Evaluasi Kualitas, Kinematik dan Kesesuaian Spermatozoa Hasil Sexing pada Sapi Limousin

Abstract

Peningkatan kebutuhan bibit sapi berkualitas dan produksi daging nasional mendorong pengembangan teknologi reproduksi yang lebih efisien, termasuk teknik pemisahan spermatozoa (sexing). Penentuan jenis kelamin anak sebelum kebuntingan, khususnya untuk menghasilkan pedet jantan pada industri penggemukan sapi potong seperti limousin, menjadi strategi penting untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas, kinematik, dan kesesuaian semen beku sexed sapi limousin dibandingkan semen non-sexed, serta menilai kesesuaiannya untuk aplikasi lapangan sebagai teknologi pendukung peningkatan produksi daging. Penelitian menggunakan pendekatan eksperimental laboratorik dengan teknik pemisahan spermatozoa metode bovine serum albumin (BSA). Sampel dianalisis untuk menilai motilitas, viabilitas, integritas membran, integritas akrosom, fragmentasi DNA, kinematik spermatozoa dan kesesuaian proporsi hasil sexing. Pengujian efek sexing spermatozoa dilakukan pada semen beku non-sexed dan sexed, dengan analisis statistik menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas, viabilitas, integritas membran dan kinematik spermatozoa menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan akibat proses sexing pada semen beku sapi limousin. Kinematik spermatozoa hasil sexing berada dalam kategori normal, dengan spermatozoa Y memiliki pola gerak yang lebih stabil dibandingkan spermatozoa X. Hasil Validasi spermatozoa sexing menggunakan flowcytometry menunjukkan hasil spermatozoa X dan Y belum terpisah secara optimal. Semen hasil sexing sapi limousin secara umum tetap memenuhi standar kualitas minimum untuk digunakan dalam inseminasi buatan (IB). Penelitian ini menunjukkan bahwa sexing metode BSA memiliki potensi sebagai teknologi alternatif yang lebih ekonomis untuk industri sapi potong, meskipun tingkat pemisahannya perlu dioptimalkan. Temuan ini menjadi dasar bagi pengembangan metode pemisahan spermatozoa yang lebih efisien, serta berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas pedet jantan bagi penguatan produksi daging sapi nasional.

The increasing demand for high-quality cattle genetics and national beef production drives the development of more efficient reproductive technologies, including spermatozoa separation, (spermatozoa sexing). Determining the sex of offspring prior to pregnancy, particularly to produce male calves in beef cattle industries such as Limousin, has become a crucial strategy for enchacing productivity and profitability. This study aimed to evaluate the quality, kinematics, and suitability of sexed frozen semen in Limousin cattle compared with non-sexed semen and to assess its feasibility for field application as a supporting technology to enhance beef production. The study employed an experimental laboratory approach using the bovine serum albumin (BSA) method for spermatozoa separation. Samples were analysed to assess motility, viability, membrane integrity, acrosome integrity, DNA fragmentation, spermatozoa kinematics, and the proportion of suitable sexing outcomes. The effect of spermatozoa sexing was tested on both non-sexed and sexed frozen semen, and statistical analysis was performed using ANOVA. The results showed that motility, viability, membrane integrity, and spermatozoa kinematics were not significantly affected by the sexing process in Limousin frozen semen. The kinematics of sexed spermatozoa were within the normal range, with Y-spermatozoa exhibiting a more stable movement pattern compared X-spermatozoa. Flow cytometry validation of sexed spermatozoa indicated that X and Y spermatozoa were not optimally separated. Overall, the sexed Limousin semen met the minimum quality standards for use in artificial insemination (AI). This study demonstrates that the BSA sexing method has potential as a more economical alternative technology for the beef cattle industry, although its separation efficiency still needs improvement. These findings provide a foundation for developing more effective spermatozoa separation techniques and contribute to increasing male calf production, thereby strengthening the national beef supply.