Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong di Peternakan BoSS Farm Bogor
Abstract
Penggemukan sapi potong merupakan usaha yang potensial di Indonesia dalam rangka pemenuhan swasembada daging nasional dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor daging sapi dan sapi hidup. Peternakan BoSS Farm merupakan salah satu peternakan yang berada di Kabupaten Bogor yang berfokus pada bisnis penggemukan sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan peternakan BoSS Farm berdasarkan aspek finansial serta menghitung batas toleransi dengan switching value dengan membandingkan tambahan manfaat bersih pada proses penggemukan selama 8 bulan dengan 5 bulan menggunakan incremental net benefit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik BoSS Farm yaitu Pak Daus. Analisis kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek finansial yang diolah menggunakan software microsoft excel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses penggemukan lebih baik dilakukan selama 8 bulan dengan nilai NPV Rp9.795.362.170, IRR 68 persen, Net B/C 5,20, dan payback period selama 2,54 tahun. Selain itu, nilai incremental net benefit yang diperoleh yaitu sebesar Rp380.348.599.
Beef cattle fattening is a promising business in Indonesia to support national beef self-sufficiency and reduce dependence on beef and live cattle imports. BoSS Farm is a fattening farm located in Bogor Regency that focuses on the business of beef cattle fattening. This study aims to analyze the feasibility of BoSS Farm from a financial perspective and determine the tolerance limit using the switching value method by comparing the additional net benefits between two fattening durations: 8 months and 5 months, through the incremental net benefit approach. Primary data were collected through direct interviews with the farm owner, Mr. Daus. Quantitative analysis was applied to assess financial feasibility, processed using Microsoft Excel software. The results showed that the 8-month fattening period was more feasible, with a Net Present Value (NPV) of IDR9,795,362,170, an Internal Rate of Return (IRR) of 68%, a Net B/C of 5.20, and a payback period of 2.54 years. Moreover, the incremental net benefit gained from switching to the 8 month scheme was IDR 380,348,599.
Collections
- UT - Agribusiness [4765]
