Analisis Model Bisnis Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas Ptpn Viii Bogor Jawa Barat
View/ Open
Date
2013Author
Sembiring, Monalisa
Hermawan, Aji
Kirbrandoko
Metadata
Show full item recordAbstract
Agrowisata merupakan salah satu usaha bidang pertanian yang memiliki
potensi menunjang pembangunan agribisnis serta menjadi sebuah produk yang
memiliki daya saing global. Jawa Barat adalah salah satu propinsi yang menjadi
sentra produksi komoditas pertanian. Potensi sektor pertanian yang dimiliki Jawa
Barat banyak dimanfaatkan sebagai usaha agrowisata oleh beberapa pihak atau
pengusaha. Daerah puncak salah satu tempat yang paling diminati pengunjung
saat ini. Salah satu obyek agrowisata yang menarik dan memiliki potensi untuk
dikunjungi yaitu Agrowisata Perkebunan Teh Gunung Mas.
Tingkat persaingan bisnis agrowisata yang terjadi di kawasan Puncak dan
sekitarnya cukup besar karena jumlah agrowisata yang cukup banyak di kawasan
tersebut serta jumlah pengunjung atau wisatawan fluktuatif setiap tahun.
Agrowisata Gunung Mas sudah mulai dirintis sejak tahun 1983. Perkebunan teh
Gunung Mas pada mulanya adalah areal perkebunan teh milik Perkebunan
Nusantara VIII, kemudian diresmikan sebagai kawasan agrowisata sejak tahun
1992. Pengelolaan secara professional baru dimulai pada tahun 1993. Penurunan
penerimaan dari sektor produksi teh merupakan beberapa alasan pihak manajemen
PTPN VIII untuk memanfaatkan area perkebunan menjadi suatu kawasan
agrowisata. Kunjungan di agrowisata Gunung Mas mengalami naik turun atau
berfluktuasi dari tahun 2007 hingga 2011. Kecenderungan adanya fluktuasi angka
kunjungan di Agrowisata Gunung Mas pada tahun 2007 hingga ke 2011
menunjukkan bahwa persaingan di daerah Puncak cukup bersaing. Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi oleh agrowisata Gunung Mas usahanya seperti
persaingan usaha yang cukup besar, masalah manajemen internal dalam
perusahaan, maka agrowisata Gunung Mas sangat membutuhkan revitalisasi
model bisnisnya. Model bisnis ini diharapkan dapat menarik konsumen yang
lebih tepat dan membenahi manajemen perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi model bisnis yang dilakukan agrowisata Gunung Mas dan
membuat alternatif model bisnis agrowisata Gunung Mas.
Pada penelitian ini, model bisnis yang digunakan adalah model bisnis
kanvas dari Osterwalder dan Pigneur (2010). Model bisnis kanvas adalah sebuah
model bisnis yang menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah
perusahaan atau organisasi menciptakan, menyerahkan, dan menangkap nilai.
Pada penelitian ini, model bisnis yang digunakan adalah model bisnis kanvas yang
memiliki 9 (sembilan) elemen yaitu Customer Segment, Customer Relationship,
Channels, Revenue Stream, Key Partner, Key Activities, Key Resources, dan Cost
Structure. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah secara kualitatif,
dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, model bisnis agrowisata Gunung Mas dapat
digambarkan melalui sembilan elemen dalam model bisnis kanvas. Elemen
customer segment adalah wisatawan domestik dan wisatawan asing. Pada elemen
value proposition, nilai tambah yang diberikan adalah berupa panorama alam
perkebunan teh, wisata alam serta tempat penginapan. Pada elemen customer relationship, komunikasi dengan konsumen dijalankan secara langsung. Pada
elemen channels, saluran distribusi yang dilakukan adalah distribusi langsung
dengan pengunjung agrowisata. Pendapatan yang didapatkan dalam agrowisata
Gunung Mas ini adalah pendapatan secara langsung dari tiket masuk per orang,
tarif masuk kendaraan, tarif masuk pabrik, tea walk, tarif bersepeda, penginapan
serta penambahan fasilitas untuk menunjang dari penginapan seperti adanya
kegiatan-kegiatan di lapangan. Aset fisik yang dimiliki perusahaan adalah
perkebunan teh yang dimanfaatkan untuk agrowisata seluas 300 ha. Bangunan
yang dimiliki berupa kantor agrowisata, tea corner, tea café, wisma serta
penginapan yang ada di sekitar agrowisata Gunung Mas. Kemitraan yang
dilakukan adalah kerjasama dengan masyarakat sekitar, seperti masyarakat
pemilik kuda yang menyediakan atraksi naik kuda. Dalam model bisnis yang
sekarang ini, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah gaji karyawan.
Dengan konsep model bisnis agrowisata, manajemen melakukan evaluasi
terhadap setiap elemen. Ditambah dengan masukan dari para pengunjung, maka
dihasilkan model bisnis agrowisata baru. Beberapa masukan penting pengunjung
adalah penambahan fasilitas untuk permainan anak, pembuatan paket outbound,
pengadaan panggung hiburan, pengadaan live music, dan memberikan informasi
terkini tentang penginapan atau kegiatan promosi lainnya.
Hasil model bisnis baru agrowisata Gunung Mas adalah sebagai berikut :
customer segment yang dihasilkan adalah segmen individu dan segmen organisasi.
Value proposition yang ditawarkan masih yang lama tetapi adanya penambahan
variasi produk berdasarkan keinginan konsumen. Customer relationship tidak
hanya berupa pelayanan langsung kepada pengunjung saja, tetapi adanya
pengembangan fasilitas dan akan diterapkan event dan promosi perusahaan untuk
menarik calon wisatawan serta akan dibuatkan pelayanan online. Aliran
pendapatan yang didapatkan Gunung Mas adalah pendapatan secara langsung dari
tiket masuk per orang, tarif masuk kendaraan, penjualan souvenir, tarif masuk
pabrik, teawalk, tarif bersepeda, dan penambahan fasilitas untuk menunjang dari
penginapan seperti adanya kegiatan-kegiatan di lapangan. Sumber daya utama
yang dibutuhkan Gunung Mas berupa aset fisik, finansial, intelektual, atau
manusia. Sumber daya fisik yang ada di agrowisata tersebut meliputi semua
bentuk asset fisik, yakni bangunan, pabrik, perkebunan dan penginapan. Key
activities pada model bisnis alternatif agrowisata Gunung Mas meliputi operasi
dan produksi di bagian agrowisata serta kegiatan kunjungan pabrik, teawalk,
bersepeda, penginapan dan fasilitas pendukung lainnya. Kemitraan yang
dilakukan pada model bisnis alternatif ini tetap melakukan kerjasama dengan
masyarakat sekitar, selain itu dilakukan kerjasama dengan pemasok bahan baku
untuk kebutuhan café dan catering. Pada model bisnis alternatif ini, cost structure
yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah gaji karyawan agrowisata serta
pengeluaran untuk aktivitas operasional. Penambahannya adalah untuk aktivitas
pemasaran (promosi).
Collections
- MT - Business [4046]
