-2022, luas tanam meningkat, namun pada 2023 menurun sebesar 33,81% di kebun inti dan 3,67% di kebun mitra. Konversi lahan tanam ke panen kebun inti meningkat signifikan dari rata-rata 17,38% menjadi 77,09% pada 2023, sedangkan kebun mitra relatif stabil dengan rata-rata 75,53%. Pada tahun 2023, produksi tebu mencapai 230.653,78 ton dan menghasilkan 16.860,79 ton GKP. Permintaan GKP di Indonesia Timur mencapai 73.060,39 ton, sehingga tingkat pemenuhan hanya mencapai 23,08%. Analisis kebutuhan menunjukkan lima stakeholders (petani mitra, PT SMS, peternak, pemerintah, dan konsumen gula) memiliki kebutuhan masing-masing. Terdapat tiga kebutuhan kontradiktif antar stakeholders, yakni penggunaan kebun inti secara optimal, biaya budidaya petani, serta ketersediaan dan kecukupan bahan baku. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan formulasi masalah, disusun diagram input-output. Output dikehendaki adalah jumlah pengadaan bahan baku untuk pemenuhan permintaan GKP di Indonesia Timur, sedangkan output tidak dikehendaki berupa jumlah pengadaan bahan baku yang belum terpenuhi.
Pemodelan sistem mencakup tiga submodel, yaitu kebun, produksi, dan permintaan. Hasil simulasi model periode 2019-2023 menunjukkan produksi tebu mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 68,16% per tahun akibat perluasan lahan tanam pada kedua sumber pasokan. Produksi GKP meningkat seiring dengan kenaikan utilitas kapasitas giling terpakai pabrik, dengan lonjakan signifikan mencapai 103,50% pada tahun 2023 akibat bertambahnya jumlah bahan baku dan meningkatnya rendemen tebu. Sementara itu, permintaan GKP mengalami penurunan setiap tahunnya dengan rata-rata -2,52%, namun tingkat pemenuhan oleh PT SMS masih relatif rendah, yakni hanya 24,29% pada tahun 2023.
Validasi model melalui scatter plot memperlihatkan kemampuan replikasi yang baik pada sub model kebun dan produksi, meskipun pada submodel permintaan menghasilkan beberapa nilai hasil simulasi yang lebih rendah daripada data aktual. Sementara itu, Uji Theil’s menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan hasil simulasi pada submodel kebun dan produksi berasal dari komponen Uc dengan nilai masing-masing 0,762 dan 0,791, sedangkan submodel permintaan menunjukkan kecenderungan kesalahan berasal dari komponen Um dengan nilai sebesar 0,611, mengindikasikan adanya kesalahan sistematis antara hasil simulasi model dengan data aktual. Secara keseluruhan, model dapat berfungsi untuk memahami dan merepresentasikan perilaku sistem nyata, serta mendukung perumusan kebijakan guna meningkatkan kinerjanya.
Peningkatan kinerja model dianalisis melalui penerapan skenario kebijakan, meliputi: a) Skenario 1, peningkatan harga tebu menjadi Rp540.000,00/ton, b) Skenario 2, penambahan jenis subsidi berupa biaya sewa mesin dan pupuk c) Skenario 3, peningkatan rendemen tebu menjadi 7,68%, d) Skenario 4, perluasan jalur ternak menjadi 210 ha, dan e) Skenario 5, kombinasi Skenario 2, 3, dan 4. Berdasarkan simulasi, skenario terbaik dalam meningkatkan kinerja model yaitu Skenario 5. Dengan skenario tersebut, produksi tebu dan GKP meningkat rata-rata 4,06% dan 8,32% per tahun terhadap kondisi eksisting. Pada 2030, jumlah bahan baku tebu diproyeksikan naik 6,74% dibandingkan kondisi eksisting, mencapai 510.396,56 ton dengan utilitas giling 68,05%. Produksi GKP meningkat menjadi 39.198,46 ton atau 12,14% dari kondisi eksisting, sehingga tingkat pemenuhan permintaan GKP Indonesia Timur mencapai 64,91%. Implikasi manajerial menekankan perlunya sinergi antar stakeholders. Pada tahun 2026, dilakukan perluasan jalur ternak pada kebun inti, dan penambahan jenis subsidi yang berimplikasi pada dimulainya kegiatan bongkar ratoon secara periodik pada tanaman tebu berumur 5 tahun sejak tanam awal. Selain itu, dilakukan upaya peningkatan kompetensi SDM dan penerapan Good Agricultural Practice (GAP) guna mendukung pencapaian rendemen tebu 7,68% pada 2027. | |