Penggunaan Ekstrak Buah Leunca (Solanum Nigrum L.) sebagai Fitiobiotik pada Puyuh Petelur

Abstract

Puyuh merupakan salah satu hewan ternak yang didomestikasi di Indonesia dan dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan telur. Upaya peningkatan produksi puyuh adalah dengan memanfaatkan fitobiotik. Fitobiotik merupakan alternatif antibiotik yang berasal dari tumbuhan. Tumbuhan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai fitobiotik adalah Solanum nigrum L. atau dikenal dengan leunca. Leunca mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, dll yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan ekstrak buah leunca (Solanum nigrum L.) sebagai fitobiotik pada puyuh petelur. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – Desember 2024, menggunakan 160 ekor puyuh betina (Coturnix-coturnix japonica) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing perlakuan berisi 10 ekor puyuh. Perlakuan meliputi P0 = air minum tanpa ekstrak leunca, P1 = air minum + 2 mL L-1 ekstrak leunca, P2= air minum + 4 mL L-1 ekstrak leunca, dan P3= air minum + 6 mL L-1 ekstrak leunca. Parameter yang diamati mencakup performa produksi, kualitas fisik telur, kadar malondialdehide (MDA) kuning telur, pengukuran organ dalam, organ pencernaan, organ reproduksi, serta morfologi usus. Hasil penelitian tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap performa produksi puyuh. Hal ini dapat disebabkan tidak ada perbedaan komposisi pada pakan yang diberikan antar perlakuan, sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap performa puyuh. Pemberian ekstrak leunca berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap Haugh Unit (HU). Tingginya nilai HU pada perlakuan P2 dan P3 dapat disebabkan pengaruh aktivitas flavonoid sebagai antioksidan yang dapat meningkatkan penyerapan nutrien. Pemberian ekstrak leunca berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap warna kuning telur. Solanum nigrum mengandung karotenoid yang merupakan pigmen pada kuning telur, sehingga pemberian leunca dapat meningkatkan warna kuning telur. Penurunan kadar MDA terjadi pada penambahan ekstrak 4 mL sebesar 23,20%, dan 28,38% pada penambahan ekstrak leunca sebanyak 6 mL. MDA merupakan indikator terjadinya stres oksidatif. Pemberian ekstrak leunca dapat menurunkan kadar MDA pada kuning telur, dikarenakan kandungan senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan. Solanum nigrum mengandung senyawa antioksidan yaitu flavonoid, karotenoid, fenol, dan tanin Pemberian ekstrak leunca tidak berbeda nyata terhadap organ imunitas dan organ dalam, tetapi menunjukkan perbedaan nyata pada persentase bobot ventrikulus, persentase bobot ileum, dan panjang relatif kolon. Pemberian ekstrak leunca tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap folikel puyuh, sehingga pemberian ekstrak leunca pada air minum puyuh tidak memberikan dampak yang negatif terhadap folikel puyuh. Tinggi vili, kedalaman kripta, dan luas vili menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05) setelah dilakukan pemberian ekstrak leunca pada air minum. Penurunan tinggi vili dan luas vili pada puyuh yang diberi perlakuan tidak menyebabkan pengaruh yang negatif, dikarenakan pemberian ekstrak leunca tidak mempengaruhi performa puyuh serta dapat meningkatkan kualitas fisik telur sehingga mengindikasikan bahwa tidak terjadi pengaruh negatif terhadap penyerapan nutrien. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak buah leunca (Solanum nigrum L.) melalui air minum tidak mepengaruhi performa produksi puyuh secara signifikan. Pemberian ekstrak memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas telur terutama HU, dan warna kuning telur, serta dapat menurunkan kadar MDA telur pada pemberian 4-6 mL L-1 air minum.

Quail is one of the domesticated poultry species in Indonesia, widely utilized for its meat and egg production. Efforts to improve quail productivity include the use of phytobiotics plant-based alternatives to antibiotics. One such potential plant is Solanum nigrum L.commonly known as black nightshade or “leunca”, which contains bioactive compounds such as flavonoids, tannins, and alkaloids that function as natural antioxidants. This study aimed to evaluate the use of black nightshade fruit extract (Solanum nigrum L.) as a phytobiotic in laying quail. The experiment was conducted from October to December 2024, using 160 female Japanese quails (Coturnix-coturnix japonica) in a Completely Randomized Design (CRD). The study consisted of four treatment groups, each with four replications of 10 birds. The treatments included:P0 = drinking water without extract (control), P1 = drinking water + 2 mL L-1 black nightshade extract, P2 = drinking water + 4 mL L-1 black nightshade extract, P3 = drinking water + 6 mL L-1 black nightshade extract. Observed parameters included production performance, egg physical quality, yolk malondialdehyde (MDA) content, as well as internal organ weights, digestive and reproductive organ measurements, and intestinal morphology. The results showed no significant effect (p>0.05) of black nightshade extract on quail production performance. This may be attributed to the uniform feed composition for all treatment groups. However, supplementation of black nightshade extract had a significant effect (p<0.05) on Haugh Unit (HU) and yolk color. HU values increased in treatments P2 and P3. Antioxidant activity of flavonoids may enhance nutrient absorption. Extract significantly effected (p<0,05) yolk color intensity. Solanum nigrum contains carotenoid, which serves as a natural pigment and directly contributes to the enhancement of yolk color. MDA levels in the yolk decreased by 23.20% with 4 mL extract and 28.38% with 6 mL extract. MDA is an indicator of oxidative stres, and its decline suggest that the bioactive compound that can inhibit lipid peroxidation present in black nightshade extract such as flavonoids, carotenoids, phenols, and tannins. No significant differences were observed in immune and internal organ weights, but significant effects were found on the relative weight of the ventriculus, ileum, and the relative length of the colon. No significant difference (p>0.05) was observed in ovarian follicle development, indicating that the extract does not exert negative effects on the reproductive function of quails. Black nightshade extract administration significantly affected (p<0.05) villus height, crypt depth, and villus surface area. Although there was a reduction in villus height and surface area in the treated groups, this did not adversely affect production performance. In fact, the observed improvement in egg physical quality suggests that nutrient absorption remained effective. In conclusion, administration of black nightshade (Solanum nigrum L.) fruit extract through drinking water did not significantly affect the production performance of laying quail. However, it contributed positively to egg quality particularly haugh unit, yolk color, and effectively reduced yolk MDA levels at 4–6 mL L-1 doses, indicating its potential as a natural antioxidant supplement.